Share

BAB 5 : Siapa investor baru itu?

Brian, Adi dan Arin secara bergantian mempresentasikan terkait hasil akhir peluncuran tipe motor terbaru yang akan dirilis. Mereka bertiga juga menjelaskan point-point dari motor baru ini yang sekiranya akan menarik perhatian konsumen nantinya.

Kali ini Sean sangat terkesan dengan penuturan mereka bertiga. Bahkan beberapa kali Sean bertanya dengan antusias. Mendengar penjelasan mereka bertiga, Sean jadi tidak terlalu memikirkan tema iklan nanti karena sudah langsung terbersit diotaknya.

” Kalo menurut kalian untuk tema iklannya mau yang seperti apa? “

Basa-basi Sean menanyakan itu. Ingin tahu apakah mereka sepemikiran dengan Sean atau tidak.

Brian dan Adi hanya diam. Tidak biasanya Sean bertanya seperti itu pada klien. Biasanya klien akan mempercayakan sepenuhnya pada perusahaan Sean.

Macho. “ celetuk Arin.

Seluruh orang yang ada diruangan itu otomatis melihat ke arah Arin dengan pandangan ‘apa kamu bilang?’.

Berbeda dengan Sean, dia malah tertawa keras sambil mengangkat telapak tangan keudara dihadapan wajah Arin, mengajak Arin melakukan highfive. Ditanggapi Arin dengan membalas ajakan highfive tersebut.

That’s my girl!! “

Tidak hentinya Sean tertawa sendiri, hingga orang-orang disana mengira Sean gila.

Sean berheti tertawa karena dia cukup malu tertawa sendirian. Sean-pun berdehem

” Tidak ada yang salah dengan ide Arin. Justru saya sudah memikirkan ide ini daritadi.  Kita sepemikiran, rin. “

Sean tidak habis pikir, ternyata Arin tidak berubah sama sekali, Arin masih ‘Menyukai cowok macho’. Sean meyakini jangan-jangan ide perancangan motor ini adalah ide Arin.

Berdasarkan motor yang dirilis ini, meskipun motor ini ramping dan gesit tapi bodynya sangat jantan. Bisa Sean bayangkan produk motor ini akan laku dipasaran. Bodi ramping dan gesit yang sangat diinginkan para wanita tapi cover body dan  stripping yang sangat jantan seperti yang diinginkan para pria. Bagasi untuk tempat penyimpanan pun cukup luas.

Well,.. saya ada info lagi untuk Pak Brian. Ada kenalan saya yang sebenarnya ingin menginvestasikan uangnya di proyek ini dalam jumlah besar. “ ucap Sean disaat yang lain sedang diam.

” Dia sangat tertarik dengan proyek ini dari pertama kali proyek ini dikenalkan. Mungkin seperti pertaruhan, karena dia ingin jadi investor kalo saya yang menangani promosi proyek ini. “

Brian senang bukan main saat mendengarnya ingin rasanya dia berjingkrak-jingkrak disini, tapi ia harus menjaga image dihadapan Sean. Penolakan yang dilakukan oleh Sean beberapa kali sebelumnya ternyata itu berdampak pada kepercayaan investor lain terhadap proyek ini. Bahkan ada beberapa investor besar yang menarik kembali perjanjian mereka.

” Saya sudah mengundang seluruh investor di negeri ini. Siapa yang saya lewatkan?“

Cukup mengherankan bagi Brian, karena dia sudah mengundang seluruh pengusaha yang biasanya menjadi investor.

Sean mengulurkan sebuah kartu nama. Disitu tertera nama Dariel Halbert, COO dari HighPro Group.

” Dariel Halbert. Dia salah satu pengusaha property di Chicago. Kebetulan sedang berada di Indonesia dan mendengar tentang proyek ini. Dia sangat tertarik dengan dunia ototmotif meskipun dia pengusaha property“

” Dia mengatakan sangat tertarik dengan proyek perilisan motor ini. Dilihat dari pangsa pasar yang ada di Indonesia, jika kita mengerjakan proyek ini dengan sungguh-sungguh ia sangat yakin sekali proyek ini akan sukses besar. “

” Percayalah biasanya tebakan Dariel jarang meleset. “

Sean menjelaskan apa yang Dariel ucapkan saat mereka bertemu sebulan lalu.

” Terima kasih informasinya Pak Sean. Suatu kehormatan bagi kami mendengar ada yang begitu mempercayai proyek kami meskipun produk tersebut belum dirilis. “

Brian tambah senang bukan main. Dia berencana akan menemui Dariel Halbert secara langsung. Tapi bagaimanapun ia juga harus mengetahui tentang Dariel. Dia juga harus memahami karakter Dariel sepeti apa.

” Sepertinya sudah cukup pembicaraan kita kali ini perihal pekerjaan. Bagaimana kalau kita lanjut saja dengan makan siangnya? “ usul Brian.

” Ngomong-ngomong Pak Brian, kok bisa Arin ikut terjun diproyek ini? “ tanya Sean sambil menyuapkan sesendok Nasi Goreng dengan santai.

” Saya akan jujur saja, pak. Saya melihat kalian berdua di basement sedang mengobrol dan sepertinya saling kenal. Saya memanfaatkan Arin untuk menjembatani SFC dan RC. “

Sean tidak menyangka dengan ucapan Brian. Arin juga tidak menyangka Brian akan berkata jujur seperti itu dihadapan yang lain. Begitu juga dengan Citra, Citra merasa dia seperti bukan Brian yang Citra kenal.

” Tapi setelah melihat usaha Arin yang justru tidak menggunakan koneksinya sama sekali dan  malah ikut berjuang bersama Adi itu membuat saya sadar bahwa saya melakukan kesalahan. “ sesal Brian

” Melihat  Arin dan Adi selama ini, saya benar-benar terharu dengan usaha yang mereka lakukan selama ini. “

Pertama kalinya Brian memuji karyawannya dihadapan investor. Brian memiliki gengsi yang tinggi. Sulit untuk berterima kasih bahkan minta maaf sekalipun jarang ia lakukan. Tapi anehnya Brian justru memuji Arin dihadapan Sean.

” Saya juga merasa Arin sangat membantu dalam proyek ini. Bahkan awalnya saya sempat menyerah dengan proyek ini pak. “ sahut Adi dengan mata yang berkaca-kaca, akhirnya usahanya selama ini bersama Arin membuahkan hasil.

” Bisa saja Arin jadi Best Employee di SFC akhir tahun ini. “ canda Brian sambil tersenyum kearah Arin.

Adi dan Citra setuju dengan celetukan Brian.

Arin yang sejak tadi menjadi bahan perbincangan hanya bisa menundukan kepala dan menahan senyum. Betapa bahagianya Arin saat Brian bilang bahwa ia menjadi  kandidat Best Employee di SFC saat acara Rising Star our Company nanti.

Pembicaraan ringan mereka lakukan selama 1 jam.

*

Sepulang dari restoran, Brian sangat terburu-buru masuk ruangannya sendiri. Mentup pintu dengan kencang. Tanda tidak ingin diganggu. Citra memahami itu.

Kriiiing… 

Telpon dimeja Citra berdering, ternyata dari Brian.

” Citra. Panggil Dewa kemari. “

Dewa salah satu orang kepercayaan Brian yang selalu diminta Brian untuk menyelidiki sesuatu. Citra bertanya-tanya kenapa Dewa sampai dipanggil seperti ini. Biasanya jika Dewa sudah dipanggil oleh Brian berarti ada sesuatu yang penting dan mendesak.

” Baik, pak. “

Tak berapa lama setelah Citra memanggil Dewa, Dewa sudah muncul dihadapan Citra dengan muka tengilnya.

” Citra sayang. Apa kabar? Udah lama aa ngga  ketemu sama neng. Kangen pisan aa. “

” Hahaha. Udah deh mas Dewa. Ngga cocok mas Dewa tengil pake basa Sunda. “

” Gapapa dong sayang. Ini aa lagi belajar basa Sunda buat pendekatan ke camer alias abah sama ambu neng Citra. Biar proses lamaran nanti lancar jaya. “ (abah/ambu = ayah/ibu)

” Udah deh mas. Jangan ngomong aneh-aneh ah. “

” Neng aa teh serius. Diantos ya ngke aa ameng ka…. “ (Neng AA serius. Ditunggu ya nanti aa main ke ….)

kriiiiing

Citra sengaja me-loadspeaker telpon dari Brian supaya Dewa bisa dengar.

“ CITRA SURUH DEWA MASUK KERUANGAN SAYA SEKARANG!!. “

Terburu-buru Dewa langsung mengetuk pintu ruangan Brian dan langsung melenggang masuk keruangan Brian.

” Gaji buta lo. Kerja aja jarang sekalinya minta gaji ngga kira-kira. Disuruh dateng malah kelayapan mulu. “

” Maaf bos. Ngomong-ngomong ada apa nih panggil-panggil Dewa? “ dengan memasang wajah polos tanpa dosa, berharap Brian berhenti memarahinya.

” Ga usah sok imut lo. Cari tau tentang Dariel Halbert. Gua tunggu besok pagi hasilnya“

*****

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status