Anna menelan ludah dengan sukar, ia merasa gugup mendengar nada suara Ray yang tegas, walaupun ia sudah sering mendengar tetap saja ia takut. “I-iya, Ray! Saya juga tidak suka dengannya.”Ray menegakkan badan, ia berlalu dari meja Anna dan duduk di kursi kerjanya yang empuk. Dinyalakannya komputer dan ia mulai memeriksa pekerjaan dari stafnya yang dikirim lewat email.Sementara Anna sendiri, pada awalnya ia sedikit bingung, karena tidak mengetahui apa yang harus dikerjakannya. Diperiksanya berkas yang ada di atas meja untuk ia pelajari. Anna menemukan catatan kerja mantan sekretaris Ray yang teratur, sehingga memudahkannya dalam memahami apa yang harus ia lakukan.Pintu ruang kerja Ray diketuk dan setelah dipersilakan, masuklah salah seorang staf Ray yang masih muda. Pada saat melewati meja Anna ia berhenti sebentar dan melihat ke arah Anna, dengan tatapan heran.“Siapa kamu? Dan mengapa kamu duduk di sini?” Tanya orang itu dengan tatapan penasaraan.Ia mengamati wajah cantik Anna den
Anna melirik Ray, ia menjadi takut, kalau Ray akan percaya dengan kebohongan yang dikatakan oleh mantan istrinya itu. “Tolong, jangan berbohong! Saya tidak seperti apa yang kamu katakan.”Anna meraih jemari Ray, meminta kepada suaminya itu untuk memperhatikan dirinya. Namun, Ray hanya memandang ke arah mantan istrinya, dengan tatapan dingin. “Siapa yang meminta pendapatmu?”Seorang petugas keamanan terlihat berjalan tergopoh-gopoh mendatangi mereka. Ia takut melihat tatapan dingin dari Ray yang dilayangkan kepadanya.“Kamu melakukan kesalahan lagi! Apa kamu memang ingin saya pecat, katakan saja!” tegur Ray dengan nada suara tajam.Kepala petugas keamanan itu tertunduk, karena merasa bersalah. “Maaf, Tuan! Nyonya ini masuk begitu saja, saya sudah berusaha mencegahnya, tetapi ia datang bersama dengan seseorang dan saya harus mengamankan teman dari wanita ini terlebih dahulu.”Ray mengerutkan kening mendengar apa yang dikatakan oleh petugas keamanannya. “Apa maksudmu dengan berkata, sepe
Ray menatap layar ponselnya dengan rasa bahagia, karena pencariannya akan orang yang hendak membuat Istrinya terbunuh sudah ketangkap. “Jaga orang itu! Saya akan segera ke sana.”Anna menatap Ray dengan rasa penasaran, tetapi ditunggunya suaminya itu selesai berbicara di telepon. Setelah selesai, ia langsung saja bertanya kepada Ray, “Apa maksud dari telepon tadi?”Ray melirik Anna sekilas. “Tidak ada yang penting! Hari ini saya tidak berangkat ke kantor. Kamu akan diantar sopir.” Ray mengecup kening Anna sekilas, kemudian beranjak dari tempat tidur.Ia berjalan menuju kamar mandi, beberapa saat berlalu Ray kembali ke kamar untuk berganti pakaian.Anna duduk di atas tempat tidur memperhatikan apa yang dilakukan oleh Ray, melalui matanya. Ia menggunakan selimut untuk menutupi tubuhnya yang telanjang.“Kamu tidak apa, bukan saya tinggal?” Tanya Ray, sambil memasang celana kainnya.Anna beranjak dari tidur, dengan selimut melilit di badan. Ia berjalan mendekati Ray dirapikannya kerah kem
Dengan cepat Anna bangkit dari duduk, sampai-sampai kursinya terjatuh. Ia menyentuh pinggang Ray dengan lembut. “Ray! Tolong jangan berkelahi di sini.”Ray melepaskan cekalannya di kerah kemeja stafnya itu, sambil mendorongnya dengan kasar. “Saya peringatkan kepadamu, agar jangan pernah mencoba mendekati, apalagi merayu Istri saya!”Staf Ray mengangkat tangan, dengan suara dan wajah tenang, tidak memperlihatkan rasa takut, karena ancaman dari Ray. “Jangan khawatir, Bos! Saya tidak akan mendekati Istri Anda.”Staf itu berjalan menjauh dari Ray, ia berjalan keluar restoran tersebut, sambil bersiul. Seolah dirinya tidak terpengaruh sama sekali dengan apa yang baru saja terjadi.Ray membalikkan badan ditatapnya Anna dengan raut wajah yang dingin. Tanpa bersuara Ray mendirikan kursi yang dijatuhkan Anna, lalu memberikan kode kepada Istrinya itu untuk duduk.Anna duduk kembali di tempatnya semula. Suasana tegang masih terasa di meja tersebut. Ia melirik Ray, yang sudah duduk di kursi kosong
Anna membalikkan badan, begitu ia mendengar suara langkah kaki di belakangnya. Ia mengacungkan ponsel yang ada di tangannya ke arah Ray. “Mantan istrimu, yang masih mencintaimu menelepon!”Disodorkannya ponsel ke tangan Ray, ia kemudian berjalan dengan cepat keluar dari kamar. Begitu sudah berada di luar kamar Anna mengusap air matanya yang turun membasahi pipi.Ia berjalan terus menuruni tangga menuju dapur. Ia akan membuatkan sendiri makan malam untuk Ray dan dirinya, karena ia juga belum makan. Ia menunggu suaminya itu datang untuk makan bersama.‘Mengapa wanita itu keras kepala dan tidak tahu malu masih saja mengganggu rumah tangga orang! Dan kenapa saya juga merasa sakit, karena wanita itu? Apakah diriku masih meragukan cinta dari Ray?’ batin Anna.Sesampainya di dapur di bukanya pintu kulkas diambilnya daging dan sayuran. Ia mencuci sampai bersih daging dan sayuran, kemudian memotong-motongnya. Ia akan membuat daging cincang untuk makan malam mereka.Anna berdiri di depan kompor
Ray dengan cepat melihat ke arah pintu, senyum sinis dengan tatapan tajam dilayangkannya ke arah Anna. “Apakah kau suka dengan apa yang kau dengar Anna?” sindir Ray.Dimasukkannya ponsel ke saku jas yang ia pakai, kemudian dirinya berjalan melewati Anna, begitu saja. Ia, bahkan tanpa sengaja menyenggol pundak Anna, sehingga Istrinya itu merasa sakit.Ray hanya berhenti sebentar, tetapi tidak meminta maaf. Ia lanjut berjalan tanpa meminta maaf kepada Anna. Ia tidak peduli, dengan perasaan Anna, sepertinya ia hanya ingin secepatnya sampai di tempat mantan istrinya itu berada.“Ray, Apakah kau akan menemui Claire?” Tanya Anna, dengan suara pelan.Ia tahu itu adalah pertanyaan bodoh, karena dirinya tadi secara tidak sengaja mendengar percapakan Ray dengan mantan istrinya di telepon.Ray terus berjalan diabaikannya panggilan Anna, walau ia tahu apa yang dilakukannya itu membuat Anna menjadi kecewa dan terluka.Anna menundukkan kepala, dengan langkah kaki gontai ia berjalan keluar dari rua
‘Apa! Kau bodoh, karena sudah membiarkan Istriku menghilang begitu tanpa sepengetahuanmu! Sekarang kamu harus mencarinya sampai ketemu dan jangan perlihatkan wajah di depanku, sebelum kamu berhasil membawanya kembali!’ bentak Ray di ujung sambungan telepon.Sopir Ray menjauhkan ponsel dari telinganya. Ia sudah tahu, kalau bosnya itu akan marah hanya saja ia tidak mengira bosnya itu akan berteriak di telepon.‘Baik, Bos! Saya akan mencari Nyonya anna dan membawanya kembali kepada Anda,’ sahut sopir Ray.Sambungan telepon di tutup sopir itu, wajahnya terlihat kesal, karena sekarang ia harus mencari istri bosnya itu di tengah badai salju.“Wanita itu suka sekali menghilang!” gerutu sopir tersebut.Petugas keamanan yang menemaninya pun menimpali, “Saya bisa mempelihatkan rekaman kamera pengaman, barangkali saja ada sesuatu yang bisa membantu Anda untuk mencari keberadaan Istri bos.”Pria itu mengangguk, ia menyukai saran yang ditawarkan oleh petugas keamanan tersebut. Mereka keluar dari r
Ray menjadi terkejut, ia membalikkan badan. Ditatapnya pria yang baru saja melayangkan tinju ke arah pipinya, dengan keras. Ia berdiridari duduknya. “Saya juga tidak ingin berada di sini! Sekarang saya akan pergi dan katakan kepada istrimu untuk tidak menggangguku dan Istriku!”Ray berjalan menjauh dari suami Claire, dengan tangan terkepal di sisi badan. Ia gatal hendak balas menampar suami Claire. Hanya saja pria itu beruntung, karena Ray tidak ingin berurusan dengan pria itu.Ia hanya ingin cepat pergi dari tempat ini dan mencari keberadaan istrinya. Biar saja Claire menjadi tanggung jawab dari suaminya.‘Halo, apakah kamu sudah mendapatkan informasi kemana sopir taksi itu membawa istri saya?’ Tanya Ray, melalui telepon kepada sopir, sekaligus orang kepercayaannya.‘Saya saat ini sudah berada di depan gedung apartemen istri Anda, Tuan!’ sahut sopir Ray.‘Bagus! Saya sebentar lagi akan sampai di san. Tolong, kamu kirimkan alamatnya,’ ucap Ray.Ditutupnya sambungan telepon, lalu dima