Share

Jangan Ambil Nyawa Adikku

Malam itu beberapa kali Eyang terbangun. Beliau memeriksa keadaan Rere yang sesekali meringis, sesekali mengigau. Sementara itu, gerimis membawa keheningan sepanjang waktu. Rasa cemas bercampur dengan ketakutan seperti tali pada ranting yang saling menjerat satu sama lain.

"Tidur saja. Jangan sampai kamu ikut sakit. Eyang mau nunggu subuh."

"Enggak bisa merem, Yang. Imel mau cepat-cepat ketemu pagi. Kalau tidur takut mimpi."

"Kamu jangan kerasa kepala, Neng. Kamu sakit juga Eyang yang repot," Eyang bersikukuh. Akhirnya, aku merebahkan diri di samping Rere sementara Eyang, dia melangkah ke sudut ruang, mungkin ingin tadarus lagi.

Benar. Soal mimpi. Kalau aku coba mengulang dari awal. Mimpi yang beruntun seperti serial film terus datang, lebih lagi saat aku tidur dalam tubuh kelelahan. Mimpi yang seperti menarikku dalam sebuah masa lalu seseorang, sangat suram dan penuh penderitaan. Mimpi yang seolah-olah bisa menjadikan keadaan di sekelilingku seperti sangat nyata.

"Yang, apa sering
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status