"Kecoa…, dia malah mengikutiku, usir dia Jacob!" teriaknya panik sambil mengintip dari balik jas Jacob.
Tapi saat Jacob bergerak mau menangkap, kecoa itu malah berlari mendekati mereka, dengan panik Lydia segera naik ke dalam gendongan punggung Jacob. Wanita ini benar-benar penakut, Jacob mendengus kesal.
"Jacob, kecoanya malah kesini!" Dia panik dan hampir menangis ketakutan. Lydia memang sangat takut dengan kecoa, bahkan kebanyakan mimpi buruknya pun tentang kecoa.
Jacob segera memukul kecoa itu dengan sepatu, yang entah bagaimana ada sebelah di sampingnya. Memang Jacob menyadari rumahnya berantakan sekali. Setelah kecoa malang itu mati, Lydia baru berani turun dari punggung Jacob.
"Aku takut kecoa," gumamnya pelan, Jacob mendengus geli. Tak perlu diberi tahu, Jacob juga sudah tahu dia sangat takut dengan kecoa, bahkan pingsan kemarin juga karena kecoa.
"Rumahmu sih ko
Jacob agak menyesal menanyakan masalah kencan tadi kepada Lydia. Menurut perjanjian mereka jika salah satu dari mereka berdua meminta kencan, maka yang lain harus setuju, aish dan sialnya pasal itu berasal dari Jacob sendiri. Dia memandang mata bulat yang mencemooh di hadapannya. Dia tidak akan memberi kepuasan buat wanita itu untuk mencelanya."Oke, kamu mau kemana sayang?" tanya Jacob dengan sinis, dia ada meeting malam ini dengan New York, sebaiknya kencan bohongan ini segera selesai sehingga dia bisa lanjut meeting nantinya."Hmm, surprise me," desah Lydia menggoda Jacob yang yang langsung mendengus kesal."Oke, aku akan membawamu ke tempat spesial." Namun dengan cara Jacob berbicara, Lydia menjadi curiga, pasti nanti dia akan tersiksa.Lydia langsung berulah, wanita menyebalkan itu bersikeras untuk pulang, agar bisa berdandan spesial untuk kencan pertama mereka. Dengan penuh emosi, Jacob mengantarkan Lydia, dan
Selesai makan, Jacob mengajak Lydia ke beranda, sehingga mereka dapat melihat langsung lampu-lampu indah kota Jakarta sepanjang pandangan mereka. Angin malam kota Jakarta langsung menyambut mereka, udaranya terasa dingin, karena hampir hujan.Lydia sebenarnya menyukai pemandangan indah ini, tapi dia pura-pura tak peduli, dia mengangkat tinggi-tinggi hidungnya seakan jijik dengan udara di luar. Dia sengaja memasang wajah bosan, agar terus membuat Jacob gusar. Jacob menatapnya dengan menyesal, seharusnya memang besok baru kencan, di saat Jacob sudah menyiapkan semua dengan sempurna.Ketika dalam keadaan mendadak begini, Jacob hanya teringat restoran kesukaannya, tapi sepertinya Lydia tidak menyukainya. Lydia baru mau mengambil foto saat Jacob mendesah kesal lalu mengajaknya masuk."Kalau kamu begitu sengsara, ya sudah ayo kita pulang." Lelaki itu langsung berjalan mendahului Lydia untuk membayar. Dengan terkejut Lydia mengikuti
Malu, tapi tetap harus ke kantor, seperti itulah yang dirasakan Lydia. Dia kemarin hanya bisa diam saat harus dipapah oleh Jacob masuk ke rumah. Pria itu tidak mengatakan apa-apa, hanya bertanya dia mau diantar ke sofa atau ke kamarnya. Lydialangsung menunjuk ke sofa putihnya, jangan sampai pria itu masuk lagi ke kamarnya. Jacob meletakkan Lydia dengan lembut lalu meregangkan otot-otot tubuhnya yang seksi, membuat mata Lydia tak berkedip. Saat pandangan mereka bertemu Lydia langsung membuang wajahnya, pura-pura tidak melihat."Kalau sudah cukup manja-manjanya, aku mau pulang, gara-gara kamu, meetingku kacau-balau, dan akan diulang besok!" Lalu dia pergi seperti angin kencang melewati pintu."Aish, siapa juga yang mau manja-manjaan sama dia, kaki Lydia memang sakit kok!" Lydia melempar sebuah bantal ke arah pintu saat tiba-tiba Jacob kembali masuk, wajahnya yang terkena lemparan bantal sofa tak akan Lydia lupakan. Dia menahan tawanya, sesa
Lydia yang hari ini memakai rok lipit mini berwarna merah muda kembali menuju ke mesin fotokopi. "Kemana pria culun tadi, yang sudah terpesona dengan kerlingan matanya? Dia harus kembali membantu memfotokopi dokumen ini 2 kali lagi," Lydia berharap dalam hati. Tapi semua karyawan sudah kembali ke kursinya.Dengan susah payah dia mengingat-ingat apa yang dikatakan pria itu tadi, karena sejujurnya yang ada di kepalanya saat tadi dijelaskan adalah kenyataan kalau Jacob dan Ava adalah teman dari kuliah, pantas mereka akrab.Dengan sok tahu dia mulai meletakkan dokumen dan memencet tombol secara asalan. Mesin berdengung dan mulai mengeluarkan hasilnya, tapi ternyata Lydia terbalik memasukkannya, sehingga hasilnya hanya putih saja, dia melakukan berbagai percobaan sampai akhirnya dia berhasil membuat satu rangkap dokumen itu."Aish, aku tidak pantas untuk mengerjakan ini, tugasku adalah menentukan warna kosmetik terbaru yang keluar,
Lydia terkejut menatap mata lembut Jacob di hadapannya, jantungnya seketika berpacu, karena nyatanya baru saja dia bermimpi bercumbu dengan pria yang di hadapannya. Dia menahan napasnya."Bangun, sudah waktunya pulang." Dia terperangah sekaligus terpesona, sungguh Jacob adalah pria yang tampan. Tapi berkebalikan dengan apa yang dia katakan, Jacob malah mendekatinya, dan langsung menciumnya dengan lembut, "Oh… rasanya bahkan lebih baik daripada apa yang dia impikan tadi." pikirnya larut dalam permainan bibir Jacob.Ciumannya lembut dibandingkan ciuman yang pertama, yang cenderung memaksa, kali ini Lydia merasakan adanya emosi yang membuatnya langsung luluh dan menyambut ciuman Jacob. Matanya kembali menutup dan menikmati ciuman mereka yang pertama kali. Iya, Lydia akan menganggap ciuman ini yang pertama kali, yang kemarin hanya teaser, cuplikan.Ciuman ini yang sebenarnya.Lydia memperdalam ciumannya, dan
"Ish, jaman sekarang, ada aja perempuan mau jadi selingkuhan, habis itu kepergok dan digunting rambutnya sama si istri tua, amit-amit deh," Lydia mendengus dalam hati sambil terus berselancar di dunia maya.Ada yang bos-nya begitu galak sampai setiap dia melakukan kesalahan, dilempar kursi. Astaga, kalau sampai Lydia mengalami itu, dia akan tuntut sampai orang itu meringkuk di penjara. Ternyata banyak bos yang lebih parah dari Jacob yang hanya mendiamkan, atau sekarang menyuruhnya mengurus laundry."Dimana laundry-mu?" Lydia bertanya dengan sebal, karena mengurus laundry masih lebih baik daripada duduk diam memandang anak kucing lagi. Pria yang ditanya malah terkejut, bola mata hitamnya memandang Lydia dengan heran.
Dari Jumat malam itu, Lydia sudah heboh dengan skincare-nya, semua botol-botol bawaan dari Korea, dia pakai semua. Dia harus tampil cantik saat menolak habis-habisan Jacob. Dia mematut wajahnya yang kelewat glowing sampai kalau ada lalat hendak hinggap pun akan terpeleset.Tanpa Lydia sadari hari sabtu sudah datang, dia gugup sekali sampai sesak rasa hatinya. Dia tidak dapat mengontrol diri dan terus berkeliaran sekeliling rumahnya, merapikan apa yang tak perlu dirapikan.Ini tak bisa terjadi, Lydia nanti pasti tidak bisa menguasai dirinya, dia terlalu bersemangat untuk bertemu Jacob, bagaimana jika nanti dia melempar dirinya kepada Jacob seperti kemarin? Itu tak boleh terjadi, dia tidak boleh menyukai pria itu, dia itu musuh!Akhirnya, muncul siasat baru, agar hatinya tetap aman, dia akan berpura-pura sakit. Walau kesal, Lydia semakin tak mengerti, dia tak pernah merasakan gugup seperti ini terhadap pacar-pacarnya yang
"Cari yang romantis," gumam Lydia sambil mengambil handphone Jacob, biasanya Jacob tidak pernah mengizinkan ada orang lain memegang handphonenya, namun saat Lydia mengambil untuk memilih film dia hanya bisa diam dan menunggu wanita itu asyik memilih film."Yang ini lucu loh." Wanita itu menunjuk sebuah film Korea. Jacob mengangguk, akan menyetujui film apapun yang Lydia pilih. Mereka mulai menonton, dengan canggung, namun tetap saling berangkulan. "Bagus, Jacob jika seperti ini dia pasti akan jatuh cinta kepadamu," pikir Jacob senang.Namun, makanan yang dipesan sampai, ketika film masih berjalan separuh, dengan enggan mereka melepaskan rangkulan mereka, dan mulai makan. Siapa sangka berdua nonton film sambil makan pasta bisa begitu