SUAMIKU BOS GILA

SUAMIKU BOS GILA

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-05-06
Oleh:  IstyanahBaru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
6Bab
16Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Apa jadinya ketika si Bos yang biasanya bikin ngebatin setiap hari malah jadi suami? Biru terpaksa menikah dengan Benua, bosnya yang tiba-tiba ngebet pengin punya istri. Si Bos Gila bilang, dia menikah hanya untuk mempertahankan posisinya di perusahaan dan tidak akan menyentuh Biru. Eh tapi setelah menikah dengan Biru, Benua malah meminta ....

Lihat lebih banyak

Bab 1

Bos Gila Pengin Menikah

“Dengerin gue baik-baik, Biru. Gue minta lo datang ke taman malam ini untuk bilang kalau gue mau putus dari lo. Hubungan kita selesai malam ini!” Handika, pria yang sudah menjadi kekasih Biru selama 4 tahun menegaskan dengan suara lantang kata putusnya di depan Biru.

Biru masih mengatur napasnya yang ngos-ngosan setelah tadi berlari dari parkiran menuju taman tempat kekasihnya menunggunya.

Dia pikir Handika memintanya bertemu malam ini karena kangen, dia dan pria itu sudah tidak bertemu selama dua bulan. Nyatanya pria itu melontarkan kata putus.

Biru masih lemas dan hampir pingsan setelah mendengar kata “putus” yang kekasihnya lontarkan.

“Aku nggak mau putus dari kamu. Aku—“

“Gue udah benar-benar muak sama lo yang selalu mentingin bos lo, mentingin adik-adik lo, dan satu lagi, lo perempuan yang ngebosenin!” Handika menegaskan tajam di depan wajah Biru.

“Sok-sokan selalu nolak setiap gue ajak ci*man padahal lo pasti udah tidur sama bos lo. Makanya lo nurut terus sama dia. Cih!” Handika menyeringai sinis memandang Biru yang kini tampak akan menangis di depannya.

Biru yang mulanya akan memohon untuk mempertahankan hubungannya dengan Handika, kini terdiam menahan tangisan dan amarah mendengar kata-kata merendahkan yang pria itu lontarkan.

Pria itu kini pergi dari taman, Biru menatap sengit punggung pria itu dan gereget ingin sekali melempari punggung Handika dengan bebatuan yang berada di dekatnya.

Air mata yang semula Biru tahan susah payah agar tak tumpah kini jebol juga dari matanya. Dia menangis sambil melangkah pergi dari taman.

“Jahat!” teriak Biru sambil terisak karena tadi Handika memutuskannya sambil merendahkannya habis-habisan.

“Gue nggak menyangka dia sejahat itu sama gue. Padahal kan gue nurut sama bos gue karena gue takut dipecat. Kalau gue dipecat dari kerjaan, gimana sama ketiga adik gue yang masih sekolah? Tadi dia malah nuduh gue udah tidur sama bos gue, sialan!” Biru menendang kasar ban motornya kemudian merapatkan helm ke kepalanya.

Biru terburu-buru pergi dari taman, dia malu karena beberapa orang mulai memperhatikannya yang sedang menangis sambil marah-marah.

Di jalan yang sepi menuju rumahnya, Biru yang semula banyak melamun membuatnya tak fokus mengendarai motor hingga hampir menabrak pengendara motor di depannya. Biru yang tadi berusaha menghindar membuatnya terjatuh di pinggir jalan.

“Nasib-nasib, habis diputusin sambil dimaki-maki sekarang gue malah jatuh di pinggir jalan. Nggak usah hidup aja lah gue!” Biru merutukki kesialannya malam ini.

Tidak ada yang membantu Biru berdiri, Biru harus susah payah membangunkan motornya yang menindih kakinya lalu mencoba berdiri menahan sakit di kakinya.

“Aduh … siapa sih yang nelfon gue, argh!” Biru mengamuk tak jelas di pinggir jalan. Hampir dia menjatuhkan motornya yang baru dia bangunkan itu.

Setelah duduk lagi di atas kendaraan roda dua itu Biru mengecek ponselnya yang sampai sekarang masih berdering.

“Bos gila gue mau apa sih hubungin gue? Belum puas apa tadi bahas masalah kunjungan di luar kota!” gerutu Biru melihat nama “Bos Gila” yang tertera di layar ponselnya.

Dia berniat mengabaikan panggilan masuk dari bosnya, tapi Biru yakin nasib pekerjaannya sebagai asisten pribadi bosnya akan terancam.

“Ada apa Pak?” tanya Biru berusaha kalem.

“Cepat ke rumah saya, sekarang!” tegas suara pria di seberang sana.

“Memangnya ada perlu apa Pak?”

“Ada tugas penting yang harus saya sampaikan secara langsung ke kamu!”

“Besok saja bagaimana, Pak? Soalnya sekarang kaki saya lagi sakit banget habis kecelakaan motor dan kepala saya juga pening banget Pak.”

“Tapi kamu masih bisa bernapas kan Biru?”

Deg!

Biru ingin memaki bosnya itu sejadi-jadinya. Bisa-bisanya pertanyaan semacam itu yang keluar dari mulut bosnya.

Dia terlalu berharap lebih bosnya itu akan mengasihaninya setelah mendengar kemalangannya malam ini.

Akh, Biru lupa bosnya itu memang selalu seenaknya, selama Biru masih bernapas, maka Biru tidak diizinkan menolak perintah pria itu.

“Hei Biru!” bentak bos Biru.

Biru terkesiap mendengar suara pria itu. “Ya Pak, saya masih bernapas. Kalau saya nggak bernapas mati dong saya.”

“Nah karena kamu masih bernapas maka tidak ada alasan untuk kamu menolak perintah saya. Sekarang juga kamu ke rumah saya!”

Setelah mengakhiri obrolan dengan bosnya, Biru berteriak di pinggir jalan meluapkan kemarahannya agar tidak menumpuk di dalam dadanya.

“Gini amat sih hidup gue!!”

***

Pria yang memerintah Biru tadi sudah menyambut kedatangan Biru. Pria itu berdiri tegak di teras rumah minimalis miliknya. Meski minimalis rumah bergaya kontemporer yang lekat dengan warna abu dan hitam itu tetap terlihat mewah.

Biru mengumpulkan ketenangannya dahulu sebelum mendekati bosnya, Benua Finn Ediz, pria berusia 35 tahun yang merupakan CEO Sejagat Gemilang, perusahaan yang bergerak di bidang industri pariwisata.

“Kenapa jalanmu pincang begitu?” tanya Benua seolah peduli saat memperhatikan cara berjalan Biru yang kini sedang mendekat ke arahnya.

“Saya habis kecelakaan motor, Pak. Perasaan saya sudah bilang ke Pak Benua,” sahut Biru menahan kesal.

“Oh!” Benua menunjukkan tampang datar itu, tak peduli lagi dengan penyebab Biru berjalan pincang, dia kemudian berbalik masuk ke rumah.

Biru mengernyit sinis menatap langkah pria itu, dia pikir bosnya akan mengasihaninya setelah melihat langsung kondisi kakinya.

"Cepat masuk Biru! Saya akan memberitahu tugas penting yang harus kamu lakukan,” seru Benua lantang dari dalam rumah, dia sudah duduk di sofa dengan posisi kaki kanan naik ke atas paha kirinya.

“Kira-kira dia mau ngasih tugas apaan ya? Please jangan yang aneh-aneh, suasana hati gue lagi buruk banget nih!” gerutu Biru pelan sambil melangkah masuk ke rumah Benua.

“Duduk dan dengarkan baik-baik tugas penting dan darurat yang akan saya berikan!” Benua menegaskan dari tempat duduknya.

Biru baru mendaratkan dirinya di sofa, dia tersentak mendengar ucapan bosnya tadi. “Kenapa tiba-tiba ngomongin hal darurat? Ini bos gue mau ngasih tugas apaan sih? Apa berhubungan sama tugas pertahanan dan keamanan negara?” gumam Biru menebak-nebak membuat kepalanya semakin cenat-cenut.

“Saya sudah didesak kakek saya untuk segera menikah sebelum akhir tahun ini. Sekarang sudah bulan Oktober, itu artinya saya hanya punya waktu kurang dari tiga bulan untuk mencari istri.”

“Lalu?” Biru melongo bingung, dia tak paham arah pembicaraan Benua itu sebenarnya ke mana?

“Dengarkan saya, ini poin pentingnya! Kamu harus mencarikan perempuan secepatnya untuk saya jadikan istri. Kalau bisa minggu ini juga sudah dapat!”

“HAH?” Biru yang sudah melongo sejak tadi tampak semakin bodoh di depan bosnya.

“Sa—saya harus nyariin perempuan buat dijadiin istrinya Pak Benua?” Biru ingin memastikan, yah siapa tahu tadi dia salah menangkap tugas penting dan darurat dari bosnya.

“Ya, itu tugas penting dan darurat saya buat kamu!” Benua menegaskan.

Biru merosot dari tempat duduknya, mencarikan istri untuk Benua itu sama saja akan menambah beban hidup Biru!

“Kenapa Pak Benua tidak cari sendiri saja Pak? Tugas cari perempuan buat dijadikan istri buat Pak Benua bukan termasuk ke dalam pekerjaan saya. Apalagi hal itu tidak ada hubungannya sama perusahaan.”

Benua menggebrak keras meja di depannya, mata pria itu pun seketika melotot tajam menatap Biru. “Jelas ada hubungannya dengan perusahaan, Biru! Kalau saya tidak memenuhi keinginan kakek saya, posisi saya di perusahaan bisa terancam dan posisi saya bisa digantikan oleh cucu angkat kakek saya. Tentu saja saya tidak akan membiarkan hal itu terjadi!”

Mulut Biru baru akan terbuka lagi hendak memberikan saran untuk Benua, tapi bosnya itu lebih dulu menggebrak meja lagi membuat Biru melonjak di tempat duduknya.

“Kamu jangan lancang membantah perintah saya, Biru! Lakukan saja tugas yang saya berikan tadi.”

“Masalahnya Pak, saya nggak tahu perempuan macam apa yang Pak Benua mau. Padahal ya kalau Bapak cari sendiri pun pasti banyak yang mau jadi istri Pak Benua. Makanya Pak Benua jangan terkesan alergi begitu sama perempuan.”

Benua bangkit dari tempat duduknya, sorot matanya yang tajam itu terus menyoroti Biru yang tadi sudah lancang menasihatinya.

Sementara di tempat duduknya, Biru menunduk takut saat pria itu terus memandangnya setajam itu.

Oh sungguh tatapan pria itu seperti ingin menghabisi Biru saat ini juga.

“Kamu ingat bukan apa yang kamu lakukan sampai akhirnya saya memilih kamu menjadi asisten pribadi saya? Kamu saat itu memohon di depan saya sambil menangis dan bilang akan bekerja sebaik mungkin untuk saya. Tapi sekarang kenapa saat saya memberikan tugas ke kamu untuk mencarikan saya istri, kamu banyak protes dan lancang menasihati saya!”

Benua berhenti di depan Biru, dia sedikit membungkuk untuk melihat wajah asisten pribadinya yang sedang menunduk.

Sementara jemari Biru saling meremas kesal, dia hanya sanggup diam di depan Benua.

Pria itu berhasil menyudutkan Biru dengan momen saat Biru memohon ke pria itu tiga tahun yang lalu saat Biru sudah putus asa ingin segera mendapatkan pekerjaan.

“Saya bisa kapan saja memecat kamu kalau kamu kebanyakan protes. Jadi lakukan sebaik mungkin tugas yang saya berikan!” Benua menuding tegas ke arah Biru.

Biru pada akhirnya mengangguk meski tak yakin bisa melakukan tugas penting dan darurat yang barusan bosnya berikan.

“Iya siap Pak Benua. Jadi Pak Benua mau perempuan yang seperti apa?” Nada suara Biru sudah lebih tenang, dia membuang semua kekesalannya ke Benua demi mempertahankan pekerjaannya dan tentunya demi ketiga adiknya.

“Ya kamu lihat dong bentukan saya baik-baik Biru. Saya ini pria yang terhormat dan tentunya kamu harus mencarikan perempuan yang sepadan dengan saya!” Benua berdiri tegak sekaligus mendongak menyombongkan dirinya, sedang pamer dirinya yang katanya terhormat.

Biru mengangguk kaku setelah melihat baik-baik wujud Benua dari atas sampai bawah.

Postur badan Benua yang tinggi tegap, kulit pria itu yang tergolong kuning langsat, rahangnya tegas, dan setiap bagian wajah pria itu hampir tidak ada cela akan mudah membuat perempuan terpesona.

Pria itu memang tampan, bahkan sangat, tapi karena Biru sudah tahu pria itu sangat menyebalkan dan tak punya hati, ketampanan Benua di mata Biru sudah luntur.

“Kalau kamu sudah paham tugas dari saya tadi, sekarang kamu boleh pergi. Tubuh terhormat saya juga sudah lelah dan butuh istirahat.” Benua menggerakkan kedua tangan dan kepalanya ke kanan dan ke kiri seperti sedang malakukan peregangan.

“Saya sudah paham Pak. Saya akan melakukan tugas itu secepatnya dan sebaik mungkin. Sampai bertemu besok, selamat malam.” Biru bangkit dari sofa, dia menunduk memberikan hormat ke Benua lalu melangkah cepat keluar dari rumah itu.

Biru menendang-nendang ban motornya, meluapkan kekesalan karena perintah dari Benua tadi.

Dia melirik ke arah teras rumah itu memastikan Benua tidak sedang memperhatikannya. Biru lanjut menendang-nendang ban motornya lagi.

Sakit di kakinya itu tidak seberapa dibandingkan rasa kesalnya yang sedang memuncak.

“Dasar bos gila! Dia yang tiba-tiba ngebet pengin menikah, eh malah gue yang jadinya puyeng harus nyariin perempuan buat dijadiin bininya!”

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
6 Bab
Bos Gila Pengin Menikah
“Dengerin gue baik-baik, Biru. Gue minta lo datang ke taman malam ini untuk bilang kalau gue mau putus dari lo. Hubungan kita selesai malam ini!” Handika, pria yang sudah menjadi kekasih Biru selama 4 tahun menegaskan dengan suara lantang kata putusnya di depan Biru.Biru masih mengatur napasnya yang ngos-ngosan setelah tadi berlari dari parkiran menuju taman tempat kekasihnya menunggunya.Dia pikir Handika memintanya bertemu malam ini karena kangen, dia dan pria itu sudah tidak bertemu selama dua bulan. Nyatanya pria itu melontarkan kata putus.Biru masih lemas dan hampir pingsan setelah mendengar kata “putus” yang kekasihnya lontarkan.“Aku nggak mau putus dari kamu. Aku—““Gue udah benar-benar muak sama lo yang selalu mentingin bos lo, mentingin adik-adik lo, dan satu lagi, lo perempuan yang ngebosenin!” Handika menegaskan tajam di depan wajah Biru.“Sok-sokan selalu nolak setiap gue ajak ci*man padahal lo pasti udah tidur sama bos lo. Makanya lo nurut terus sama dia. Cih!” Handika
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-05-05
Baca selengkapnya
Bertemu Dua Wanita
“Sudah mandi belum kamu?” tanya Benua setelah menghentikan langkahnya di depan Biru yang pagi ini sudah menyambut di depan ruangan kerja.Biru yang sudah berdandan rapi dengan penampilan khasnya, rambut dikucir satu dengan sedikit poni, mengenakan blazer hitam, rok hitam, dan pantofel mengilap, terkesiap mendengar pertanyaan bosnya.Biru tak habis pikir, bosnya akan melontarkan pertanyaan semacam itu.Apalagi pertanyaan itu terlontar dari mulut pria yang selalu membanggakan dirinya sebagai pria terhormat.“Tentu saja sudah Pak,” jawab Biru tenang walaupun kesal setelah mendengar pertanyaan tak bermutu dari Benua semula.“Oh … sudah ya. Saya pikir belum, soalnya bentukan muka kamu masih begitu saja.”“Heh begitu saja bagaimana Pak?” Biru melongo sempurna. Tak paham maksud ucapan Benua tadi.“Ya mukamu begitu-begitu saja."“Begitu saja bagaimana Pak maksudnya?” Biru menuntut penjelasan. Masih pagi dan Biru sudah dibuat pening untuk mencerna ucapan bosnya.Benua mengangkat kedua bahunya,
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-05-05
Baca selengkapnya
Pak Benua Nggak Normal?
“Cepetan Biru! Kamu ini dandannya lama sekali!”“Sabar Pak. Ini sebentar lagi selesai.”“Lagian ya kamu dandan lama pun tidak akan merubah bentukan wajah kamu yang biasa saja itu!”Biru yang sedang memoles bibirnya dengan lipstik berwarna merah cabe itu sampai tak fokus karena mendengar kekesalan Benua.Seharusnya dia yang melontarkan kekesalan ke Benua, tadi sore pria itu menolak kedua wanita pilihannya begitu saja. Satu jam kemudian Benua tiba-tiba meminta Biru untuk menemani ke pesta ulang tahun teman pria itu.“Bos macam apa yang harus menunggu asisten pribadinya sampai lumutan begini? Seharusnya kamu yang nungguin saya, ini saya harus jemput kamu dan nungguin kamu pula. Hadeh!”Tidak ada habisnya Benua menggerutu, padahal belum ada lima menit dia sampai di depan gang rumah Biru dan menunggu wanita itu.“Kok jadi nyalahin saya Pak? Pak Benua sendiri yang mendadak minta tolong ke saya untuk menemani Pak Benua ke birthday party teman Pak Benua dan Pak Benua bilang sendiri akan menje
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-05-05
Baca selengkapnya
Jadi Istri Saya!
“Bos lo tuh gimana sih Ru? Katanya pengin dicariin perempuan buat dijadiin istrinya, eh giliran udah dicariin dia malah cuekin dan pergi gitu aja. Nggak enak nih gue sama Laura dan Chika. Mereka marah-marah sama gue!”Biru mengembuskan napas lelah mendengarkan kemarahan Ully, tapi dia memaklumi itu, Benua memang sudah keterlaluan dan dia menyaksikan sendiri bagaimana sikap dingin Benua ke Laura dan Chika.“Maaf ya Ul. Gue juga jadinya nggak enak sama lo mana lo udah bantuin gue.”“Bilangin ke bos lo, cari aja sendiri perempuan yang mau dia jadiin istri. Biar lo juga nggak ikut puyeng karena tugas konyol dari dia itu!”Ully mengakhiri obrolan lebih dulu, Biru kemudian melempar ponselnya ke samping. Dia lanjut memijat kakinya yang mulai terasa cenat cenut lagi. Meski kakinya masih terasa sakit karena kecelakaan motor kemarin malam, tapi Biru berusaha menahan itu agar tetap terlihat profesional saat bekerja.Dia pun sampai rela lari-larian mengejar bosnya saat di kafe dan tadi dia rela
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-05-05
Baca selengkapnya
Melamar Biru
“Saya tidak mau jadi istri Pak Benua!”“Kenapa tidak mau?”“Saya kan asisten pribadi Pak Benua, masa saya mau dijadiin istri Pak Benua?”“Tidak ada yang salah Biru, kamu tetap bisa menjadi asisten pribadi saya sekaligus istri saya nantinya.”“Pokoknya saya tidak mau!”“Kamu tidak boleh menolak. Nanti malam saya akan melamar kamu!”Percakapan emosional saat di taman tadi pagi terus mengganggu Biru dan setelah Benua mengungkapkan permintaan tidak terduga itu, pria itu meminta Biru untuk fokus bekerja lagi.Sekarang Biru akan cari aman takutnya Benua benar-benar nekat akan melamarnya, dia akan kabur ke apartemen Ully.“Kakak pergi dulu ya. Kalau ada yang cari kakak bilang aja lagi di rumah temen.” Biru berpesan terburu-buru ke ketiga adiknya yang sedang berkumpul di ruang TV yang menyatu dengan ruang tamu.“Kakak mau menginap?” Flower memegang tangan Biru sebelum kakaknya itu keluar penuh dari rumah.“Iya soalnya Ully lagi pengin ditemenin malam ini, tapi jangan bilang kakak lagi di apar
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-05-05
Baca selengkapnya
Calon Istri Benua
Jemari Biru gemetar saat Benua akan menyematkan cincin ke jari manis sebelah kirinya.Di dekat Biru dan Benua, ketiga adik Biru menyaksikan proses mendebarkan itu. Sementara ibu Biru yang bekerja di Taiwan menyaksikan lamaran itu lewat video call, pun dengan kakek Benua yang malam ini tidak bisa menghadiri lamaran Benua dan Biru, kakek Benua sedang berada di luar kota.“Yey selamat Kak!” Flower loncat-loncat kesenangan melihat kakaknya sudah mengenakan sempurna cincin itu di jari manisnya.Setelahnya Biru yang bergantian menyematkan cincin itu ke jari manis Benua.Lamaran yang dilakukan secara sederhana itu berjalan dengan lancar. Ketiga adik Biru sama bahagianya malam ini, ketiganya memang mendukung penuh kakaknya bersama Benua.Senyum tulus yang ketiga adik Biru tunjukkan sekarang berbeda dengan senyum kaku Biru. Di depan ketiga adiknya, ibunya dan Pak Jagat, Biru harus menunjukkan seolah dia bahagia setelah Benua melamarnya, padahal tak ada bahagianya sama sekali.Jika tidak karena
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-05-06
Baca selengkapnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status