Share

Pelukan Kecoa

Jacob selalu bangun jam 6 tepat, olahraga lalu mandi. Hidupnya harus terjadwal karena dia seorang yang sangat sibuk. Dengan penuh kebanggaan, Jacob menatap wajahnya yang tampan. Hari ini dia akan lebih memanfaatkan wajahnya, mengingat tadi malam dia sukses mencuri sebuah kecupan lagi darinya, sepertinya tidak perlu 20 kali, Lydia Kurnia sudah jatuh dalam pelukannya.

Jacob langsung menuju kantornya. Saat dia lewat, ada tatapan dan bisik-bisik menyebalkan, lalu saat dia semakin dekat ke kantornya, dia tahu mengapa semua karyawannya memperhatikannya.

Ternyata wanita itu sudah ada di kantornya dan dia memasang lagu korea kencang-kencang sambil bernyanyi sumbang. Pantas saja semua orang melihatnya, wanita itu selalu tahu bagaimana membuat Jacob semakin malu.

"Lydia!" hardiknya saat memasuki ruangan. Wanita itu menoleh pelan sambil mengikir kukunya.

"Ya?" Dia tersenyum manis, dia memang sudah sengaja datang pagi-pagi, dan membuat ulah.

"Bagaimana Jacob? Bisakah kamu mencintai wanita seperti ini?" tantangnya dalam hati. Dia berdandan ekstra spesial hari ini, jaket bulu-bulu dengan celana pendek keren dari bahan katun dan stiletto. Lydia juga akan menunjukkan bagaimana seharusnya memakai baju di perusahaan kosmetik, seharusnya penggemar Jacob banyak belajar kepadanya. 

Saat mendengar pintu terbuka, Lydia langsung memasang gaya cuek. Jacob terlihat tampan dengan setelan birunya. Tapi dengan sifat yang seperti itu, Lydia bingung bagaimana wanita kaku kemarin bisa suka padanya.

"Matikan lagu konyol itu! Ini kantor bukan rumahmu." Jacob langsung menuju meja Lydia dan mencoba mematikan speaker yang terletak di meja Lydia. Sejak kapan seluruh meja itu menjadi pink bulu-bulu. Wanita ini benar-benar tidak tahu diri. Tapi dia segera menutup speaker dengan badannya yang juga penuh bulu-bulu. 

"Matikan!" 

"Nggak mau!" Jacob benar-benar tidak mengerti apa yang ada di kepala Lydia, dia menahan badannya sekuat tenaga untuk menutupi speakernya yang juga berwarna pink.

"Lydia ini kantor!" teriak Jacob berusaha meraih speaker pink itu.

"Iya aku tahu, ini kantorku, kantor milikku, kamu hanya pekerja disini, tapi ini perusahaan ini milikku!" ucapnya menatap mata Jacob lekat-lekat. Jacob yang tadinya mencoba meraih speaker kini menatapnya dengan kesal, dia mendekat tapi kehilangan keseimbangan karena tersandung keset bulu-bulu pink Lydia, Jacob terjatuh tanpa sadar ujung hidung mereka hampir bertemu.

Mereka bertatapan sesaat tanpa sadar keduanya menahan napas, detak jantung semakin kencang, sampai akhirnya Jacob yang duluan menarik tubuhnya sambil memaki.

"Lydia! Kamu taruh apa ini?" Mendengar teriakan Jacob, Lydia menemukan kembali suaranya yang hilang, dia segera menghindar dari tatapan Jacob.

"Karpet bulu-bulu, cantikkan." Dia tersenyum manis, Jacob yang masih berdebar kencang jantungnya segera mendengus lalu berjalan ke arah mejanya.

"Jelek, dan licin." serunya mencoba membuat jantungnya tenang. Dia bingung dengan dirinya sendiri, mengapa jadi berdebar-debar seperti itu. Lydia menahan dirinya untuk menatap Jacob, dia juga kesal karena berdebar-debar akibat orang bodoh yang tersandung dengan karpet. 

Tapi yang membuat Lydia bingung, dia malah sibuk memikirkan betapa dekatnya bibir mereka tadi, dan bagaimana rasanya jika dia mencium bibir itu lagi. "Astaga apa yang baru saja dia pikirkan?" desahnya dalam hati.

Jacob bekerja dalam diam, sambil sedikit melirik ke arah Lydia, yang tiba-tiba sadar diri menurunkan volume lagunya. Dia diam seperti bingung mau melakukan apa. Jacob mendengus lalu sibuk dengan pekerjaannya. Siang ini ada tanda tangan pembaharuan kontrak dengan perusahaan packaging, daripada mengurus bayi besar, sebaiknya dia fokus pada pekerjaannya.

Karena bingung harus berbuat apa, Lydia sibuk dengan handphonenya mengambil foto hari pertamanya kerja. Walaupun dia tidak mencantumkan kalau dia sebagai asisten, hasil fotonya harus cantik. Disaat dia selesai post di IG, Lydia menatap Jacob yang bergegas pergi. 

Jacob hendak pergi tanpa permisi, dia mendengus juga pura-pura tak peduli namun dia teringat perjanjian mereka semalam.

"Hoi, mau kemana?" tanyanya menatap Jacob yang sudah di depan pintu. Jacob menoleh, "Hoi? memangnya dia ayam?" pikirnya kesal.

"Meeting."

"Aku ikut." Wanita itu berdiri dan segera berada di sebelahnya. Jacob lupa perjanjian mereka semalam, kemana pun mereka pergi harus berdua, syarat yang Lydia tambahkan. Aish...dia masih kesal dengan kelakuan wanita itu tadi pagi.

"Kenapa? nggak kuat kamu bawa aku meeting? Bagaimana bisa bawa aku seumur hidupku kalau kita nanti me...ni..kah…" Lydia sengaja melambat-lambatkan bicaranya untuk membuat Jacob tidak sabar. Dia bertekad untuk membuat pria itu sebisa mungkin membencinya sehingga dia akan membuat Jacob marah.

Jacob segera menarik tangannya masuk ke dalam lift bersamanya tanpa sadar kalau Ava memperhatikan mereka berdua. Lydia memekik nyaring dengan berlebihan.

Separuh perjalanan, Jacob baru teringat ada dokumen yang tertinggal di meja makan rumahnya.

"Aish aku lupa," Jacob memaki dan segera memutar mobilnya. Dia menginjak gas dalam-dalam, Jacob harus cepat kembali ke rumah mengambil dokumen sebelum kliennya sampai.

"Kita mau kemana?" Lydia menatap keluar dengan panik karena Jacob menyetir dengan cepat sekali. Jalan di Indonesia jauh berbeda dengan jalan di Korea yang lebar-lebar. 

"Ada yang aku lupa." Dia mendengus kesal lalu, kembali menekan gas sehingga mobil mengaum kencang.

Rumah Jacob tidak jauh dari kantor, namun karena jalanan macet jadi perjalanan mereka terlambat. Dengan kesal Jacob menekan klakson dan menekan gas setiap ada jalan kosong.

Dia bergegas keluar dari mobilnya tanpa memperdulikan Lydia. Dia menuju meja makannya, namun dokumen itu tidak ada, Jacob benci mengakui, kalau memang dia pelupa.

Lydia turun dari mobil penuh dengan rasa penasaran. Rumah CEO Jacob Isaac, seperti apa ya? Di kepalanya, rumah CEO harus rapi, bersih dan dingin. Namun saat dia masuk, dengan terkejut melihat rumah yang berantakan. Astaga ini rumah atau kandang ayam?

Banyak bungkus sampah, makanan instan di lantai, remahan makanan dan kue sudah mulai didatangi semut. Belum piring dan gelas kotor berserakan dimana-mana. Benar-benar jauh dari bayangan rumah CEO, padahal Jacob selalu terlihat rapi, mengapa rumahnya seperti ini? 

Dia berjalan lebih jauh, menuju ruang tengah. Terdengar suara makian Jacob dari kanan Lydia, berarti disitu kamarnya. Lydia tidak mengerti, mengapa dia sangat ingin tahu tentang pria itu. Dia menatap ke dapur yang juga penuh dengan sisa makanan instan dan piring kotor.

Astaga, Jacob Isaac adalah seorang yang jorok sekali! Bahkan ada baju kotornya semalam di lantai ruang tengah. Mantan-mantan pacar Lydia juga banyak yang tinggal sendiri, namun tidak ada sejorok Jacob. Lydia lalu tertegun sendiri dengan pikirannya, kenapa juga dia harus membandingkan Jacob dengan para mantannya? 

Dia semakin mendekati kamar Jacob, bunyi makian itu hilang, dan dia keluar dengan dasi bengkok. Jacob mencari dokumen dengan panik sehingga bajunya jadi berantakan. Dengan refleks, Lydia datang dan membenarkan dasinya.

"Heran, pakai dasi aja ga bisa lurus," ujarnya merapikan, lalu menarik jasnya sehingga Jacob terkejut. Setelah rapih, Lydia tanpa sadar tersenyum.

"Hmm, … terima kasih," ucap Jacob kikuk, jantungnya seketika berdebar karena merasakan sentuhan lembut Lydia di dadanya, dan saat dia tersenyum seperti itu, dia harus mengakui, Lydia memang wanita yang cantik. 

Mendengar ucapan terima kasih dari Jacob menyadarkan Lydia akan apa yang barusan dia lakukan. "Bodohnya" batin Lydia malu, bisa-bisanya dia melakukan itu lalu melirik Jacob dengan angkuh, bergaya demi menghilangkan malunya.

"Yah… aku tak bisa membiarkan orang yang berantakan berjalan bersamaku." Dia mengangkat dagunya dan memutar tumitnya bermaksud berjalan anggun menuju mobil kembali, tapi rumah yang jorok itu mengundang serangga lain, selain semut.

Ada seekor kecoa besar berjalan keluar dari bungkus makanan sisa. Entah kenapa saat Lydia dan kecoa itu saling bertatapan, kecoa brengs*k itu malah mendekati kaki Lydia. Dia langsung melupakan akting anggunnya dan berlari ke arah Jacob dan memeluknya dari belakang, ketakutan.

Debar jantung Jacob yang belum pulih karena sentuhan lembut Lydia tadi kembali berdebar lebih cepat lagi, karena kali ini wanita itu benar-benar memeluknya erat-erat.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status