Setelah mendengar penjelasan dari Ricard atasannya itu, Miranti mulai fokus pada pekerjaannya kembali. Diam diam Miranti mulai mengatur rencana untuk membalas perlakuan Radit mantan suaminya. Dia mau menerima lamaran dari Ricard dan setelah masa idah selesai akan melangsungkan pernikahan. Namun ada satu hal yang menjadi permintaan Miranti. “Pak, aku mau menikah dengan bapak tapi ada syaratnya”, kata Miranti saat mereka sedang ngobrol berdua. “Benarkah?, alhamdulillah”, ucap pak Ricard lantang “Ish bapak, jangan teriak gitu dong kan malu kalau di dengar karyawan yang lain”, Miranti tersipu malu. Sejujurnya dalam hati Miranti juga tumbuh rasa,semenjak pak Ricard lebih perhatian dan memperlakukan dirinya lebih lembut. Miranti yang terlalu sering kecewa atas perlakuan suaminya, juga selama ini menanggung beban hidup sendirian merasa membutuhkan sosok pendamping hidup yang bisa mengerti keadaan dia dan anaknya. Apalagi Desy sudah dekat dengan pak Ricard semenjak bayi sampai kin
Miranti membuang muka dan meminta Ricard yang menjawabnya.Ricard yang masih mengendong Desy maju sedangkan Miranti mundur dan bersembunyi di belakang tubuh Ricard. “Kau menyesalkan telah membuang berlian dan justru yang kau pungut batu kali”, ucap Ricard sambil tersenyum sinis menatap mereka berdua.Mendengar ucapan Ricard Suharti meradang dan tidak terima dibilang batu kali namun Radit hanya diam menunduk.Dalam hati Radit mengakui kebenaran omongan Ricard,dia merasa benar benar bodoh sudah meninggalkan Miranti yang cantik kaya dan juga berpendidikan. “Halo sayang ini anakku kan yang cantik dan gemoy”, sapa Radit sambil mencolek pipi Desy. Namun alih alih merespon justru malah Desy ketakutan dan semakin erat memeluk Ricard. “Ayah Om itu siapa,Desy takut”,Tangan Desy merangkul erat leher Ricard dan menyembunyikan wajah di dada orang yang di anggap ayahnya itu. “Tenang saja, Desy ngga boleh takut, ada ayah di sini”, ucap Ricard sambil membelai rambut Desy. “Ha ha ha k
Karena tidak tahu lagi harus ke mana dia pulang akhirnya Radit memutuskan untuk pulang ke rumah istrinya, Suharti. Walaupun pasti akan menerima kemarahan dan caci maki dari istri dan bapak mertuanya, itu di rasa lebih baik dari pada dia harus menjadi gelandangan dan tidur di pinggir jalan. Radit sudah mempersiapkan mental dan juga membutakan mata dan menulikan telinga dari caci maki yang selama ini dia terima dari keluarga istrinya. “Alaah yang penting Harti cinta mati sama saya. Jadi apapun yang saya perbuat dia akan memaafkan, tinggal di rayu sedikit aja hatinya udah luluh kembali,” gumam Radit lirih Kemudian Radite mengeluarkan ponselnya dan menghubungi aplikasi taksi online, tak lama kemudian datang mobil menuju tempat di mana Radit menunggu. “Dengan bapak Radit?”., tanya pengemudi taksi. “Ya saya sendiri.” “Oh silahkan masuk pak, tujuannya ke mana?” tanya pengemudi taksi online itu lagi.Radite masuk dan menunjukkan alamat yang tertera di ponselnya.Kemudian ta
Semenjak bertemu di toko boneka dengan Saidah dan juga tahu kalau Saidah berasal dari Brebes Jawa Tengah bu Ismi semakin dekat dengan saidah pembantu Miranti bahkan mereka tukeran nomor ponsel. Sebuah keberuntungan untuk bu Ismi, Peluang untuk mencari informasi keluarga Miranti semakin terbuka lebar melalui Saidah. “Oh ya Dah, tunggu sebentar ya aku bungkus dulu bonekanya dan sekalian saja titip sama kamu,”Kemudian bu Ismi mengikuti pelayan toko untuk membayar harga boneka yang dia beli. “Kok aneh ya, padahal bu Ismi belum pernah lihat non Desy tapi ngakunya sudah dekat dan menganggap seperti cucunya” gumam Saidah lirih.Setelah menunggu beberapa saat akhirnya mereka keluar dari toko boneka tersebut. Saidah yang sudah memilih milih boneka tidak jadi membeli namun menggantinya dengan tas bergambar barbie kesukaan Desy. “Dah sebagai ucapan terima kasih, kita makan bakso yuk, biar aku yang traktir,” ajak bu Ismi sambil mengandeng tangan Saidah. Kebetulan warung bakso ada di
BAB 31 Apa yang sebenarnya terjadi? Mereka berpelukan sambil terisak, cukup lama mereka mencurahkan rasa rindu yang dua puluh tahun lebih tertahan. Rindu pada keluarga kecil mereka dulu. “Terima kasih ya Allah, Kau kabulkan doaku selama ini aku di pertemukan kembali dengan anak dan istriku,” gumam pak Syukur sambil menengadahkan tangan. Mereka kembali duduk berhadapan hanya di batasi meja besar. “ Pak ini ibu bawakan makanan kesukaaan bapak, di makan ya biar sehat, nanti kita akan coba cari pengacara untuk membantu mengungkap masalah yang bapak alami iya kan nak,” bu Ismi minta persetujuan dari anaknya. “Ini apa bu kok banyak sekali?” tanya pak Syukur sambil melongok isi kresek besar itu. “Makanan kesukaan bapak, ada orek tempe, semur jengkol kerupuk udang dan juga martabak.” “Terima kasih bu, kau masih ingat makanan kesukaan bapak, tapi untuk menyewa pengacara itu mahal biayanya kita dapat duit dari mana?” Ada rasa khawatir pada diri pak Syukur. Khawatir menjadi
Acara sudah usai tamu satu demi satu meninggalkan rumah Miranti. Kini tinggal beberapa orang saja itupun teman dekat Miranti.Dari ruang tengah Saidah menyerahkan kado untuk Desy sambil memberi ucapan selamat. “Selamat ulang tahun cantik ini kado dari bi Idah dan ini ada titipan kado dari teman bi Idah.” Saidah menyerahkan kedua kado yang cukup besar kemudian di susul ucapan selamat dari Lina pengasuhnya. “Selamat ulang tahun non Desy cantik, ini kado spesial dari suster untuk non Desy.” “Terima kasih bi Idah dan juga suster, oh ya sampaikan juga terima kasih Desy buat teman bi Idah yang sudah kasih kado Desy,” ucap Desy dengan raut muka bahagia. Semula Miranti tidak menghiraukan obrolan mereka tapi mendengar teman Saidah juga ikut memberikan kado, Miranti jadi teringat omongan bu Yola dan Miranti mulai curiga kalau gosip itu ada hubunganya dengan teman bi Idah pembantunya. “Jangan jangan pembantu bu Hilda itu teman dekat bi Idah, siapa sih sebenarnya dia bikin pena
Melihat sikap bi Idah Miranti dan Lina saling berpandangan, Lina yang tahu maksud Miranti hanya mengangkat bahu sambil menggeleng. Wajar jika Lina tidak tahu apa yang terjadi dan siapa saja teman dekat bi Idah, karena perbedaan usia yang cukup jauh sehingga membuat Lina sungkan untuk bertanya tanya apalagi kepo pada apa yang di lakukan bi Idah di luar sana. Lina lebih sering bermain medsos atau berbagi kabar dengan teman temannya disaat senggang. “Bi, saya hanya ingin tahu siapa orang yang sudah berbaik hati memberi kado boneka barbie pada anakku,”kata Miranti dengan tatapan mengintimidasi sehingga membuat bi Idah semakin ketakutan. “Apa saya salah bu kalau berteman dengan pembantu lain di komplek ini?” tanya bi Saidah membela diri. Miranti hanya bisa tersenyum mendengar jawaban yang di berikan pembantunya itu. “Bibi tidak salah, malah saya senang bibi punya banyak teman di komplek ini asal jangan mengumbar kejelekan orang lain . Saya hanya ingin tahu siapa dia kok begitu
Setelah menunggu cukup lama kini hari yang di nantikan tiba. Persiapam pernikahan sudah mencapai sembilan puluh lima persen itu artnya hampir selesai semua tinggal menunggu kesiapan untuk acara . Mulai dari MC dan juga penerima tamu sudah di atur oleh pemilik Wedding organizer. Mami Yuliana dan Papi Edward yang menginap beberapa hari yang lalu nampak sudah siap dengan baju couple. Mami mengandeng Desy yang juga memakai gaun warna senada. Walaupun katanya di rayakan secara sederhana tapi karena mengundang rekan bisnis masing masing sehingga acara tetap mewah dan bernuansa glamour. Pak Edward tidak tanggung tanggung dalam menggelontorkan dana, maklum dulu Miranti menikah hanya di KUA tempat tinggal Radite.Tak lupa Miranti mengundang bu Ismi yang undangannya di berikan melalui bi Idah.Sedangkan undangan untuk bu Hilda di kirim melalui orang kepercayaan Miranti.Ternyata bu Hilda adalah pelanggan tetap butik yang di kelola Miranti. Beliau sering datang bersama teman teman arisannya sehin