Home / Romansa / JAIME (Indonesia) / Episode 4 : Rasa yang Serupa

Share

Episode 4 : Rasa yang Serupa

Author: iHapsari
last update Last Updated: 2021-05-07 20:14:24

Senyum manis tersuguh. Bukan dari Nayra, melainkan dari Dhanu. Tatapan mata bersahabat, juga senyum yang terus melekat, pastilah membuat wanita terpikat. Sayangnya, usai hati Nayra terkunci, rasa peka itu tidak begitu dirasa lagi. Senyuman Dhanu tidak begitu ditanggapi. 

Balik badan, Nayra langsung menuju kamar. Nayra duduk di tepian ranjang, kemudian senyum-senyum sendirian. Akan tetapi, senyum Nayra saat ini bukanlah senyum balasan atas senyum yang tadi Dhanu suguhkan. Nayra tersenyum karena masih merasa menang dari Ivan. 

"Mas Ivan pasti menyesal," ucap Nayra diiringi senyuman yang terus merekah.

Nayra berdiri, kemudian bermonolog lagi.

"Mas Ivan, Maaf. Ini adalah keputusan terbaik. Tidak ada lagi kesempatan kedua untukmu. Dengan sikapmu yang masih tetap sama, bisa saja luka itu akan kembali tercipta."

Mantap sekali Nayra berkata. Hati Nayra kini benar-benar lega. Satu tahun usai putus cinta, kini Nayra berkesempatan melihat penyesalan mantan kekasihnya. Nayra bukan bermaksud jahat. Hanya saja dulunya dia telah merasakan rasa sakit hati yang sangat. 

Puas dengan pemikiran pribadi, Nayra menuju cermin lalu merapikan penampilan diri. Langkah kaki Nayra kemudian diayunkan menuju jendela kamar. Berniat membukanya lebar-lebar sembari menghirup aroma pagi yang masih segar. Begitu jendela dibuka, yang terlihat justru sosok tampan yang tadi pagi baru tiba.

Di sana, di seberang jendela kamar Nayra, di jendela rumah sebelah, Dhanu melihat Nayra dengan tanpa mengedipkan mata. Senyum Dhanu juga masih tersuguh sama manisnya. 

Nayra sempat membalas tatapan mata. Namun, itu tidak disengaja. Setelahnya, Nayra acuh dan kembali menutup jendela kamarnya. 

Terduduk di tepi ranjang, Nayra memegangi dada kirinya. Ada debar di sana. Nayra tahu, debar itu tercipta karena ulah tatapan mata Dhanu. Namun, dengan cepat Nayra bisa meredam debaran itu.

"Mas Dhanu. Apakah dia masih menyukaiku seperti dulu?" 

Tetiba saja pertanyaan itu terlintas di benak Nayra. Dan ... seketika itu ingatan Nayra melambung ke masa beberapa tahun silam, saat Nayra masih duduk di bangku kelas 5 sekolah dasar. Saat itulah Nayra pertama kali melihat sosok Dhanu. Saat itu pula pertama kali senyum Dhanu tersuguh. 

Dhanu, dia telah hadir di kehidupan Nayra jauuuuuh sebelum Ivan menawarkan cinta. Hanya saja, Dhanu tinggal di luar kota. Intensitas pertemuannya dengan Nayra hanya setahun sekali saat hari raya. Saat bertemu pun yang bisa disuguhkan Dhanu hanyalah senyum untuk Nayra, tanpa berani menyapa ataupun mengajak berbicara. 

Larut dalam ingatan, membuat Nayra menyunggingkan senyuman. Nayra ingat betul kejadian beberapa tahun silam saat dia pertama kali mendapat senyuman. Ya, senyuman Dhanu tersuguh usai pandangan pertama itu. Nayra yang kala itu belum mengerti tentang definisi cinta hanya mampu membalas senyum yang sama sembari merasa bahagia. 

Cinta monyet, itulah kata yang tepat menggambarkan Nayra dan Dhanu di masa kecil mereka. Nayra dan Dhanu di kala itu sama-sama merasakan bahagia tanpa mengerti bahwa itu adalah perasaan cinta. Dan ... sikap Nayra dan Dhanu terus berulang di tahun berikutnya. Tahun berikutnya lagi, dan lagi. Hanya satu tahun sekali, dan itu cukup mencipta benih-benih yang menyejukkan hati. 

Pertemuan setahun sekali tanpa diimbangi pemahaman tentang hati, membuat Nayra begitu mudah teralih. Saat masa SMA, senyum Dhanu sudah tidak begitu memenuhi benak Nayra. Fokus Nayra bahkan teralihkan sepenuhnya pada pelajaran. Lagi-lagi, kondisi ekonomi keluarga menjadi alasan untuk bisa lebih semangat belajar. Nayra mengejar beasiswa untuk bisa lanjut kuliah. Sejak saat itulah nama Dhanu mulai memudar. 

"Rupanya, aku pernah main hati dengan Mas Dhanu. Sempat melupakan juga waktu itu. Sampai akhirnya aku kuliah, dan hadirlah Mas Ivan dengan cinta palsunya." 

Deg!

Mimik wajah Nayra langsung berubah begitu teringat Ivan. Tidak ingin mengingat hal yang menyakitkan, seketika Nayra menggeleng berulang. 

"Sudah, Nay. Cukup sudah. Jangan memikirkan apa pun tentang laki-laki. Mas Ivan sudah cukup jadi pelajaran untukmu agar hati-hati." 

Nayra optimis sekali. Lagi-lagi dia teringat untuk mengunci hati dan tidak percaya pada laki-laki. 

***

Dhanu duduk berdua dengan sepupunya. Agak menjauh dari anggota keluarga lainnya, agar bisa sedikit berbagi apa yang dirasa. 

"Mas Nofal, Nayra ambil jurusan apa?" tanya Dhanu pada sepupunya. 

"Pendidikan. Kenapa? Masih naksir sama Nayra?"

Pertanyaan Nofal tidak langsung ditanggapi oleh Dhanu. Yang Dhanu suguhkan hanya senyum yang terus-terusan mengembang menyiratkan perasaan. Senyum Dhanu sudah cukup menegaskan bahwa perasaannya masih tetap sama seperti saat pertama kali bertemu Nayra beberapa tahun silam.

"Cie ... yang masih cinta." Nofal menggoda Dhanu sambil melempar bantal sofa.

"Jurusan pendidikan sama hukum cocok kan, ya Mas?"

"Ya cocok-cocok saja sih kalau dicocokin. By the way, cewekmu yang itu gimana, Dhan?" 

Deg!

Senyum Dhanu memudar. Memang, sebelum ini Dhanu sempat menjalin hubungan dengan teman kuliahnya. Namun, hubungan itu telah berakhir dan hanya menyisakan bekas luka. Kurang lebih kisah Nayra dan Dhanu hampir serupa. Sama-sama pernah merasakan luka akibat pengkhianatan cinta. 

"Sudah jadi mantan, Mas. Jangan dibahas!" tegas Dhanu.

Nofal paham keadaan. Dia pun tidak melanjutkan. Dengan cekatan Nofal kembali membahas Nayra. 

"Kalau beneran masih naksir Nayra, usahakan bahwa perasaanmu bukan pelarian cinta." Nofal bijak memberi nasihat.

Nasihat itu diterima dengan lapang. Senyum Dhanu pun kembali mengembang. Satu anggukan mantap diberikan. 

***

Hari-hari pun berlalu. Setahun lagi telah berlalu. Nayra masih tetap mengunci hati, dan masih menganggap buaya setiap lelaki. Sementara Dhanu, dia masih sama seperti tahun lalu. Masih menyuguhkan senyum untuk Nayra di pertemuan mereka yang hanya setahun sekali saja. 

Terus seperti itu hingga Nayra dan Dhanu sama-sama telah lulus kuliah. Nayra telah bekerja di dunia pendidikan, sementara Dhanu telah bekerja di sebuah perusahaan. 

"Hati-hati di sana, Feb. Kalau ada buaya yang menggoda, acuhkan saja." Nayra berpesan via telepon.

"Yaelah, Nay. Kamu masih saja bilang buaya ke setiap lelaki. Ingat umur Nay. Cepetan nikah. Sekali saja deh kamu coba percaya, di luaran sana banyak lelaki yang bukan buaya." 

Febi, meski sudah tidak satu kota dengan Nayra, dia masih saja sering memberi nasihat khususnya tentang cinta. 

"Ya-ya. Akan kupikirkan nanti. Kabar-kabar ya kalau pulang kampung. Aku mau lanjut ngerjain tugas dulu nih, Feb."

"Oke. Kerja yang rajin, biar dapat suami yang tajir. Hahaha." 

"Febi, udah ah."

"Eh-eh, Nay. Satu lagi. Jangan lupa kabari aku kalau kamu mau nikah dengan pangeran kuda putih pilihanmu! Wajib kasih tahu. Harus!"

"Nggak janji ah. Bye-bye Febi. Oya, Makan yang banyak di sana biar kita nggak samaan kurusnya. Hihi. Bye!"

Nayra menutup penggilan telepon dengan nada canda. Sudah biasa dilakukan jika sedang bertelepon ria dengan Febi. 

"Apa sudah waktunya aku menikah? Tapi dengan siapa?" 

Dari sekian banyak nasihat yang telah Nayra terima, baru kali ini dia kepikiran untuk menikah. Mengingat juga, usia Nayra sudah semakin bertambah dan memang sudah saatnya untuk berkeluarga. 

Bersamaan dengan itu, Nayra menyadari bahwa hatinya sudah tidak lagi terkunci. Akan tetapi, rasa tidak percaya pada lelaki masih sering muncul dan membentengi hati. Itulah yang sampai saat ini membuat Nayra enggan untuk dekat-dekat dengan lelaki, apalagi sampai memberi harapan lebih. 

Langkah kaki Nayra selanjutnya membawanya ke arah depan rumah. Tanpa diduga, ada Dhanu dan keluarganya baru saja tiba. Seperti tahun-tahun sebelumnya. Dhanu menyuguhkan senyuman dengan tatapan mata penuh pengharapan. 

Sekilas, Nayra terpana. Apalagi, penampilan Dhanu kali ini benar-benar berbeda dari sebelumnya. Tubuh Dhanu tinggi, tegap, berisi. Pakaiannya tampak sederhana, tapi style masa kini. Dari semua itu, yang menjadi sorotan Nayra adalah kumis tipis di wajah Dhanu. Seketika itu jantung Nayra pun berirama merdu. 

Deg-deg Deg-deg 

Bersambung ....

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • JAIME (Indonesia)   Episode 49 : Keseimbangan

    Tidak butuh waktu lama hingga kabar itu sampai di telinga Nayra. Rasa tidak percaya sempat melanda. Jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kiri menjadi satu-satunya tanda yang meyakinkan Nayra bahwa sosok dalam peti adalah suaminya. “Jam tangan ini adalah hadiah yang kuberikan pada Mas Dhanu di hari bahagia kami. Mas … Dhanu ….” Air mata Nayra tumpah beriringan dengan sesak yang melanda dada. Semua kerabat sudah mengikhlaskan. Termasuk Nayra, dia pun mencoba ikhlash dengan takdir yang digariskan padanya. Meski sudah berminggu-minggu berlalu usai kejadian itu, kesedihan masih saja melanda dada. “Nayra, makanlah ini!” Itu suara lembut Soraya. Sejak menjadi istri Ron, Soraya sudah banyak berubah. Menjadi sosok yang lebih baik dan begitu ramah pada Nayra. Apalagi sejak Nayra kehilangan Dhanu, Soraya lebih sering mengunjungi Nayra. “Terima kasih, Sora. Apa Ron juga datang?” “Tuh! Baru aja selesai ngajak ngobrol si Bagas.”

  • JAIME (Indonesia)   Episode 48 : Beginikah Takdirnya?

    Pulang kerja lebih awal membuat Nayra girang. Waktu bersama sang suami tentu saja lebih banyak dimanfaatkan. Hanya saja, Nayra terganggu dengan sikap Dhanu yang terkadang berubah sebal saat Nayra membahas tentang pekerjaan.“Kata orang, berbagi beban itu menguntungkan. Meski orang yang kita bagi itu tidak sepenuhnya paham, tapi cukup didengarkan saja membuat beban itu berkurang. Maukah Mas Dhanu berbagi cerita denganku?” tanya Nayra usai beberapa saat menimbang.Penuturan sang istri membuat Dhanu mengubah ego diri. Dhanu memutuskan untuk berterus terang. Tentang pekerjaan, Erika, dan rasa sebal yang masih saja tertanam meski Dhanu sudah memutuskan untuk mengabaikan Erika.“Seperti yang sudah pernah kubilang, Mas. Aku percaya pada Mas Dhanu. Aku tidak masalah jika Mas Dhanu harus berelasi dengan mantan kekasih Mas Dhanu di masa lalu itu. Jadi, Mas Dhanu yang tenang ya saat bekerja. Buang saja rasa sebalnya.”“Aku rasa, tidak a

  • JAIME (Indonesia)   Episode 47 : Memperbaiki Hubungan

    Klontang! Beberapa peralatan dapur terjatuh. Lengan Nayra tak sengaja menyenggolnya. Dengan tergopoh Nayra mengambilnya, sambil melihat ke arah Dhanu yang tampak tenang-tenang saja. Ada perasaan tak biasa yang mulai dirasakan Nayra. Sikap Dhanulah penyebabnya. Biasanya Dhanu akan bersikap begitu peduli padanya. Akan tetapi, kali ini justru berbeda. Meskipun Dhanu ada di dekat Nayra, tapi Dhanu sama sekali tidak membantu Nayra. Sedari duduk di kursi meja makan, fokus Dhanu tertuju pada layar ponsel. Raut wajahnya tidak berhias senyuman. Sempat Nayra bertanya, tapi Dhanu menjawab seadanya. Lantaran tidak nyaman, Nayra mendekati Dhanu dan mempertanyakan. “Mas, apa aku melakukan sesuatu yang salah?” tanya Nayra dengan hati-hati. Dhanu yang semula fokus ke layar ponsel, langsung mendongak usai mendengar pertanyaan itu. Dengan cepat Dhanu menggelengkan kepala, kemudian memberikan senyuman termanisnya untuk sang istri tercinta. “Maafkan aku,

  • JAIME (Indonesia)   Episode 46 : Tetangga Sebelah

    Tamu kecil yang berdiri di depan pintu sama sekali tidak Nayra kenal. Nayra sempat tengok kiri kanan, siapa tahu ada orang lain yang mengantar. Namun, tidak ada tanda orang lain di sekitaran. Si tamu yang tak lain adalah bocah laki-laki itu datang sendirian.“Tadi … kamu memanggilku apa?” tanya Nayra sambil memposisikan tubuhnya hingga sejajar dengan tinggi si bocah.“Hehe. Iya, maaf. Kak Nayra.”Dengan lugunya bocah laki-laki itu tersenyum sambil menyodorkan wadah makanan berwarna biru dominan. Sambil tersenyum, Nayra menerima wadah makanan tersebut, dan tak lupa mengusap kepala si bocah dengan ramah.“Anak ganteng, siapa namamu?”“Bagas.”“Hai, Bagas. Berapa usiamu?”Si bocah lekaki bernama Bagas itu tidak menjawab, melainkan berhitung dari satu sampai tujuh sambil membuka satu per satu jemari tangannya. Selesai berhitung di angka tujuh, Bagas menyebutkan usianya den

  • JAIME (Indonesia)   Episode 45 : Tersesat

    Jalan tak melulu lurus. Ada kalanya belokan dan jalan bercabang tersuguh mengiringi perjalanan. Sesekali kerikil memberi kesan kasar. Bahkan, bebatuan besar nan tajam juga turut membayang di tepian.Ini bukan tentang kiasan hidup, melainkan perjalanan nyata yang ditempuh oleh Dhanu dan sahabat baiknya, Ron. Mereka berdua baru saja melewati jalan yang kurang nyaman untuk dilewati. Banyak belokan, jalan bercabang, kerikil, bahkan bebatuan besar di tepian cukup sering mereka jumpai.Ada perasaan gusar bercampur protes yang mengiringi perjalanan. Dhanu dan Ron bergantian saling menyalahkan atas kondisi yang saat ini harus bisa segera diselesaikan.“Belok kanan, Dhan! Aku yakin itu jalan yang benar!” seru Ron dari boncengan motor.“Kau yakin kali ini, Ron? Jika tidak, kita akan tersesat semakin jauh!”“Yakin sekali. Pasti ada warga di ujung jalan sana. Satu petunjuk saja, kita bisa pulang dengan segera.” Ron menggebu-

  • JAIME (Indonesia)   Episode 44 : Kado Pernikahan

    Rumah minimalis dua lantai, dengan garasi mobil dan teras depan yang tidak terlalu lebar. Di sinilah Nayra dan Dhanu tinggal. Kado pernikahan dari orangtua Dhanu memang menakjubkan. Sebuah rumah yang menjadi awal kehidupan baru setelah pernikahan.Hanya saja, rumah Nayra dan Dhanu terletak cukup jauh dari rumah orantua Dhanu. Letak rumah baru itu dipilih karena orangtua Dhanu juga memikirkan pekerjaan putranya. Sehingga, Dhanu tidak perlu lagi mengontrak rumah di dekat perusahaan tempatnya bekerja.Nayra, setelah menikah dengan Dhanu dia masih belum memikirkan untuk kembali bekerja. Lagipula, Dhanu meminta Nayra untuk terus menemaninya. Paham posisi dan status sebagai istri, membuat Nayra dengan ringan hati menuruti keinginan sang suami.“Mas, ayah ibu Mas Dhanu barusan telepon.”“Ada apa katanya?”“Ada yang kirim kado pernikahan buat kita di rumah sana, Mas.”“Akan kutelpon adik-adikku dulu. Biar ka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status