Share

14. Tudung Saji Pacar Sang Kuntilanak

Aku tidak bisa tidur. Bang Arya di sampingku sudah seperti kerbau ngorok. Rasanya lucu sekali, tidur di sisi orang yang baru kau kenal dalam hitungan jam. Kupandangi wajahnya yang sedang mangap.

Perfect!

Bahkan tahi lalat kecil di bawah dagunya pun sama dengan yang kupunya. Mungkinkah dia ini moyangku? Atau mungkin dia yang dulu, lalu aku adalah reinkarnasinya. Mungkinkah?

"Kenapa kau melotot menatapku seperti itu? Kau mau cipok aku, ya?"

Astaga! Aku kaget, sumpah! Tiba-tiba saja Bang Arya sudah memegang kepalaku. Wajah kami begitu dekat, bisa kurasakan bau nafasnya yang mengeluarkan aroma cengkeh.

Kenapa aroma cengkeh? Ternyata di zaman ini, setiap mereka yang selesai makan kenyang, supaya napas tidak busuk, dikunyahlah sebutir dua butir cengkeh.

"Lepaskan, Bang! Bikin kaget saja." Aku berusaha melepaskan pegangan tangannya di rambutku.

"Jawab dulu! Kau mau melecehkanku, ya? Kau homo, ya?"

Ya ampun, dia benar
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status