Pria itu hanya diam dan perlahan memejamkan matanya mengabaikan Anatasya yang terus mendengus marah. Mendengar cacian yang keluar dari mulut gadis itu, sudut bibir pria itu membentuk sebuah garis lengkungan. Tak lama pun malam beranjak, hanya cahaya dari api unggun yang menjadi penerangan didalam gua itu.
Keduanya berbaring dikedua sisi gua dan larut dalam tidur namun tengah malam Anatasya terbangun oleh suara raungan pelan dari arah pria itu. Anatasya membuka mata dan menoleh kearah pria itu yang wajahnya terlihat semakin pucat. Anatasya mendekat dan melihat keringat dingin mengalir didahi pria itu.
“Hei Tuan brengsek! Apa kau baik-baik saja?” Anatasya mencoba menyentuh dahi pria itu yang terasa sangat panas, pertanda bahwa lukanya infeksi. Jika dalam keadaan normal maka sebutir antibiotik sudah cukup untuk menyembuhkannya tetapi dipulau tak berpenghuni itu bagaimana caranya mendapatkan obat?
Anatasya tak punya pilihan lain selain melakukan metode alami untuk menurunkan suhu tubuh. Anatasya membuka bajunya dan membasahi dengan air untuk mengompres dahi pria itu. Gadis itu sudah tak peduli saat tubuh bagian atasnya polos hanya tertutup bra. Setelah mengompres beberapa saat, tubuh pria itu tidak panas lagi namun dia mulai bergetar dan bergumam lirih merasa kedinginan. Dengan sekuat tenaga
Anatasya menggeser tubuh kekar itu mendekat kearah api unggun namun masalah belum tuntas saat melihat tubuh pria itu bergetar kedinginan. “Sialan….bikin aku susah saja sih.” gumam Anatasya mengutuk. Mau tak mau dia berbaring disamping pria asing itu dan memeluknya dengan erat. Dia menggunakan suhu tubuhnya sendiri untuk menghangatkan pria itu.
“Mudah-mudahan suhu tubuhnya normal kembali. Puffff sangat memalukan jika dia bangun dan melihat tubuhku yang setengah telanjang memeluknya.” gumamnya lirih. Bagi Anatasya yang terpenting adalah menyelamatkan pria itu.
Dia mengingat petuah yang mengatakan jika menyelamatkan nyawa seseorang akan membawa berkah untuk diri sendiri. “Semoga Tuhan melihat kebaikan yang kulakukan dan memberkahiku dalam mencari kebenaran yang kucari saat aku kembali kerumah keluarga Hilman.”
Dia mengingat betul wajah pria yang datang menjemputnya dirumah keluarga Hilman, sangat jelas jika seseorang yang mengirim pria yang menyamar sebagai supir itu untuk membunuh Anatasya. Itu sudah cukup membuktikan jika semua yang terjadi padanya ada hubungannya dengan keluarga Hilman.
Jika kelak terbukti jika orang-orang yang menculiknya adalah anak buah ayahnya, dia berjanji tidak akan memberi keluarga itu pengampunan.
Benak Anatasya dipenuhi oleh pikiran-pikiran dan mencoba mencari benang merah atas semua kejadian yang menimpanya, sambil memeluk pria itu akhirnya Anatasya pun terlelap. Pagi hari samar-samar dia mendengar suara derap langkah lalu langsung terbangun dan menatap tubuhnya yang berselimutkan mantel pria itu namun pria itu tidak ada. Ha? Ada orang?
Dengan gerakan cepat Anatasya mengenakan pakaiannya dan berjalan keluar gua dengan hati-hati. Jika suara orang yang didengarnya adalah para pembunuh yang sedang mengejarnya maka….gadis itu ingin memohon agar membunuhnya dengan cepat tanpa rasa sakit.
Namun saat dia berada di pintu masuk gua, dia melihat barisan pengawal berbaju hitam dan berdiri tegap dan terlihat sebuah helicopter yang diparkir tidak jauh dari sana. Anatasya melihat kearah seorang pengawal yang sedang bicara dengan pria asing itu dengan penuh hormat. Pengawal itu menoleh kearah pintu masuk gua saat dia mendengar suara.
Anatasya memandang tubuh pria yang diselamatkannya, dia terlihat jauh lebih sehat dari sebelumnya. Untuk pertama kalinya gadis muda itu melihat wajah seorang pria tampan dibawah sinar matahari. Pria itu benar-benar tampan dengan bola mata coklat dan aura maskulin yang kuat, tubuh pria itu sangat kekar dan berotot.
Semua yang ada pada pria itu sangat sempurna. “Kau….” baru saja Anatasya hendak bicara, pria itu langsung menyela ucapannya “Apa yang kau inginkan dariku?”
“Hah? Apa?” Anatasya bingung dan tak tahu merespon dengan cepat. Pria itu menatapnya dengan pandangan kosong lalu bertanya lagi “Kau telah menyelamatkanku. Sebagai balasannya aku memberikan kau satu kesempatan. Katakan satu keinginanmu maka aku akan kabulkan.” ucap pria itu.
“Kau…..kau ini brengsek sekali ya. Apakah terlalu sulit bagimu untuk mengucapkan terimakasih padaku yang telah menolongmu, ha? Ya….ampun kau pria yang kasar.” Setelah Anatasya selesai bicara, dia melihat kearah semua pengawal yang menatapnya dengan tatapan heran seolah-olah dia telah melakukan sesuatu yang salah.
Namun ekspresi pria asing itu masih dingin dan tidak berubah, dengan tenang dia berkata “Dengarkan baik-baik. Jika kau melewatkan kesempatan yang sudah kuberikan padamu maka kau pasti akan menyesal.”
Anatasya langsung marah mendengar ucapan pria itu, dia sangat ingin keluar dari pulau ini tapi perahu kayunya tidak akan mampu membawanya jauh dari pulau tak berpenghuni itu. ‘Benar-benar pria brengsek! Sudah tak berterimakasih masih bersikap angkuh.’ gumamnya dalam hati.
“Bawa aku keluar dari pulau ini dan bantu aku setelahnya.” ucap Anatasya.
“Hanya itu?” pria itu kaget dan bertanya “Apalagi yang kau inginkan?”
Gadis itu hanya punya satu keinginan saja sekarang yaitu meninggalkan pulau sialan yang tak berpenghuni itu dan membalaskan dendam pada orang-orang yang menculiknya. Pria itu menatapnya seakan melihat seorang gadis bodoh dengan keinginan bodoh. Lalu pria itu berjalan menuju helicopternya diikuti oleh Anastasya. Sekitar tiga setengah jam kemudian, helicopter itu melayang diatas langit Jakarta.
“Apakah ini tempat tujuanmu?” tanya pria itu sambil menunjuk ke villa Hilman dibawah sana.
“Ya, sepertinya memang itu tempatnya….” Anatasya tidak terlalu ingat dengan apa yang terjadi ketika dia masih kecil. Sebelum dia kembali ke Amerika, dia sempat melihat rumah keluarga Hilman. Seharusnya villa itu bernama villa Sanari tetapi sekarang telah menjadi milik ayahnya yang tak pernah mencarinya selama dia hilang sepuluh tahun.
“Turunlah.”perintah pria itu pada pilotnya. Sementara itu di villa Hilman, seluruh area villa sedang didekorasi untuk perayaan acara ulang tahun. Natasha Emery Hilman mengenakan gaun mewah edisi terbatas dari seorang desainer terkenal dunia. Gaun mahal yang dikenakannya adalah gaun yang sedang viral dan diincar oleh para sosialita namun perancang gaun itu hanya membuat dua buah gaun saja sehingga harga gaun itu fantastis.
“Wow! Tasya gaunmu indah sekali. Apakah ini gaun edisi terbatas yang sedang viral itu ya?” ujar seorang gadis sosialita.
“Kau sangat beruntung bisa membeli gaun itu Natasha. Aku bahkan tidak bisa menyewanya, ayahmu benar-benar baik dan sayang padamu.” ucap tamu lainnya.
“Selamat ulang tahun Natasha. Terimakasih sudah mengundangku. Oh iya….aku dengar kau mendapat kontrak film dari sutradara Abyasa. Kau pasti akan jadi aktris paling populer tahun ini, iyakan? Kalau kau sudah terkenal didunia entertainment nanti jangan lupakan kami semua ya?”
“Bicara apa kau? Natasha hanya bermain-main saja kok, dia sekedar iseng. Dengan kemampuannya sekarang, mudah baginya untuk terkenal.” balas seorang tamu lainnya.
Natasha yang angkuh semakin menunjukkan kesombongannya saat mendengar pujian yang dilontarkan padanya. “Terimakasih semuanya ya, aku permisi sebentar untuk mengecek kuenya. Kalian nikmati saja hidangan yang ada.” ujar Natasha mendonggakkan dagunya dan pergi. Natasha masuk kedalam villa dan hampir bertabrakan dengan ibunya yang berjalan keluar villa.
“Ma!” Natasha memanggil ibunya dengan suara rendah sambil menarik ibunya yang bernama Clarisa Sanari “Apakah orang-orang yang dikirim oleh kakak sepupu sudah kembali? Hari ini ulang tahunku, aku tidak mau jika ada yang mengetahui bahwa ada gadis yang diculik dan dijual dari keluarga kita! Aku ingin agar Anatasya tidak pernah kembali lagi kesini.”
Clarisa membelai kepala putrinya dengan penuh kasih sayang “Jika tidak ada kabar dari sepupumu bukankah itu pertanda baik? Tenanglah sayang, Anatasya tidak akan pernah kembali dan jika suatu saat dia kembali kesini dia bukan ancaman lagi buat kita. Dia telah dibawa pergi dan dijual ke desa terpencil di luar negeri, dia bahkan takkan bisa pulang kesini.
Apa hebatnya seorang gadis yang dijual ke desa terpencil? Dia hanya gadis desa terpencil yang bodoh!” kata Clarisa. Wajah Natasha berbinar penuh kesenangan membayangkan Anatasya menjalani hidupnya didesa terpencil. Memikirkan itu saja Natasha berharap agar gadis desa itu kembali. Dengan cara itu dia bisa membuktikan bahwa dialah putri yang sebenarnya dari keluarga Hilman.
“Tuan Muda Archilles…..aku mohon jangan batalkan kerjasama dengan perusahaan ayahku. Ini semua adalah kesalahanku dan tidak ada hubungannya dengan ayahku. Jika aku ingin menghukum maka hukum aku saja. Tolong jangan libatkan ayahku dalam masalah ini, jangan libatkan perusahaannya juga. Aku mohon…..”Kenneth adalah orang yang tidak memiliki empati tapi saat dia melihat Natasha yang menangis terisak dengan napas terengah-engah membuatnya kesal. Dia memalingkan wajahnya enggan melihat Natasha.“Kalau sudah seperti ini baru kau sadar jika perbuatanmu itu salah. Tapi saat kau mencuri kartu nama itu apa kau tidak menyadari itu salah? Kau sangat menjengkelkan. Tak perlu memohon padaku!”Hati Natasha semakin sakit karena usahanya sia-sia, hal terakhir yang bisa dilakukannya hanyalah memohon pada Anastasya.“Kak, tolong maafkan aku. Aku sadar kalau aku berbuat salah dengan mencuri kartu nama itu dari tasmu. Tapi apakah kau akan membiarkan keluargamu kesulitan dengan dibatalkannya kerjasama itu?
Anastasya yang selalu cantik dengan dandanan sederhana, kulit putihnya seperti salju yang lembut dan halus. Dengan hanya berdiri saja tanpa mengucapkan sepatah katapun sudah membuat orang-orang diruangan itu mengalihkan perhatian.Wanita itu adalah Anastasya Sanari. Natasha membelalakkan matanya tak percaya, dalam sekejap tatapannya langsung lemas dan hancur.Saat Anastasya melihat ada pancaran ketakutan dimata Natasha, diapun tersenyum sedikit memahami situasi. “Wah jika bukan karena Tuan Muda Archilles, aku bahkan tidak tahu kalau aku sudah ikut main film sebagai pemeran utama wanita.""Tasha kau memang hebat! Bravo! Kau sengaja menyamar sebagai aku untuk mendapatkan peran itu? Apakah kau merasa senang? Mungkin bagimu sangat menyenangkan untuk bermain-main seperti ini, ya?” sindir Anastasya seraya menatap tajam Natasha.Natasha gemetar ketakutan dan merasa sangat malu. Dia mundur dua langkah dengan tangan memegang ujung bajunya. Mampus! Anastasya sudah mengetahui semuanya…...Natasha
Sementara itu dikediaman keluarga Bagaskara. Anastasya masih terjebak dengan antusiasme Keenan yang tidak paham mengapa Brandon menatapnya dengan tatapan tajam penuh permusuhan. Sedangkan Keenan malah menatap Brandon dengan ekspresi yang sulit diartikan.Niat Anastasya yang ingin meminjam mobil malah tidak punya kesempatan untuk berbicara karena situasi ambigu yang dihadapinya. Anastasya tidak tahu harus berbuat apa saat itu, tiba-tiba Kenneth berjalan menghampirinya dengan wajah berkerut.Kenneth meraih pergelangan tangannya lalu menariknya keluar dari rumah itu sambil berkata. “Kita pergi kesuatu tempat. Ada hal penting.”Anastasya belum sempat berekasi saat Kenneth menariknya keluar dari rumah itu.“Hei...mau kemana?”“Hei...”Brandon dan Keenan berteriak bersamaan menghentikan Kenneth tapi sebelum mereka sempat menghentikan Kenneth, keduanya sudah dihalangi oleh Diego. “Apa kalian sudah lupa dengan masalah yang seharusnya kita tangani? Ada apa dengan kalian ini?”Barulah keduanya
Sontak wajah Emma memucat setelah Rian menceritakan semuanya. Pria itu bahkan menyakinkan semua orang untuk memeriksa CCTV di mall untuk melihat kejadian sebenarnya.Emma mengepalkan tangannya lalu memasang wajah menyedihkan, menatap Keenan. “Bukan…...bukan seperti itu kejadiannya. Mereka ini mengarang cerita sembarangan. Mereka sengaja memfitnahku agar aku terlihat buruk dihadapan kalian.”Keenan menatap sinis Emma sambil mencibir, “Masalah anjing tempo hari juga kau bilang dia memfitnahmu, sekarang pun kau bilang dia memiftnahmu juga. Apakah kau seseorang yang selalu difitnah begitu mudahnya? Bahkan oleh seseorang yang tidak mengenalmu sama sekali?’“Aku----” wajah Emma semakin pucat tak mampu berkata-kata lagi. Sepertinya Keenan lebih membela Anastasya daripada dirinya.“CUKUP! Jangan bicara lagi!” ujar Keenan penuh amarah.“Apa kau lupa jika aku sudah memperingatkanmu! Jangan pernah anggap aku ini orang bodoh yang mudah terperdaya olehmu. Dan untuk kedua kalinya kau menganggapku o
Kenneth masih tak bergeming, hanya menatap Emma dengan dingin. Siapa Anastasya itu? Dia sama sekali tidak mengenal Anastasya dengan baik tapi dia pun tidak percaya sedikitpun dengan ucapan Emma.Jika Emma bukan tunangan Keenan mungkin Kenneth sudah mengusirnya sejak tadi dan tak memberinya peluang untuk bicara.“Kau sadar dengan apa yang kau ucapkan barusan? Kau tidak perlu mendikte bagaimana caraku mengatur asistenku. Dia bekerja untukku dan aku yang berhak.”Sebenarnya Kenneth hendak mengatakan “Anastasya” tapi dengan beberapa pertimbangan dia mengganti ucapannya menjadi “asisten utama”.Mendengar ucapan Kenneth sontak membuat wajah Emma pucat pasi. “Aku…..” dia hendak mengatakan sesuatu tapi tak ada satu kalimat pun yang bisa dia ucapkan.Dia sama sekali tak menyangka jika tak ada satu orangpun di ruangan itu yang membelanya padahal dia tunangan Keenan, setidaknya begitulah yang dia pikir.Yang satu lebih mempercayai asisten utamanya sedangkan yang lain malah lebih menyukai gadis u
Emma melirik kearah Keenan dan menyadari jika tunangannya itu menatapnya bahkan dia langsung memalingkan wajah dan ekspresinya tampak biasa saja. Keenan sama sekali tidak tertarik untuk menyapa Emma.Wanita itupun merasa sakit hati dengan sikap dingin tunangannya dan memaksakan tersenyum. “Ehm….ada hal yang ingin kubicarakan denganmu dan juga Tuan Muda Archilles. Aku tidak tahu jika Keenan juga ada disini.”Keenan mengeryitkan alisnya tak senang dengan ucapan Emma. “Kenapa emangnya kalau aku ada disini? Apa aku tidak boleh berada disini atau kau merasa tidak nyaman melihatku disini? Ada urusan apa kau ingin menemui teman-temanku?” ujar Keenan marah.Dia sangat membenci Emma, setelah melihat kekejaman tunangannya dirumah keluarga Hilman dan dia tak menyangka jika wanita itu ingin melakukan sesuatu pada teman-temannya tanpa sepengetahuannya. Benar-benar wanita sialan dan tak tahu malu! Sepertinya wanita ini perlu diberi pelajaran!Emma yang melihat ekspresi kemarahan diwajah Keenan hany