#Sekuel dari Dikhianati Kekasih, Dinikahi Bos Galak Hati Aerline sangat sakit, bahkan hancur berkeping-keping saat mengetahui mantan kekasih yang masih sangat dia cintai bertunangan dengan wanita lain. Saat ingin merelakannya, takdir seakan mempermainkan Aerline. Ternyata pria yang bernama Joel itu adalah atasan di tempat kerja barunya. Mau tidak mau, Aerline menjadi lebih sering berinteraksi dan bertemu dengan Joel. Dan saat Joel mengatakan ingin menjadikan Aerline sebagai kekasih simpanannya, wanita itu malah tidak bisa menolaknya. Hubungan terlarang yang penuh hasrat, membuat Aerline tidak bisa melepaskannya begitu saja. Lalu bagaimana akhir dari hubungan Joel dan Aerline?
Lihat lebih banyak“Aerline, kamu tolong wakilkan Kakak untuk memenuhi undangan pertunangan Joel.”
Dan di sinilah gadis itu berada, di acara pertunangan mantan kekasih yang masih sangat dicintainya.
Aerline memilih tempat duduk yang cukup jauh dari altar dan cukup tersembunyi. Di depan sana, dia bisa melihat dengan jelas pria yang selalu dirindukannya selama lima tahun ini sedang menyematkan cincin di jari manis wanita lain. Sekuat tenaga Aerline menahan tubuhnya yang bergetar, deru nafas yang berat dan sesak di dadanya. Dia merasa sesuatu yang besar sedang menghantam dadanya dengan sangat keras. Kedua matanya sudah memerah menahan air mata yang siap tumpah ruah membasahi pipi.
‘Kenapa? sampai akhirpun, aku tetap tidak bisa melupakan kamu, Joel. Dan aku pikir dengan melihatmu sekarang bersanding dengan wanita lain, aku bisa lebih ikhlas melepaskanmu. Tapi kenapa? rasanya sesakit ini?’ batin Aerline di mana air matanya luruh membasahi pipi setelah dia tahan sejak tadi.
Tidak sanggup menyaksikan hal yang menyakitkan lagi, Aerline pun bergegas meninggalkan tempat itu dengan terburu-buru.
Prank!
Aerline tidak sengaja menabrak pelayan yang sedang membawa nampan berisi beberapa gelas minuman. Dan minuman itu tumpah ruah ke pakaian bagian depan Aerline.
Tubuh Aerline membeku dan bergetar, semua perhatian tertuju padanya termasuk tatapan Joel yang kini tertuju pada Aerline. Joel cukup terkejut melihat Aerline ada di sana, dia hanya melihat sisi wajah Aerline, tetapi sudah sangat mengenali gadis itu.
“Maafkan saya, Nona. Pakaian anda basah,” ucap pelayan wanita itu terlihat ketakutan. Pelayan itu siap menerima amukan atau omelan dari Aerline.
“Ti-tidak apa-apa,” ucap Aerline lirih dengan kepala yang terus tertunduk, kedua tangannya mengepal kuat. Dan tanpa mengatakan apa pun lagi, dia berlalu dengan langkah cepat dan sedikit berlari meninggalkan ruangan yang menyesakkan itu.
Aerline berlari menyusuri lorong hingga sampai di lobi hotel tempat acara berlangsung. Dia bergegas naik ke dalam taksi dan kembali ke rumah yang dia sewa di kota itu.
Selama perjalanan menuju rumahnya, Aerline tidak berhenti menangis, sesekali dia meremas dadanya yang terasa begitu sakit dan sesak. Ternyata sesakit ini rasanya melihat pria yang dicintai bersanding dengan wanita lain. Sedangkan selama bertahun-tahun Aerline berjuang untuk melupakannya. Tetapi sampai akhir pun, rasa itu tetap ada dan malah semakin menyiksanya.
“Anda baik-baik saja, Nona?” tanya sopir taksi sambil mengulurkan tissue pada Aerline.
“Terima kasih,” ucap Aerline menerima dan menyeka air matanya.
Sesampainya di dalam apartemen, tubuh Aerline luruh membasahi pipi. Ingatannya melalang buana pada kejadian delapan tahun yang lalu. Memang benar, dirinya yang salah dan melarikan diri karena ingin melanjutkan kuliahnya ke luar negeri. Walau saat itu, Joel sudah melamarnya dan siap berhadapan dengan Kaivan untuk mengatakan keseriusannya. Tapi, karena kebodohan Aerline yang memang belum siap untuk menjalin sebuah hubungan yang serius, dia pun memilih melarikan diri tanpa mengatakan apa pun pada Joel.
“Aku baik-baik saja saat tidak mendengar kabar darimu, walau aku selalu merindukanmu. Tetapi sekarang, kenapa rasanya sangat menyakitkan? Aku kehilangan semangatku dalam sekejap. Aku harus apa sekarang, Joel? Kenapa sulit sekali untuk bisa melupakanmu dan mencoba membuka hati untuk yang lain?” gumam Aerline menyeka air matanya.
Dia menghela napasnya, kepalanya terasa berat dan pening karena terlalu lama menangis dan belum makan apa pun.
Aerline mengambil bir kaleng dari kulkas. Dia butuh minuman beralkohol untuk meredakan rasa sakit yang menderanya. Dia duduk lesehan di atas permadani dan menegum minuman kaleng itu. Dia juga masih memakai gaun yang masih basah dan kotor karena tumpahan minuman tadi. Saat ini, dia hanya ingin minum hingga mabuk dan melupakan semua hal yang terjadi hari ini. Berharap, saat dia terbangun dari tidur nanti, dia tidak akan mengingat kejadian di hari ini.
Saat sedang asyik minum, ponselnya berdering dan sebuah pesan masuk ke dalam emailnya. Aerline mengambil ponsel yang tergeletak di atas meja dan melihat pesan yang baru saja masuk ke emailnya. Itu adalah undangan wawancara kedua dengan pimpinan perusahaan Deere GE and Company. Satu bulan yang lalu, Aerline memang memasukkan lamaran ke perusahaan itu, dan sudah sempat melakukan wawancara pertama.
“Saatnya aku bangkit dan memulai hidup baruku. Aku tidak bisa terus menerus merasa terpuruk dan menyedihkan seperti ini,” gumam Aerline menarik napasnya dalam-dalam dan menghembuskan napasnya perlahan.
***
Aerline baru saja sampai di perusahaan Deere GE and Company. Perusahaan manufaktur terbesar di California, dan menurut kebanyakan orang, untuk bisa bekerja di perusahaan ini sangatlah susah. Tetapi entah kenapa, jalan Aerline sejak awal begitu mudah untuk bisa melamar ke perusahaan raksasa ini.
Aerline menghampiri meja resepsionis, dan bertanya, “Selamat pagi, saya Aerline Lavanya Dirgantara. Saya menerima undangan untuk melakukan wawancara,” ucap Aerline.
“Benar, anda bisa langsung naik ke lantai 45, di sana akan ada sekretaris Pak Nathaniel yang akan mengarahkan anda. Kebetulan pak Nathaniel sudah menunggu anda,” ucap wanita cantik dengan rambut dicepol rapi itu.
“Baiklah, terima kasih.”
Tanpa menunggu lama lagi, Aerline berjalan menuju lift. Sesampainya di lantai 45, dia langsung disambut oleh seorang pria berjas rapi.
“Nona Aerline?” tanya pria itu.
“Benar, saya Aerline Lavanya Dirgantara.” Aerline menjawab dengan sangat ramah.
“Perkenalkan nama saya Andreas, tuan Nathaniel sudah menunggu anda. Mari, saya antar menemui beliau,” ucap Andreas sangat ramah dan cukup membuat Aerline bingung. Dia tidak menyangka kalau karyawan di perusahaan ini begitu ramah.
Aerline mengetuk pintu ruangan dan setelah mendengar seruan dari dalam, dia pun masuk ke dalam ruangan tersebut. Aerline melihat sosok pria yang berdiri di depan jendela dengan posisi membelakanginya. Dia cukup gugup sebenarnya, tetapi dia memberanikan diri untuk berjalan mendekat.
“Selamat pagi, tuan Nathaniel. Saya Aerline Lavanya Dirgantara,” ucap Aerline memperkenalkan dirinya dengan tatapan yang terus tertuju pada sosok pria tinggi di depannya.
“Aku tahu,” jawab pria itu membuat Aerline bingung mendengar jawabannya.
Pria itu membalikkan badannya dan saat itu juga kedua mata Aerline membelalak lebar, bahkan dia kehilangan keseimbangannya hingga kakinya melangkah mundur.
“Joel?” Aerline sangat terkejut di sana, sampai dia teringat nama lengkap pria di depannya itu, Joelio Nathaniel Richard.
“Jadi, Joelio sudah siuman?” tanya Garren saat menerima laporan langsung dari anak buahnya. “Benar, Tuan. Dan sepertinya, mereka tahu kalau kejadian kemarin itu ulah Anda,” tambahnya. “Kurang ajar! Rencana kita jadi kacau, kenapa bukan wanita itu saja yang tertembak dan mati!” keluh Garren merasa sangat kesal sekali di sana. “Dan sepertinya, Kainan Dirgantara, sedang menyiapkan sesuatu yang besar untuk melawan kita membantu Joelio,” jelasnya. Garren menatap pria di depannya dengan intens. “Apa saja yang orang suruhan kita lihat dari gerak gerik mereka?” tanya Garren. “Tidak ada laporan gerak-geriknya bagaimana. Hanya saja, dia meyakini kalau mereka sedang merencanakan sesuatu untuk melawan kita,” jelas pria itu.Garren menghela napas panjang, amarahnya semakin membara. "Mereka mulai berani menantangku, ya?" gumamnya dengan nada penuh kebencian. "Terutama bocah sialan bernama Joelio itu. Seharusnya dia mati saja kemarin."Pria di depann
“Jadi, apa menurutmu, cerita putri dan pangeran itu sangat cocok untuk di dongengkan padaku?” gurau Joel membuat Aerline tersenyum. “Ya, biasanya sang pangeran akan terbangun. Dan ternyata benar bangun, kan?” ucap Aerline di sana. “Putri terbangun karena dicium pangeran. Dan The beast bangun hingga berubah jadi manusia normal karena ciuman beauty,” ujar Joel. “Aku bahkan tidak menerima ciuman apa pun. Ck... malang sekali, padahal aku berharap sekali ada adegan ciuman saat kamu menyelesaikan dongengnya.” “Maaf, Tuan. Karena ekspektasimu berbeda jauh dengan realita,” ucap Aerline di sana.Joel pura-pura memasang wajah kecewa. "Jadi, aku cuma bisa bangun tanpa ciuman penyelamat? Begitu kejamnya dunia ini..."Aerline tertawa kecil, hatinya terasa hangat melihat Joel kembali dengan candaan khasnya. "Ya, dunia memang kejam, Tuan. Lagipula, siapa yang bilang kamu butuh ciuman untuk bangun?"Joel mengerucutkan bibirnya, berpura-pura kesal. "Hei, bukanka
“Dad!” Gisela memasuki ruangan milik Garren dengan sorot mata penuh kekesalan. “Oh, Gisel. Ada apa?” tanya Garren di sana. Menoleh ke arah Gisela dengan santai. “Kenapa Kyle dilarang masuk ke rumah ini?” tanya Gisela dengan tatapan penuh rasa kesal. “Kyle? Siapa dia?” tanya Garren. “Dad!” Gisela sedikit merajuk di sana karena kesal. Garren tertawa kecil di sana. “Oh, pria yang tidak jelas asal usulnya itu. Kenapa kamu harus bergaul dengan pria seperti itu, Gisel?” tanya Garren. “Dia pria yang baik, Dad. Dia temanku, biarkan dia masuk,” ucap Gisela. “No! tidak bisa, Gisela. Berhenti bergaul dengan pria tidak ada kejelasan itu. Kamu dan Joel memutuskan pernikahan, dan itu masih jadi perbincangan hangat di media, Darling. Kamu tidak boleh terkena skandal apa pun, Daddy ingin semua kesalahan ditimpakan pada Joelio, alasan kenapa pernikahan kalian dibatalkan,” ucap Garren. “Apa Dad mau menghancurkan r
“Oh, kamu sudah kembali, Lyman?” tanya Kaivan saat Lyman datang ke rumah sakit di mana Kaivan berada. “Ya, gimana Joel?” tanya Lyman. “Masih belum ada perubahan. Aerline masih menemaninya di ruang ICU,” jawab Kaivan. “Ada yang ingin aku katakan tentang penembakan itu. Kita bicara di ruangan Richard,” ucap Lyman. “Baiklah.” Kaivan memberi perintah pada bodyguard yang dibawanya untuk memastikan Aerline baik-baik saja. Dia masih khawatir, akan ada yang berusaha menyakiti adiknya.Kaivan menatap Lyman dengan tatapan serius, lalu mengangguk. "Ayo kita ke sana sekarang," katanya tanpa basa-basi. Mereka berjalan cepat menuju ruangan Richard yang terletak di lantai berbeda dari ICU.Setibanya di ruangan tersebut, Richard yang mengenakan jas Dokter menunggu mereka dengan wajah penuh tanda tanya. "Apa terjadi sesuatu dengan Joel?" tanyanya segera."Bukan soal itu," ujar Lyman sambil menutup pintu rapat. "Ini soal penembakan yang hampir merenggut
Angin berhembus dengan cukup kencang. Aerline menatap langit yang cukup mendung dan pepohonan di depannya. Wajahnya yang pucat dan sembab, dan matanya yang menunjukkan kelelahan yang tidak berujung. Ternyata menanti adalah hal yang paling menyebalkan. Setiap hari, hatinya tidak pernah merasa tenang, dan terus merasa cemas. Apa dia akan kembali padanya atau memang takdir menakdirkan mereka untuk berpisah. Entah, Aerline harus bagaimana lagi menguatkan keyakinannya di tengah keraguan yang menyerang hatinya. Apalagi melihat kondisi Joel yang masih tidak menunjukkan perkembangan.Aerline menghela napas panjang, mencoba meredakan beban yang menghimpit dadanya. Angin yang berhembus kencang menggoyangkan ranting-ranting pohon, seolah menggambarkan kegelisahan hatinya yang terus bergemuruh. Langit yang kelabu semakin mempertegas kekosongan yang ia rasakan.Dia memeluk dirinya sendiri, merasakan dinginnya udara yang menusuk kulitnya. Matanya yang sembab menatap tanpa fokus,
Aerline mengenakan pakaian steril yang diberikan oleh perawat, tangannya sedikit gemetar saat menyesuaikan masker di wajahnya. Dengan langkah pelan namun penuh tekad, dia memasuki ruang ICU yang dipenuhi suara mesin medis yang monoton namun menenangkan.Di sana, Joel terbaring lemah di atas tempat tidur dengan berbagai alat medis yang terhubung ke tubuhnya. Wajahnya pucat, namun masih menunjukkan ketampanan yang selalu membuat Aerline jatuh cinta. Hatinya terasa perih melihat pria yang begitu ia cintai berada dalam kondisi seperti ini.Aerline mendekat, menarik kursi dan duduk di samping Joel. Tangannya yang gemetar menyentuh jemari Joel yang terasa dingin di bawah kulitnya. "Joel..." bisiknya lirih. Air matanya jatuh, namun dia segera menghapusnya dengan punggung tangan."Aku di sini... kumohon bertahanlah," ucapnya pelan. "Kalau kamu dengar aku, bangunlah. Aku janji nggak akan lari lagi. Kita akan coba semuanya dari awal... asal kamu tetap di sini."Aerline menggenggam tangan Joel e
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen