Adi merasa sangat terbantukan dengan adanya Arin.
Awalnya Arin dan Adi mencari berkas perancangan tipe motor baru dan tipe motor lama. Lalu keduanya membandingkan kedua tipe tersebut.Syukurlah untuk semua berkas perancangan tipe lama lengkap semua. Dan Adi juga memahami berkas tersebut, karena dia ikut terlibat dalam perancangan motor tipe lama. Tapi tidak dengan tipe baru ini.Mereka berdua merasa kesulitan, karena dokumen perancangan tipe baru tidak lengkap. Ada saja 1 sampai 2 halaman yang tidak ada tiap perancangan bagian motor yang akan dikembangkan.Seminggu sudah Arin dan Adi berusaha mencari tahu keunggulan dan menyempurnakan dari produk motor terbaru yang akan dirilis ini. Mereka berdua bolak-balik ke pabrik dan sering melakukan meeting dengan bagian produksi dipabrik. Awalnya orang-orang di pabrik juga merasa rancu dengan rancangan yang diberikan oleh Dodi. Syukurlah setelah dijelaskan lagi oleh Arin dan Adi perihal perubahan beberapa rancangan orang-orang dipabrik memahami yang diinginkan dan diharapkan Adi.
Tidak terasa 1 bulan sudah berlalu. Saat ini Adi dan Arin sedang mempresentasikan hasil akhir proyek mereka dihadapan Brian. Dibelakang Brian ada Citra yang menjadi notulen dari Brian.Brian terus tersenyum sambil memperhatikan presentasi Arin dan Adi.Brian dalam hati membatin Ini yang kubutuhkan dari dulu.Melihat Brian yang terus mengangguk-anggukan kepala tanda dia mengerti bahkan terlihat beberapa kali tersenyum itu membuat Citra merasa senang. Akhirnya Brian normal kembali. Citra harus banyak-banyak berterima kasih pada Arin dan Adi, karena sudah 3 bulan ini semenjak Dodi resign Brian sangat uring-uringan takut proyek ini tidak rampung.Menurut Citra, Brian sudah mengerahkan semuanya, termasuk materi, tenaga dan pikiran.Citra kesal juga dengan Pak Dodi, karena dia seperti mempersulit semua orang terutama Brian dan anak-anak otomotif dengan resignnya Dodi ditengah-tengah berjalannya proyek.” Melihat dari presentasi kalian, sudah lebih kompleks dan lengkap dibanding presentasi sebelumnya tanpa Arin. Mudah dipahami juga, kuharap Pak Sean tertarik untuk mengiklankan produk kita lagi. “Brian cukup lega melihat hasil presentasi dari Arin dan Adi. Brian rasa Sean akan setuju kali ini.Brian sudah cukup frustasi dengan Sean yang selalu menolak mengiklankan produk ini, karena Sean pernah bilang bahwa produk ini tidak cukup menjual.Arin dan Adi sangat senang mendengar ucapan Brian.” Terima kasih pak. “” Saya akan coba mengundang Pak Sean kembali untuk membicarakan terkait produk kita. Nanti kalian berdua ikut dengan saya dan Citra. “” Nanti akan Citra beritahu waktunya. Kalian siap-siap ya. “Brian sangat bersemangat saat mengatakan itu. Seakan yakin membayangkan keputusan Sean nanti yang pastinya akan disetujui oleh Sean.
Setelah mengucapkan itu Brian langsung bangkit dari duduknya. Dengan langkah ringan ia meninggalkan ruang meeting tersebut. Seolah beban berat menghilang dari pundaknya.
Citra melihat Arin dan Adi, ia tersenyum lebar dan mengacungkan jari jempolnya lalu mengepalkan tangannya diudara sambil bilang Kalian hebat. Semangat!! tanpa suara.
Arin dan Adi yang melihat itu hanya bisa tertawa dan mengucapkan terima kasih juga pada Citra tanpa suara.Mereka berdua kemudian membereskan peralatan dan berkas yang telah mereka gunakan dalam presentasi kali ini. Setelah itu mereka berpisah dan kembali ke ruangan masing-masing. Sudah waktunya makan siang. Akhirnya mereka bisa makan siang dengan tenang tanpa beban pikiran.*Besoknya baru saja sampai kantor, tidak disangka Citra mengabarkan pada Arin dan Adi bahwa jam 11.00 siang nanti akan diadakan pertemuan dengan Sean di salah satu restoran. Citra juga mengingatkan sebisa mungkin diusahakan mereka berdua sudah datang sebelum jam 11.00 di restoran yang sudah dijanjikan.Saat itu juga Arin langsung menemui Adi diruangannya.” Mas, kata mbak Citra katanya hari ini ketemu Sean. Kok aku gugup ya? “ panik Arin dihadapan Adi.Arin tidak henti-hentinya meremas tangannya sambil bolak-balik didepan Adi. Adi hanya duduk dengan tenang dikursi kerjanya. Tidak ada berkas yang berserakan di meja Adi seperti sebelumnya. Sepertinya Adi tidur dengan nyenyak tadi malam, soalnya wajahnya terlihat lebih fresh.” Sama saya juga gugup banget. Mana ini pertama kalinya saya presentasi dihadapan investor langsung. “” Bawa proyektor ngga ya? Ngga mungkin kita bawa proyektor kan mas? “ tanya konyol Arin dengan muka serius.” Hah? “Adi tertawa keras dan terbahak-bahak sambil memegang perutnya setelah mendengar ucapan Arin.” Ngga usah kayaknya, Rin. Kita print out aja jadi beberapa rangkap. 6 rangkap aja cukup kayaknya. “” Oke deh mas. “Mereka berdua langsung menyiapkan apa saja yang sekiranya dibutuhkan saat pertemuan nanti*Brian dan Citra berangkat bersama menggunakan mobil dan sopir Brian.Sedangkan Arin dan Adi berangkat bersama menggunakan mobil perusahaan. Arin diam daritadi sambil memandang jalanan menuju restoran.Sepanjang jalan menuju restoran Arin merasa lega karena istilah ‘orang dalam’ tidak ada dalam dirinya. Setelah usaha dia selama ini mengerjakan finishing proyek ini bersama Adi, dia tidak ada menghubungi Sean sama sekali. Bahkan setelah pertemuan Arin dan Sean di basement tidak ada kontak sama sekali.Bagaimana reaksi Sean saat melihatku nanti?Arin merasa Sean pasti akan kebingungan karena yang Sean tahu Arin kerja dibagian finance. Itupun Arin yang memberi tahunya saat bertemu di basement waktu itu.Arin melihat Adi.Terlihat Adi memejamkan mata, Arin yakin Adi tidak sedang tidur tapi sedang menenangkan dirinya. Meskipun Adi terlihat tenang pasti dia sama gugupnya seperti Arin. Ini proyek yang pertama kali ditangani Adi secara langsung.Mereka sampai juga di restoran yang dituju, Mereka langsung menuju ruang yang telah dipesan oleh Brian.Disana sudah ada Brian dan Citra. Brian menyandar dikursi, satu tangan diatas meja dan juga memasang tampang kosong, tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan. Sedangkan Citra, saat Arin dan Adi masuk ke ruangan itu langsung tersenyum dan menganggukan kepala pada mereka. Yang dibalas senyum juga oleh mereka berdua.Tidak lama setelah kedatangan Arin dan Adi, Sean datang bersama sekretarisnya yang tak kalah cantik dari Citra. Kedua bos ini memang bisa memilih wanita yang cerdas plus cantik.” Siang Pak Brian. “” Siang juga Pak Sean. “Brian bangkit dari duduknya, sedikit merapikan jas yang kusut akibat duduk tadi.Brian dan Sean bersalaman setelah saling sapa.Sean heran melihat ada Arin disitu.” Arin? “” Hai yan!! “Sean dan sekretarisnya duduk dikursi yang tersedia.” Sepertinya Pak Sean sudah mengenal Arin? “” Ya, dia teman sekelas saya waktu kuliah. Tapi kenapa ada Arin disini? Setahu saya Arin dibagian finance. “ heran Sean” Ahh Saya minta Arin untuk bantu Adi. Dia… Adi, yang meng-handle proyek ini. Kalau begitu bisa langsung kita mulai saja Pak. “*****Fatma dan Saskia menatap Dewa dan Citra yang cukup diam malam ini. Terlihat jika Citra memang tenang, tapi Dewa kebalikannya, Dewa sangat gugup. "Mas? Kok masih belum dimakan?" tanya Citra pada Dewa. Piring Dewa masih penuh dengan makanan. Biasanya Dewa sangat lahap memakan santapan makan malam dimana menu utama di resto hotel ini adalah steak. Citra sangat tahu jika Dewa sangat menyukai makanan yang berbahan protein itu. "Iya, yang," patuh Dewa. Dewa akhirnya memakan steak itu dengan lahap. "Oh ya Fatma, Saskia nanti anter ke supermarket, yuk. Ada yang mau mbak beli," ajak Citra pada Fatma dan Saskia. "Ok, mbak," Pikiran kotor Fatma dan Saskia berkelana kemana-mana. Apa mbak Citra mau beli kondom, ya? Testpack, mungkin? Ngga mungkin deh, masa ngelakuin sekali langsung buncit. Sehari juga belum. Mungkin mbak Citra mau beli obat kuat buat mas Dewa, tapi emang ada di Swiss? Itulah pikiran-pikiran kotor yang keluar dari kepala Fatma dan Saskia. "Mas, mau ikut, ngga?" tanya Cit
"Sudah 2 hari kita di hotel. Aku bosen, yang...." keluh Dewa pada Citra.Dewa saat ini berada di kamar hotel Citra. Dewa tiduran di kasur dan Citra sedang memainkan ponselnya di sofa.Fatma dan Saskia sedang berada di kamar Fatma. Mereka berdua hanya diam di kamar dan menonton drakor secara marathon."Sabar. Arin kirim chat satu jam yang lalu, dia bilang kalo dia lagi di bandara dan akan boarding satu jam lagi,""Chicago-Swiss berapa jam penerbangan, sih?""Mas cek google aja coba,"Dewa menuruti perintah Citra untuk cek di google. Dia mengambil ponselnya yang dia simpan diatas nakas"WHAT??? 9 JAM????" teriak Dewa dan duduk tiba-tiba.Citra terkejut mendengar teriakan Dewa, dia mengusap dadanya. "Ya ampun, mas. Jangan teriak-teriak gitu. Aku kaget.""Ini 9 jam loh, yang. Iya kalo 9 jam kita langsung jalan-jalan, kalo ngga?" ucap Dewa cemberut.Citra melirik jam yang ada di dinding, "Ya ngga bakalan bisa langsung jalan-jalan. Orang mereka bakalan nyampe hotel tengah malem,""Arrggggh
Andrew berjalan keatas panggung. Suasana ballroom yang awalnya penuh dengan suara berbincang dari para pengusaha itu seketika senyap. Mereka fokus melihat Andrew yang ada disana."Good evening everyone. Thank you for coming to this party that I have organized. Everyone here must be very familiar with the state of HP Group in the past year...." Andrew terdiam dan melihat orang-orang yang ada di ballroom sebelum melanjutkan pidatonya. "Yes, as you all know we were at a low point in our company, but we are grateful that we were able to get through it and still survive. I can say that this is one of our best achievements. Speaking of achievements .... I'm not talking about being ranked as the world's number 1 entrepreneur or anything, but an achievement where we can survive the downturn and even we can still hope to continue to grow. There is no such thing as getting tired and giving up. Cheers." Andrew mengangkat gelas yang berisi red wine yang daritadi dia pegang dan meminumnya sedikit,
Arin berdiri di depan cermin di kamar hotelnya. Gaun yang dia kenakan saat ini adalah gaun dengan model off shoulder berwarna ungu tua dengan gradasi hitam. Rambut Arin hanya disanggul sederhana.Cantik. -- batin Arin tersenyum dengan percaya diri untuk menutupi kegugupan yang sedang dia alami sekarang. Berkali-kali Arin menghembuskan napasnya.Tiba-tiba saja Lili datang dan merangkul pundak Arin. Lili menumpukan kepalanya ka pundak Arin, "Kakak tegang, ya?" tanya Lili terkekeh melihat kegugupan Arin.Arin mengangguk sambil meringis."Tenang aja, kak. Kakak kan udah sering ketemu sama ayah sama om-om nya kak Dariel," tenang Lili beberapa kali mengusap punggung Arin."Kondisinya beda, Li. Meskipun kakak itu sekretarisnya pak Bram, terus kenal pak Frans sama pak Andrew juga tapi ya tetap aja beda. Apalagi pak Andrew yang notabenenya ayah Dariel, bahkan pak Andrew jarang nyapa kakak di hotel. Kalo pak Frans sama pak Bram sih udah sering," keluh Arin.Lili memutar tubuh Arin menghadapnya,
Bandara hari ini cukup ramai, terutama hari ini adalah weekend."Kamu udah coba telpon Saskia?" Tanya Dariel pada Arin. Beberapa kali Dariel cek jam tangan miliknya. Satu jam lagi pesawat akan lepas landas. Memang masih ada waktu, tapi jika datang lebih awal akan lebih baik.Tidak henti-hentinya Arin bertukar pesan dengan Saskia di aplikasi hijau, "Udah, aku lagi chat-an sama Saskia. 15 menit lagi dia nyampe," jawab Arin masih dengan berbalas chat dengan Saskia.Hari ini mereka akan berangkat ke Swiss dan Chicago.Arin, Dariel, Lili, Joni dan Sean akan pergi ke Chicago. Sedangkan Dewa, Citra, Fatma, dan Saskia akan berangkat ke Swiss. Sesuai dengan rencana jika rombongan Chicago akan datang ke Swiss setelahnya.Awalnya Sean akan berangkat bersama keluarga Frans dan Bram, tapi dia akhirnya membatalkannya, karena akan sangat kikuk jika pergi bersama mereka.15 menit berlalu, tapi belum terlihat tanda-tanda kedatangan Saskia.Mereka masih menunggu Saskia di ruang tunggu keberangkatan pes
"Cukup meresahkan mendengar aduan dari tetangga-tetangga disini. Apalagi kalian bukan mahrom," ucap pak RT.Sekarang Arin, Lili, Dariel dan Joni berada di rumah pak RT. Ini merupakan ide Arin untuk mendatangi rumah pak RT, yakni meminta ijin agar Joni dan Dariel bisa menginap di rumah mereka. Awalnya Arin sudah mencoba untuk tidak memikirkan gunjingan-gunjingan para tetangga pagi ini, tapi tetap saja dia merasa salah bagaimanapun Dariel dan Joni bukanlah warga disana."Iya pak, saya mau minta maaf. Saya ingin melakukan ijin tapi karena kami baru sampai jam 2 malam, lalu tadi pagi kami langsung ziarah, jadi baru bisa sekarang untuk melakukan ijin kesini," ringis Arin menyadari kesalahannya."Jika sebelumnya kalian tidak sampai menginap jadi tidak terlalu membuat khawatir warga disini, tapi jika sekarang kalian menginap jadi ya banyak gunjingan sana-sini. Saya pribadi tidak mempermasalahkan jika kalian menginap disini, dengan datangnya kalian meminta ijin pada saya setidaknya saya jadi t