Share

15. Darah Biru Sang Pangeran

"Kau seperti melihat hantu saja, Nak? Ha-ha-ha"

Itu ibunya Bang Arya. Bikin kaget saja. Tadi bener, lho. Hampir saja aku mengira dia itu setan. Melihat rambutnya yang tagurajai mirip Kuntilanak tua yang sudah bosan mengganggu manusia.

"Duh, Emak bikin saya sport jantung saja. Untung saya tidak mati berdiri." Kuelus-elus dadaku, berusaha menenangkan detak jantung yang seperti dipukul ribuan kayu.

Sementara ibu tua tersebut tertawa terkikik-kikik memperlihatkan giginya yang sudah ompong. Cantik sekali.

"Oalah, Bujang. Begitu saja kamu sudah terkentut-kentut." Dia mengambil lampu yang parkir mesra di dinding rumah.

"Siapa yang terkentut, Mak? Aku, tuh, terkejut. T E R K E J U T."

Ibunya Bang Arya kian terkekeh-kekeh sambil melambaikan tangan. "Jangan terlalu serius kamu, Bujang. Cepat tua kamu nanti. Kuylah, ikut Emak. Perutmu udah keroncongan kayaknya."

"Kenapa Emak memanggilku Bujang?" Penasaran, dong, ya, kenapa si Ema
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status