Home / Romansa / Jadi yang Kedua: Jerat Pesona Mantan Kekasih / Bab 3 ~ Menjadikannya yang Pertama

Share

Bab 3 ~ Menjadikannya yang Pertama

last update Last Updated: 2024-10-03 18:52:50

“Ar, malam nanti, kamu temani aku memenuhi undangan makan malam dengan klien,” ucap Joel dengan perhatian terus tertuju pada layar laptopnya.

          Di depannya Aerline berdiri dengan sabar. Sejak tadi, Joel memanggilnya dan baru kali ini dia membuka suara.

          “Kenapa harus aku?” tanya Aerline sedikit keberatan.

          Sudah dua minggu dia bekerja di sini, dan Joel seakan terus menguji dirinya. Sekuat tenaga Aerline menjauhi pria itu dan fokus pada pekerjaan yang diberikan Maya. Tetapi Joel terus meminta Aerline yang mengerjakan tugas yang diberikannya, lebih tepatnya bukan pekerjaan melainkan melayani Joel dengan pekerjaan sepele. Seperti membuat kopi, merapikan berkas di ruangan Joel, meminta Aerline merapikan berkas di ruangan Joel dan semua pekerjaan itu benar-benar menyiksa dirinya.

          “Kenapa? kamu menolak perintahku?” tanya Joel seperti biasa menggunakan kalimat itu untuk menekan Aerline.

          “Bukankah yang biasa menemani kamu meeting di luar dan undangan makan malam seperti ini adalah Maya atau David yang merupakan asistenmu,” ucap Aerline.

          “Jadi kamu menolak tugas dari atasan?” tanya Joel yang kini mengalihkan pandangannya ke arah Aerline di depannya.

          “Um, tidak sih,” jawab Aerline benar-benar terjebak oleh lingkaran ini.

          “Kalau begitu, bersiaplah nanti. Pulang dari kantor, kita akan langsung pergi ke undangan makan malam,” ucap Joel.

          “Baik, Pak.” Aerline hanya bisa menghela napasnya. “Apa sekarang, aku boleh keluar?”

          “Tunggu sebentar, sepertinya kopiku habis. Buatkan lagi,” ucap Joel tersenyum dengan penuh menawan dan Aerline segera memalingkan wajahnya.

          ‘Apa Joel tidak tahu kalau senyumannya melemahkanku?’ batin Aerline beranjak keluar dari ruangan dengan membawa gelas.

          Aerline menyalakan mesin kopi di pantri dan mulai membuat kopi kesukaan Joel di mesin tersebut.

          ‘Padahal aku ingin menghindarinya, aku tidak ingin pertahanan yang sedang kubangun dengan susah payah ini, runtuh begitu saja. Bagaimana pun, hubungan kami sudah berakhir. Kini dia sudah memiliki tunangan, tidak ada kesempatan lagi untukku,’ batin Aerline yang merasakan sesak di hatinya, menyadari kenyataan yang menyakitkan itu.

          Benar, dia selalu ingin berada di samping Joel, tetapi dia sadar posisinya sekarang hanya seorang mantan. Walau kadang dia berharap masih ada kesempatan untuknya, tetapi hal itu terlalu mustahil.

          Aerline melihat gelas kopi yang sudah terisi, lalu membawanya dan pergi dari pantri.

          “Ini kopinya,” ucap Aerline meletakkan kopi di atas meja Joel.

          “Ya, terima kasih.”

          Aerline melihat Joel masih sibuk dengan laptopnya, tidak dipungkiri, pesona pria itu sama sekali tidak luntur. Dia masih setampan dulu, garis wajahnya yang tegas, seperti ukiran sempurna yang memukau.

          “Kenapa? kamu masih mau di sini?” tanya Joel melihat ke arah Aerline.

          “Tidak, aku permisi,” ucapnya keluar dari ruangan itu.

          “Wajahmu tegang sekali, apa pak Joel memarahimu?” tanya Maya, saat Aerline sampai di meja kerjanya.

          “Um, itu, tidak kok,” jawab Aerline mengambil duduk di mejanya.

          “Sudah biasa sih, karyawannya kena tegor atau dimarahi pak Joel,” ucap Maya membuat Aerline terkejut. Dia baru tahu kalau Joel suka memarahi karyawannya.

          “Benarkah?” tanya Aerline.

          “Iya, dia sering memarahi karyawan kalau hasil pekerjaannya tidak sesuai yang diinginkan pak Joel,” ucap Maya.

          “Begitu, ya.” Aerline hanya tersenyum kecil dan mulai fokus pada pekerjaannya, dia sudah tidak ingin mendengar nama Joel lagi.

***

          Aerline berjalan mengikut Joel saat mereka sampai di restoran, tempat Joel bertemu dengan kliennya. Seorang pelayan yang menyambut kedatangan mereka pun mengantarkan mereka ke ruang pribadi.

          “Selamat datang, Mr. Joel.” Di dalam ruangan itu, sudah ada dua orang pria yang berdiri menyambut kedatangan Joel dan Aerline. “Terima kasih sudah memenuhi undangan saya.”

          Joel berjabat tangan dengan mereka berdua. “Wah, siapa wanita cantik ini, apa dia sekretaris baru anda?” tanya pria itu.

          “Iya, dia sekretaris saya,” jawab Joel.

          “Halo, Nona yang cantik. Perkenalkan nama saya Ian,” ucap Ian mengulurkan tangannya ke arah Aerline.

          Aerline pun menyambut uluran tangan pria itu sambil menyebutkan namanya sambil tersenyum. Dia juga berjabatan tangan dengan rekan Ian yang bernama Edmund.

          “Namanya cantik, Aerline. Berarti bisa kirim line padamu,” goda Ian dengan kekehannya membuat Aerline tersenyum di sana. Sedangkan Joel sudah merasa kesal melihat Aerline yang digoda oleh dua pria mata keranjang itu.

          “Bisa kita mulai membahas kontrak kerjasamanya?” sindir Joel membuat mereka semua diam.

          “Oh, benar. Mari, duduk,” ajak Ian.

          Mereka semua pun menempati kursi di meja bundar itu. Tidak lama berselang, para pelayan memasuki ruangan dengan membawa makanan pesanan mereka. Dan mulai menatanya di atas meja bundar itu.

          Mereka menikmati makanan sambil berbincang ringan mengenai proyek mereka. Ian sangat berterima kasih karena Joel mau bergabung dengan proyek pertamanya itu.

          “Ayo, kita bersulang untuk kesuksesan proyek kita,” ujar Ian mengisi gelas kosong mereka berempat dan semuanya mengangkat gelas berisi wine itu ke udara dan meneguknya perlahan.

          “Wah, Nona Aerline ternyata bisa minum, ya,” ucap Ian saat melihat Aerline sudah meneguk cukup banyak wine nya.

          “Oh, ini rasanya cukup enak,” jawab Aerline tersenyum kecil.

          “Kalau begitu jangan sungkan, saya isi lagi gelasnya.” Ian menuangkan wine dari botol ke minuman Aerline. Saat wanita itu akan meneguknya, tangan Joel menahan gelas tersebut membuat Aerline terkejut.

          “Kamu tidak boleh minum terlalu banyak. Biar aku yang wakilkan,” ucap Joel yang langsung mengambil gelas milik Aerline dan meneguknya hingga tandas.

          “Kalau begitu, saya akan mengisinya lagi,” ujar Ian terus mengisi gelas Joel di sana.

          Aerline melihat ketiga pria itu sudah minum sangat banyak, bahkan menambah botol wine untuk mereka minum bersama. Terlihat ketiganya sudah mabuk, begitu juga dengan Joel, walau pria itu terlihat menahan dirinya dengan masih menunjukkan ekspresi tenang dan tidak banyak bicara seperti biasanya.

          “Apa akhirnya, mereka semua tumbang begini,” keluh Aerline yang sejak tadi hanya diam meneguk jus miliknya, dan dalam hitungan menit, ketiga pria itu sudah tumbang dengan kepala bersandar ke meja.

          Kedua pria tadi sudah dibawa oleh sopirnya, sedangkan Aerline bertugas membawa Joel, karena mereka datang hanya berdua.

          “Astaga, berat sekali,” keluh Aerline memapah Joel menuju parkiran mobil. Aerline sudah memegang kunci mobil Joel dan segera membawa pria itu menuju mobilnya.

          “Ugh, akhirnya,” gumamnya merenggangkan otot lengan dan lehernya saat Joel sudah di dudukkan di dalam mobil. Aerline pun bergegas naik ke dalam mobil dan pergi meninggalkan area restoran.

          "Aku harus mengantarnya ke mana?” gumam Aerline saat dia sudah ada di jalan utama. Aerline sama sekali tidak tahu di mana Joel dan tinggal, dan dia juga tidak mau membawa Joel ke apartemennya.

          “Apa aku tinggalkan dia di kantor saja?” gumamnya. “Tapi, kalau dilihat karyawan lain gimana? Aku nggak mau terlibat skandal dengan bos sendiri.” Aerline menghela napasnya sambil menoleh ke arah Joel yang terlelap di jok sampingnya. Pria itu selalu terlihat menawan dan tampan, bahkan dalam keadaan mabuk berat.

          “Kendalikan dirimu, Aer,” gumam Aerline memalingkan wajahnya. Dia harus bisa sadar diri dan menghentikan tindakan juga perasaannya. Joel sudah akan menikah dengan wanita lain, dan Aerline tidak mau jadi orang ketiga di antara mereka.

          Aerline langsung memindahkan gigi dan menginjak gas mobilnya. Dia akhirnya membawa Joel ke salah satu hotel, dan akan meninggalkan Joel di sana setelah mengantarkan pria itu ke kamarnya.

          “Ugh, berat sekali!” Aerline memapah Joel menuju kamar yang dipesannya setelah mendapatkan kunci.

          “Akhirnya .... “ Dia merebahkan tubuh Joel di atas ranjang king size. Aerline berdiri menatap Joel yang terlelap di atas ranjang.

          Wanita itu melepaskan sepatu yang menempel di kedua kaki Joel beserta kaos kakinya, lalu meletakkannya di dekat pintu. Dia kembali mendekati Joel dan membantu pria itu melepaskan jasnya supaya tidurnya lebih nyaman. Tetapi, tindakannya itu malah menjadi boomerang, Aerline terkejut saat lengannya ditarik oleh Joel dan kini posisi mereka berguling, hingga Aerline berada di bawah kungkungan tubuh pria itu.

          Kedua mata pria itu terbuka lebar dan bertemu pandang dengan mata Aerline yang menatapnya dengan tatapan terkejut.

          “Pak Joel?”

          Ucapan Aerline tertahan saat pria itu semakin mendekatinya dan menyentuh bibirnya yang lembut, menyisirnya dengan lembut. Aerline berusaha mendorong dada bidang pria itu tetapi sangat sulit, bahkan ciumannya mulai merambat ke rahang dan lehernya.

          “Tolong hentikan, Pak Joel!” pinta Aerline berusaha keras melepaskan dirinya, tetapi kekuatannya tidak sebanding dengan kekuatan yang dimiliki Joel.

          Aerline berusaha melawan pertentangan dalam otak dan hatinya, logikanya memintanya menghentikan aktivitas Joel, tetapi, hatinya melemah. Rasa cinta itu masih sangat besar, sampai belaian lembut dan kecupan basah dari pria itu tidak bisa dipungkiri kalau Aerline juga menginginkan pria itu.

          “Ugh!” Aerline mengeluarkan lenguhannya saat tangan pria itu mulai menyentuh bagian-bagian sensitifnya. Bahkan kini pakaian bagian atasnya sudah dirobek oleh pria itu dan kecupannya semakin turun ke area sensitifnya.

          “Maaf, karena aku lemah,” batin Aerline yang tidak bisa menghentikan dirinya dan juga Joel.

          Aerline hanya ingin meluapkan rasa rindu dan perasaannya pada pria itu. Sudah menjadi keinginannya sejak lama, membuat Joel jadi pria pertama baginya. Aerline berpikir karena saat ini Joel sedang mabuk dan tidak dalam keadaan tidak sadar, jadi tidak masalah. Dia berharap, Joel akan melupakannya, dan biarkan malam ini jadi kenangan indah untuk Aerline.

          “Ugh, sakit!” keluhnya saat bagian tubuh Joel mulai menerobos dan merobek miliknya hingga terasa begitu menyakitkan, tapi di sisi lain ada sedikit kelegaan di hati Aerline, karena Joel yang pertama untuknya.

          “Aku hanya ingin menjadikan malam ini, malam yang indah aku bersamanya. Walau hanya aku yang akan mengingatnya,” batin Aerline, terlihat air mata mengalir dari sudut matanya.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (6)
goodnovel comment avatar
Reny Yunita
aish aerline knpa knpa Lo lakukan itu yang ada menambah sesak di dada Lo aerline
goodnovel comment avatar
Dshaku
semoga Joel sadar2 sjh mlkukn itu
goodnovel comment avatar
fitri hd
bisa bisa Joel efek mabuk jdi begitu sama airline semoga setelah sadar di pagi hari Joel tidak lari dari tanggung jawab
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Jadi yang Kedua: Jerat Pesona Mantan Kekasih   Bab 117 ~ Rasa Kesal Garren

    “Jadi, Joelio sudah siuman?” tanya Garren saat menerima laporan langsung dari anak buahnya. “Benar, Tuan. Dan sepertinya, mereka tahu kalau kejadian kemarin itu ulah Anda,” tambahnya. “Kurang ajar! Rencana kita jadi kacau, kenapa bukan wanita itu saja yang tertembak dan mati!” keluh Garren merasa sangat kesal sekali di sana. “Dan sepertinya, Kainan Dirgantara, sedang menyiapkan sesuatu yang besar untuk melawan kita membantu Joelio,” jelasnya. Garren menatap pria di depannya dengan intens. “Apa saja yang orang suruhan kita lihat dari gerak gerik mereka?” tanya Garren. “Tidak ada laporan gerak-geriknya bagaimana. Hanya saja, dia meyakini kalau mereka sedang merencanakan sesuatu untuk melawan kita,” jelas pria itu.Garren menghela napas panjang, amarahnya semakin membara. "Mereka mulai berani menantangku, ya?" gumamnya dengan nada penuh kebencian. "Terutama bocah sialan bernama Joelio itu. Seharusnya dia mati saja kemarin."Pria di depann

  • Jadi yang Kedua: Jerat Pesona Mantan Kekasih   Bab 116 ~ Joel Kembali

    “Jadi, apa menurutmu, cerita putri dan pangeran itu sangat cocok untuk di dongengkan padaku?” gurau Joel membuat Aerline tersenyum. “Ya, biasanya sang pangeran akan terbangun. Dan ternyata benar bangun, kan?” ucap Aerline di sana. “Putri terbangun karena dicium pangeran. Dan The beast bangun hingga berubah jadi manusia normal karena ciuman beauty,” ujar Joel. “Aku bahkan tidak menerima ciuman apa pun. Ck... malang sekali, padahal aku berharap sekali ada adegan ciuman saat kamu menyelesaikan dongengnya.” “Maaf, Tuan. Karena ekspektasimu berbeda jauh dengan realita,” ucap Aerline di sana.Joel pura-pura memasang wajah kecewa. "Jadi, aku cuma bisa bangun tanpa ciuman penyelamat? Begitu kejamnya dunia ini..."Aerline tertawa kecil, hatinya terasa hangat melihat Joel kembali dengan candaan khasnya. "Ya, dunia memang kejam, Tuan. Lagipula, siapa yang bilang kamu butuh ciuman untuk bangun?"Joel mengerucutkan bibirnya, berpura-pura kesal. "Hei, bukanka

  • Jadi yang Kedua: Jerat Pesona Mantan Kekasih   Bab 115 ~ Kembalilah... Joelio!

    “Dad!” Gisela memasuki ruangan milik Garren dengan sorot mata penuh kekesalan. “Oh, Gisel. Ada apa?” tanya Garren di sana. Menoleh ke arah Gisela dengan santai. “Kenapa Kyle dilarang masuk ke rumah ini?” tanya Gisela dengan tatapan penuh rasa kesal. “Kyle? Siapa dia?” tanya Garren. “Dad!” Gisela sedikit merajuk di sana karena kesal. Garren tertawa kecil di sana. “Oh, pria yang tidak jelas asal usulnya itu. Kenapa kamu harus bergaul dengan pria seperti itu, Gisel?” tanya Garren. “Dia pria yang baik, Dad. Dia temanku, biarkan dia masuk,” ucap Gisela. “No! tidak bisa, Gisela. Berhenti bergaul dengan pria tidak ada kejelasan itu. Kamu dan Joel memutuskan pernikahan, dan itu masih jadi perbincangan hangat di media, Darling. Kamu tidak boleh terkena skandal apa pun, Daddy ingin semua kesalahan ditimpakan pada Joelio, alasan kenapa pernikahan kalian dibatalkan,” ucap Garren. “Apa Dad mau menghancurkan r

  • Jadi yang Kedua: Jerat Pesona Mantan Kekasih   Bab 114 ~ Rencana

    “Oh, kamu sudah kembali, Lyman?” tanya Kaivan saat Lyman datang ke rumah sakit di mana Kaivan berada. “Ya, gimana Joel?” tanya Lyman. “Masih belum ada perubahan. Aerline masih menemaninya di ruang ICU,” jawab Kaivan. “Ada yang ingin aku katakan tentang penembakan itu. Kita bicara di ruangan Richard,” ucap Lyman. “Baiklah.” Kaivan memberi perintah pada bodyguard yang dibawanya untuk memastikan Aerline baik-baik saja. Dia masih khawatir, akan ada yang berusaha menyakiti adiknya.Kaivan menatap Lyman dengan tatapan serius, lalu mengangguk. "Ayo kita ke sana sekarang," katanya tanpa basa-basi. Mereka berjalan cepat menuju ruangan Richard yang terletak di lantai berbeda dari ICU.Setibanya di ruangan tersebut, Richard yang mengenakan jas Dokter menunggu mereka dengan wajah penuh tanda tanya. "Apa terjadi sesuatu dengan Joel?" tanyanya segera."Bukan soal itu," ujar Lyman sambil menutup pintu rapat. "Ini soal penembakan yang hampir merenggut

  • Jadi yang Kedua: Jerat Pesona Mantan Kekasih   Bab 113 ~ Pelakunya

    Angin berhembus dengan cukup kencang. Aerline menatap langit yang cukup mendung dan pepohonan di depannya. Wajahnya yang pucat dan sembab, dan matanya yang menunjukkan kelelahan yang tidak berujung. Ternyata menanti adalah hal yang paling menyebalkan. Setiap hari, hatinya tidak pernah merasa tenang, dan terus merasa cemas. Apa dia akan kembali padanya atau memang takdir menakdirkan mereka untuk berpisah. Entah, Aerline harus bagaimana lagi menguatkan keyakinannya di tengah keraguan yang menyerang hatinya. Apalagi melihat kondisi Joel yang masih tidak menunjukkan perkembangan.Aerline menghela napas panjang, mencoba meredakan beban yang menghimpit dadanya. Angin yang berhembus kencang menggoyangkan ranting-ranting pohon, seolah menggambarkan kegelisahan hatinya yang terus bergemuruh. Langit yang kelabu semakin mempertegas kekosongan yang ia rasakan.Dia memeluk dirinya sendiri, merasakan dinginnya udara yang menusuk kulitnya. Matanya yang sembab menatap tanpa fokus,

  • Jadi yang Kedua: Jerat Pesona Mantan Kekasih   Bab 112 ~ Harapan

    Aerline mengenakan pakaian steril yang diberikan oleh perawat, tangannya sedikit gemetar saat menyesuaikan masker di wajahnya. Dengan langkah pelan namun penuh tekad, dia memasuki ruang ICU yang dipenuhi suara mesin medis yang monoton namun menenangkan.Di sana, Joel terbaring lemah di atas tempat tidur dengan berbagai alat medis yang terhubung ke tubuhnya. Wajahnya pucat, namun masih menunjukkan ketampanan yang selalu membuat Aerline jatuh cinta. Hatinya terasa perih melihat pria yang begitu ia cintai berada dalam kondisi seperti ini.Aerline mendekat, menarik kursi dan duduk di samping Joel. Tangannya yang gemetar menyentuh jemari Joel yang terasa dingin di bawah kulitnya. "Joel..." bisiknya lirih. Air matanya jatuh, namun dia segera menghapusnya dengan punggung tangan."Aku di sini... kumohon bertahanlah," ucapnya pelan. "Kalau kamu dengar aku, bangunlah. Aku janji nggak akan lari lagi. Kita akan coba semuanya dari awal... asal kamu tetap di sini."Aerline menggenggam tangan Joel e

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status