Share

Detik-detik Kejadian 3

'Astaghfirullah. Ada apa ini?'

Suara teriakan itu sontak membuatku menoleh. Posisiku saat itu lumayan jauh dari bibir pintu. Untuk itu, dengan penuh kepanikan aku kembali berlari menerobos teras dapur.

"Yang, nyebut, Yang!"

Eyang masih tergugu dalam posisinya yang mematung. Mulutnya seperti terkunci, tak tahu bagaimana caranya menyampaikan kabar Rere sepeninggalku semenit yang lalu.

"Pocong! Dia bukan adikmu, Neng!"

"Gara-gara Rere bakar mukenah itu, Yang! Imel nyesal suruh Rere ngelakuin hal sembarangan. Imel harus cari mukenahnya, kalau tidak, Rere tidak akan berhenti kayak pocong."

Eyang masih mematung setelah kuperiksa tak ada luka serius di tubuhnya, hanya saja bekas gigitan di tangannya itu sedikit berdarah. Memar, kehitaman. Besoknya baru Eyang bercerita, seandainya kata Eyang, ia tidak mendorong tubuh Rere sekuat tenaga, gigitan pocong itu tidak akan bisa terlepas.

Kodrat manusia yang telah yang meninggal dunia. Ada yang bilang, ketika orang mati saat menggapai kayu penyangga
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status