“Tuan, hasil ini negative, tapi ada semburat garis ke dua. Apa saya boleh melakukan test sekali lagi? Mungkin pakai tespek ini saja,” jawab Dokter sambil memberikan sebuah testpek yang kelihatannya lebih canggih dari testpek yang sebelumnya.
“Tidak! Aku tidak mau test lagi. Aku juga sudah tidak kebelet buang air kecil kok. Ngapain, aku test lagi,” tolak Feli bersiap meninggalkan kantor Kevin.
“Berani kamu keluar dari ruangan ini, aku langsung kirim video kamu di group chat keluarga! Coba saja, kalau berani!” ancam Kevin terdengar tidak main-main.
Nyali Feli seketika itu juga ciut. Ia lalu kembali duduk dan menatap sebal kepada Dokter yang sedang menyodorkan sebuah testpek baru.
“Kenapa aku harus test lagi kalau memang tadi sudah negatif. Dokter sengaja mau ngerjain saya, yah?!” bentak Feli tidak terima.
“Maaf, Nona. Karena Anda melakukan test kehamilan tidak pada saat pagi hari atau saat urine pertama. Maka hasilnya bisa saja kurang akurat."
"Atau, kalau Nona tidak bisa buang air kecil lagi, bagaimana kalau kita ke tempat praktek saya saja, kita hanya perlu menyeberang saja kan, Tuan Kevin?” usul Dokter tersebut membuat Kevin langsung menghentikan aktifitasnya.
Dia langsung menekan tombol simpan dan segera mematikan komputer lalu berdiri mengambil jas serta kaca mata hitamnya. “Ayo, kita pergi sekarang,” ajak Kevin tidak menerima penolakan dari Felisha yang hendak protes saat itu juga.
“Hump!” Feli langsung mendorong dada Kevin dengan sekuat tenaga.
“Kamu bajingan ya?! Bisa-bisa kamu cium aku, hah?! Aku jijik sama kamu, Kevin!” teriak Felisha sambil mengelap bibirnya beberapa kali dengan kasar.
“Kamu terlalu cerewet, mulai sekarang kalau kamu protes terus dan telingaku tidak tahan maka aku akan menciummu lagi. Paham?! Ayo, ngomel lagi, kamu!” ancam Kevin tidak main-main.
Seketika itu juga Felisha langsung bungkam. Ia hanya mengikuti langkah Kevin dari belakang dan sama-sama menyeberang ke rumah sakit. Felisha lalu masuk ke ruangan Dokter Anggi, Dokter yang selama ini memeriksanya dengan sabar.
“Tolong berbaring, Nona. Saya akan memeriksanya sendiri, sesuai dengan permintaan Tuan Kevin, saya akan merahasiakan data Anda,” kata Dokter Anggi membuat Feli sedikit bernafas lega.
Dilaburkannya gel pada perut rata Feli, lalu dia mulai menempelkan sebuah alat dan menatap layar monitor, Feli tidak mengerti apa-apa saat melihat gambar monitor yang terlalu abstrak baginya.
“Tuan, lihat ini.” Dokter Anggi lalu menunjuk sebuah kantung kecil dengan sebuah bulatan yang berkelap kelip.
“Apa itu, Dok?” tanya Kevin menatap layar tersebut dengan serius.
“Itu adalah jantung janin yang ada di dalam perut Nona Felisha,” jawab Dokter sambil tersenyum lebar.
Bagai tersambar petir, tubuh Felisha langsung menegang, matanya berkaca-kaca. “Nggak! Nggak mungkin! Aku nggak mau hamil! Gugurin! Gugurin anak ini! Aku nggak mau hamil anak pria bejat kayak kamu!” pekik Felisha seketika histeris sambil memukuli perut ratanya.
Kevin langsung memegang kedua pergelangan tangan Felisha, dan langsung memeluk Felisha dengan erat. “Stop Fel, jangan gila! Stop aku bilang!” bentak Kevin sambil mengguncangkan tubuh Felisha.
“Aku nggak mau anak ini! Gugurin, aku mohon, gugurin anak ini!” tangisnya tersedu-sedu.
“Tuan, saya permisi keluar dulu,” ijin Dokter Anggi lalu meninggalkan Kevin dan Felisha berdua.
“Kamu lupa sama perjanjian kita? Apa kamu hari ini juga aku hancurkan keluarga kamu, hah?!” Kevin sangat marah saat mendengar Felisha hendak menggugurkan anaknya.
Feli termangu, dia masih terus menangis dalam diam, bibirnya bergetar hendak memaki namun rasanya semua sia-sia.
“Batalkan pernikahanmu dengan Clay. Minggu depan saat makan keluarga bersama, batalkan dan katakan kamu tidak mau menikah dengan Clay, paham?” tekan Kevin tidak mau dibantah.
“Alasan apa yang harus aku sampaikan? Lalu bagaimana jika mereka menolak, bagaimana kalau Clay marah dan kecewa, bagaimana kalau keluargamu justru menagih uang yang pinjam perusahaan papaku. Apa kamu, tidak memikirkan semua itu?” tangis Feli tersedu.
Tidak pernah sekali pun Feli membayangkan jika hidupnya akan terjerat dalam benang kusut seperti ini. “Aku yang akan mengatakan alasannya. Aku jamin, tidak akan ada yang berani menagih utang papamu selama aku ada. Sekarang, kamu harus membuat surat perjanjian yang baru denganku,” ucap Kevin.
“Perjanjian apa lagi? Tidak puas kamu menghancurkan hidupku? Menghancurkan pernikahan adik kandungmu sendiri. Apa lagi yang kamu inginkan dari aku, Kevin?!” Felisha tidak habis pikir, Kevin selalu saja menyudutkan dirinya dengan perjanjian-perjanjian baru.
“Aku, minta kamu buat surat pernyataan, bahwa kamu akan merawat janin itu dengan baik. Minum vitamin tepat pada waktunya dan rutin kontrol setiap bulan bersama denganku."
"Setelah menikah, kamu juga harus tinggal di penthouse denganku. Merawat anak kita, aku tidak mau kamu pakai baby sitter, aku mau kamu dan aku merawat anak kita bersama. Paham, Feli?” Kevin berharap tidak ada penolakan lagi dari Felisha.
Mendengarnya, Felisha terbahak hingga menangis, ia tertawa sambil memukuli ranjang tempatnya duduk saat ini. “Apa yang lucu, Fel?” tanya Kevin tidak suka dengan reaksi Felisha.
“Bukan main, kamu memperkosa aku, lalu kamu meminta aku menikah dan merawat anak kamu. Kini kamu juga meminta aku merawat anak haram ini sendiri, Hahaha!"
"Kamu bermimpi, Kevin! Kamu kira dengan memaksa aku merawat anak ini, lantas aku akan menyayangi anak haram yang akan aku lahirkan? Kamu bermimpi!” tawa Felisha bercampur tangisan pilu.
Kevin langsung mencengkeram rahang Feli dengan kuat. Matanya memerah, terdengar suara Kevin menggertakkan giginya. “Jangan sekali-kali kamu mengatakan anak dalam kandunganmu itu dengan sebutan anak haram!"
"Sekali lagi aku dengar kamu katakan hal tidak pantas seperti itu pada nyawa bayi yang tidak berdosa. Aku tidak akan segan-segan akan menghabisi keluargamu, Felisha!” desis Kevin seraya mendorong wajah Feli dengan kasar.
“Aku akan menunggu di luar dan memanggil Dokter Anggi. Ikuti semua sarannya, mulai malam ini kamu sudah harus tinggal di penthouseku."
"Jangan menolak, karena aku tidak percaya denganmu jika kamu tinggal sendirian.” Kevin lalu pergi meninggalkan Feli yang masih tersengal sambil menundukkan wajahnya.
Setelah mendapatkan resep dari Dokter Anggi, Feli dengan tatapan kosong langsung keluar dari ruang praktek khusus milik temannya Kevin itu. “Ini resepnya.” Felisha lalu memberikan selembar kertas tersebut kepada Kevin.
“Hem, ayo aku antarkan kamu ke apartemen untuk mengambil bajumu.” Kevin Bersiap untuk pergi.
“Jika aku berjanji akan menjaga janin ini dan tidak melakukan macam-macam, apakah kamu akan memenuhi permintaan terakhirku sebelum aku membatalkan pernikahanku dengan Clay?” tanya Felisha dengan suara bergetar.
“Tergantung dari permintaanmu. Apa, yang kamu inginkan?” tanya Kevin menatap tegas Felisha yang sesekali masih tersengal.
“Kumohon Kevin, Aku hanya minta … “
"Clear!" teriak salah satu polisi.Sedang polisi yang lain berteriak dengan panik. "Medis! Medis!" Lalu bergegas tim medis yang sudah menunggu di belakang pun berlari.Mereka menolong, Jelly yang juga tampak tidak baik-baik saja. Lalu beralih pada Felly yang juga dalam kondisi yang sangat memprihatinkan."Tuan, bisakah anda ikut dengan kami untuk ke kantor polisi memberikan keterangan?" tanya salah seorang detektif dan Kevin menganggukkan kepalanyaa.Dia memastikan terlebih dahuku, Felly masuk ke dalam rumah sakit dan meminta Zayn untuk menemani Felly. Lalu memberikan kabar secara berkala."Pergilah, aku akan mengabarimu. Kau juga kabari aku, jika ada kesulitan di kantor polisi, okay?" ucap Zayn, mengingatkan Kevin, selama dia berada dekat dengan Zayn, semua masalah pasti akan teratasi.Beberapa jam kemudian, kabar meninggalnya Clay menjadi kabar nasional di London. Betapa terkejutnya Garini saat mendengarkan berita tersebut. Air matanya tumpah, dia menangis histeris dan segera memin
Tubuh Felly membeku mendengar betapa di setiap kata yang diucapkan oleh Clay mengandung jutaan rasa kebencian. "Aku hanya seorang, Jalang?" lirih Felly tidak tahan mendengar perkataan tersebut.Dia menangis, dia bukan seorang jalang, dia adalah wanita baik-baik yang ingin mengejar cintanya, cinta sejati yang ditawarkan oleh Clay saat dia ikut ke London. Mengira akan memperoleh kehidupan baru yang mapan dan sederhana. Felly justru menciptakan neraka dari keputusan salahnya."Jelly, lucuti pakaiannya!" perintah Clay pada Jelly dan tidak mau banyak bertanya. Jelly dengan tangan gemetar pun segera mendekati Felly."Tolong, bekerja samalah dengan aku. Suamimu sangat mengerikan, dia akan memukulku seperti dia memukulmu jika kau tidak mau mengikuti perintahnya," bisik Jelly yang sudah melihat kekalutan serta kemarahan yang tidak normal pada sikap Clay.Benar saja, beberapa saat kemudian tampak Clay yang tidak sabaran dengan kedua wanita d
Saat pintu penthouse seketika dibuka kasar oleh Clay. Tampak, Felly sedang mengangkat sebuah kantung sampah, tidak terlalu besar di salah satu tangannya.Felly menatap Clay terpaku, saat ada seorang wanita seksi sedang bergelanyut manja di dalam pelukannya. Senyum kemenangan tercetak jelas di wajah jalang yang bernama Jelly tersebut. "Clay, dia pembantu atau istrimu? Seorang Nyonya tidak akan membawa kantung sampah seperti itu, Sayang," ucap Jelly sambil mengusap dada Clay yang kemejanya sudah dia buka bagian kancing atasnya.Clay menoleh melihat wajah Felly dengan muak, padahal wanita itu sudah diakui olehnya sebagai istri. Walau sampai saat ini, mereka berdua sama sekali belum terikat dalam sebuah pernikahan."Apa yang kau lakukan?" tanya Clay dengan nada suara yang kasar, dia jijik melihat tubuh Felly yang penuh dengan luka memarnya, lihatlah wanita cantik ini justru menggunakan piama yang tidak seksi sama sekali.Gezan me
Wanita itu berpikir jika Clay akan memberikan sebuah percintaan gila yang sangat hebat di atas ranjang. Wanita jalang ini, tidak tau kegilaan apa yang akan Clay lakukan. Dengan bodohnya dia justru kembali merayu Clay yang sudah paanas.“Kalau begitu, aku juga mau dihukum olehmu, Clay. Aku suka dihukum, aku suka mendesah dan merintih sambil menangis karena kenikmatan yang akan kau berikan padaku. Oh, aku sangat tidak tahan membayangkannya,” jawab jalang itu dan Clay kembali terbahak.“Kau bisa mati di tanganku, kalau kau memintanya,” tawa Clay, dikira adalah sebuah tawa menggoda bagi wanita tersebut yang akhirnya juga ikut tertawa sambil meraup kasar bibirnya Clay.Keduanya tampak tidak tau malu, dia meraup dan meremas dada wanita itu tersebut di hadapanya Kevin dan Zayn. Dia bahkan masih dengan nafsu gilanya meraba kasar bagian inti wanita tersebut."Aku tidak sabar untuk bertemu istrimu, Clay."
"Kalau begitu, tunjukkan foto orang yang ingin kau cari," ucap Zayn menatap Kevin dengan serius.Kevin dengan perlahan mengambil dompet. Ia buka dan ia pandangi sebuah foto yang membuat matanya menyendu. Sebuah tarikan nafas yang menyesakkan didengar oleh Zayn saat Kevin sedang mengeluarkan sesuatu dari dalam sana.Tidak ada senyuman, hanya tatapan sendu yang menyimpan segudang kerinduan yang tak terucap dan seribu bahasa kesakitan yang tidak terucap. Dengan senyuman yang tampak sangat memprihatinkan, Kevin mengangkat wajahnya dan memberikan apa yang diminta oleh sahabatnya itu.“Zayn, ini adalah wanita yang aku cari.” Kevin memberikan foto pengantinnya dan Zayn menerimanya dengan sambil menatap prihatin sahabatnya.“Dia, istrimu?” tanya Zayn suara terdengar tercekat di tenggorokkan.“Ibu dari anakku. Dia bukan istri, tapi mantan istri,” ucap Kevin, menghela nafas sejenak.Zayn tidak percaya. “Mantan istrimu, Kevin? Jangan, katakan jika Clay merebutnya darimu?” tampak kebencian tergam
Sesilia tampak tidak main-main untuk ancamannya kali ini. Dia masih sangat dendam dengan Clay, bagaimana cara Clay menghancurkan hubungannya dengan Damian adalah cara paling buruk sepanjang masa dan paling hina baginya.Kevin menyadari kepedulian sepupunya itu, ia tersenyum ramah. “Sesil, aku sangat bahagia mendengar rencana pernikahanmu dengan Damian.”“Alangkah baiknya, kau tetap fokus pada datangnya hari bahagiamu. Aku, kesana bukan untuk mengganggu kehidupannya Fely, Sesil. Aku ingin memastikan kalau ibu dari anakku saat ini baik-baik saja,” terangnya lalu mengelus rambut Sesil.“Tapi, Kev-““Beib! Come on, jangan menghalanginya. Bagaimana pun Mira masih butuh mommy-nya kan? Jika aku menjadi Kevin, aku juga akan melakukan hal yang sama. Kevin, bukannya mau mengemis cinta dan membuat Fely besar kepala, pikiranmu itu terlalu jauh.” Damian tersenyum singkat lalu mencium pipi Sesil untuk menenangkan wanitanya.Wajah Sesil tampak tidak bahagia, tapi isi hati dirinya sudah terbaca oleh