Home / Pendekar / Jalan Pendekar / Pangeran yang Menundukkan Kepalanya

Share

Pangeran yang Menundukkan Kepalanya

Author: Bangaw
last update Last Updated: 2021-10-28 13:48:16

Batara tahu betul kenapa Giri sangat ingin menjalankan misi tingkat menengah. Ia tahu, Giri juga berambisi untuk menjadi jauh lebih kuat. Tapi tidak seperti Abimana, yang berambisi menjadi Raja. Giri berambisi jauh lebih kuat hanya sekedar balas dendam. 

Giri Mahasura, berasal dari keluarga yang disegani Desa Asoka. Tapi malangnya kini hanya ia sendirilah satu-satunya orang yang berasal dari keluarga Mahasura. 

Beberapa tahun yang lalu, seluruh garis keturunan Mahasura dibantai oleh seorang yang tidak dikenal, termasuk ayah dan ibu Giri. Giri satu-satunya Mahasura yang selamat atas insiden tersebut karena saat itu ia sedang berlatih di hutan selepas belajar dari perguruan. 

Sejak saat itu Giri bersumpah akan mencari pelaku atas pembantaian itu. Tapi Giri yang pintar tahu, mereka yang telah membantai keluarga Mahasura pastilah memiliki kekuatan yang sangat besar. Karena Mahasura terpandang bukan sekedar terpandang. Mahasura adalah salah satu keluarga terkuat di Desa Asoka. Tidak heran Giri sangat pintar dan berkemampuan, memang seperti itulah ciri khas seorang Mahasura. Tapi ia sadar belum cukup kuat untuk segera membalas dendam.

Batara tahu, Giri belum cukup kuat walau ia diakui pendekar terkuat dikalangan pendekar pemula. Teman seregunya Abimana, adalah pendekar terlemah dikalangan pendekar pemula. Tentu tidak akan banyak membantu. Sekar pun ingin mengambil misi tingkat menengah bukan karena ingin, ia hanya ikut kemana pun Giri pergi walau itu ke meloncat ke jurang. 

Daripada saling melengkapi, Regu 1 sebenarnya adalah regu yang membebani Giri. Oleh karena itu Batara tidak akan memberikan mereka misi tingkat menengah sebelum waktunya. Ia tidak ingin kehilangan satu-satunya Mahasura tersisa. 

Giri dengan perasaan masih kesal berjalan mendekati meja Batara untuk mengambil gulungan misi yang baru saja dibacakan kepada mereka. Tapi tiba-tiba ruangan Batara tersebut dimasuki sekelompok orang. 

Batara melihat siapa gerangan yang masuk. Ia tahu betul siapa yang baru saja datang segera ia keluar dari mejanya dan berlutut di lantai lalu diikuti dua pengawalnya. 

Seluruh ruangan berlutut kepada seorang yang baru saja datang kecuali seorang, Abimana Yasa. Ia sendiri juga belum menyadari satu ruangan termasuk Batara telah berlutut. Abimana masih terkejut dengan sosok yang datang, karena wajahnya tidak asing baginya. 

"Kau...?" gumam Abimana. 

"Hey bodoh! Kenapa kau tidak berlutut?" bisik Sekar. 

"Kenapa aku harus berlutut?" balas Abimana enteng. 

"Bodoh! Dia adalah Pangeran Jati Narapati. Putra mahkota Kerajaan Geni," tambah bisik Giri. 

"Eeeh? Pa.. pangeran? Putra Mahkota?" Abimana seolah tidak percaya. Karena orang yang mereka anggap Pangeran adalah orang yang sempat ia tolong saat perjalanan mau kemari. 

Jati tersenyum kepada Abimana. "Senang bertemu dengan kau lagi Tuan Pendekar," ucap Jati. 

Seluruh ruangan kaget, bagaimana bisa Jati seorang pangeran bisa mengenali Abimana, pendekar bodoh. 

Djani yang geram dengan Abimana sontak berdiri dan langsung menekan bahu Abimana dengan keras sehingga Abimana dibuat berlutut secara paksa. 

"Argh!" Abimana menyeri kesakitan. 

"Tuan Muda, saya sedikit terkejut anda tiba-tiba datang. Apakah ada sesuatu hal mendesak yang bisa saya bantu?" ucap Batara. 

"Berdirilah, tolong jangan perlakukan aku seolah aku adalah ayahku. Aku bukanlah Raja, aku hanya putranya," balas Jati. 

Dengan sedikit canggung seluruh orang di ruangan itu berdiri secara perlahan dengan perasaan sedikit canggung. 

"Haha kita bertemu lagi disini! Siapa yang menyangka ternyata kau juga seorang pangeran?" ucap Abimana dengan nada keras. 

Semua orang di sana melotot ke arah Abimana, tapi ia tidak peduli atau memang tidak mengerti isyarat dari mata yang menatap ke arahnya. Tapi Jati yang seharusnya marah karena diperlukan tidak sopan padahal ia pangeran hanya tersenyum kepada Abimana. 

Tidak lama kemudian, seorang pendekar tingkat menengah datang masuk ke ruangan tersebut dan menyerahkan sebuah gulungan penting berwarna merah api kepada Batara. Gulungan tersebut adalah gulungan resmi dari Kerajaan Geni. Batara tahu seberapa pentingnya gulungan tersebut, sehingga ia tidak menunda membukanya. Ternyata gulungan tersebut berisi permohonan Raja agar mengawal anaknya Jati saat hendak pulang ke Ibukota. 

Batara pun segera bertanya kepada Jati dengan sedikit panik. Kenapa ia tidak memberitahu kedatangannya, terlebih lagi ada apa dengan sekujur tubuhnya yang terdapat perban yang sepertinya baru dipasang. Di depan semua orang Jati pun menjelaskan,

Ternyata Jati telah sampai ke Desa Asoka sejak dua hari yang lalu untuk suatu urusan bisnis. Ia sengaja tidak memberitahukannya kepada Batara karena Jati tidak suka penyambutan yang berlebihan. Jati memang terkenal dengan kerendahan hatinya. Jati lebih memilih menginap di penginapan sederhana seolah hanya seorang pengembara biasa. 

Tapi Jati tidak tahu, ternyata ada orang yang mengincarnya. Seorang pendekar tingkat menengah yang terkenal sepak terjang kejahatannya. Pendekar Rantai Besi. Dari sepuluh prajurit yang ia bawa yang dimana adalah lima orang prajurit resmi Kerajaan Geni dan lima orang lagi pendekar bayaran yang diutus ayahnya. Tujuh orang mati dihabisi Pendekar Rantai Besi. 

"Lalu bagaimana kau bisa selamat Tuan? Dimana sekarang Pendekar Rantai Besi itu!" ucap Djani geram. 

Jati segera menatap ke arah Abimana. "Pria itu sudah tertangkap, semua karena atas bantuan Abimana, ia membantuku saat kupikir aku akan segera mati."

"Terimakasih Abimana, aku akan mengingat selalu jasamu," tambah Jati dengan sedikit menundukkan kepala kepada Abimana. 

"Haha aku hanya menjalankan tugasku sebagai pendekar hehe," balas Abimana cengengesan.

Semua orang yang ada di sana terkaget mendengar cerita Jati. Batara bertanya kepada pendekar menengah yang membawa gulungan. Pendekar itu mengangguk bahwa yang dikatakan Jati benar adanya. 

Giri terkaget, bukan Abimana yang berlutut dihadapan Pangeran. Tapi Pangeran yang menunduk untuk dirinya. Apa benar Abimana sekuat itu? Giri membatin. 

"Baiklah Tuan, aku akan mengutus pendekar tingkat tinggi untuk mengawal anda pulang," celetuk Batara memecahkan keheningan. 

"Tidak, tidak perlu Raden Batara. Kau tidak perlu mencari pendekar lain untuk mengawalku. Pendekar yang kau cari sudah ada disini," balas Jati melihat ke arah Abimana. 

Lagi-lagi semua terkejut dengan ucapan Jati. "Tapi Tuan, menurutku lebih aman jika anda dikawal oleh pendekar tingkat tinggi. Abimana mungkin beruntung saat mengalahkan Pendekar Rantai Besi. Ia pasti sudah kehabisan banyak tenaga kanuragan saat bertarung dengan para pengawal anda," ujar Zali. Batara dan Djani pun mengangguk setuju. 

"Bisa jadi, tapi aku tidak tahu mengapa. Aku merasa lebih aman jika dikawal oleh Abimana."

Batara beserta dua pengawalnya tidak tahu harus berkata apa lagi. Mereka menatap Abimana yang terus tertawa karena dipuji Jati. 

"Haha inilah aku, Pendekar Abimana yang menyelamatkan Pangeran haha."

"Djani, siapa pendekar tingkat tinggi yang tersedia sekarang?" bisik Batara. 

"Saya juga baru ingat Raden, seluruh pendekar tingkat tinggi sedang menjalankan misi. Hanya ada pendekar tingkat menengah saat ini yang tersedia," balas Djani. 

Batara sedikit mengerutkan dahinya. Akhirnya ia terpikir sebuah ide sembari berjalan ke arah mejanya. 

"Giri Mahasura, Abimana Yasa, Sekar Candani. Dengan ini kalian akan melakukan misi tingkat tinggi!"

Seluruh Regu 1 terkaget. Abimana berteriak kesenangan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Al Qadhi
naruto, sasuke, sakura. naruto = abimana, Sasuke = giri, dan sakura = sekar.
goodnovel comment avatar
Al Qadhi
ini alur ceritax naruto bamget, trio naruto, sasuke dan sisuka. hehehe
goodnovel comment avatar
Bedu Ambbassador
dari awal ini alur sudah mirip seperti alurnya naruto,wkwkw
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Jalan Pendekar   Yodha vs Lika

    Lika maju ke arena dengan perasaan yang sangat takut. Sementara Yodha tampak biasa saja dan terlihat yakin dapat mengalahkan Lika."Mereka berdua dari keluarga yang sama? Tapi berbeda desa?" celetuk Abimana polos."Ya begitulah, keluarga Kusuma tidak hanya ada di Asoka. Mereka juga ada di tempat lain yang masih kekuasaan Kerajaan Geni, tapi Desa Alamanda jumlah anggota keluarga Kusumanya hampir sama banyak seperti Desa Asoka," jelas Sadana.Abimana pun termangu-mangu mengerti."Nona Lika, aku tidak akan menahan diri. Aku akan menghabisimu disini," ujar Yodha, pendekar dengan rambut dikepang tersebut."Ba..iklah," balas Lika masih takut."Djani, kali ini muridmu akan tidak baik-baik saja," celetuk Rumi yang melihat pertarungan tersebut."Cih. Aku sudah tahu itu, Yodha, pendekar pemula terbaik asal Desa Alamanda pasti akan menyulitkan Lika," balas Djani.

  • Jalan Pendekar   Kamayan vs Tikta

    Para pendekar yang lain cukup kaget dengan hasil imbang tersebut. Beberapa dari mereka juga baru tahu ternyata jika kedua pendekar tidak dapat melanjutkan pertandingan maka keduanya akan dianggap gugur."Sekar! Kau sudah melakukan yang terbaik!" jerit Abimana.Sekar yang mendengar Abimana berteriak tidak marah lagi kepadanya. Sekar hanya melemparkan senyum saat beberapa pengawas menggotongnya dengan tandu, di pertarungannya dengan Inge barusan jika Abimana tidak berteriak ketika Inge melakukan jurus pemindah jiwa, mungkin ia akan kalah saat itu.Sekar walau telah dianggap gugur pada ujian pendekar. Ia sangat senang dengan hasil pertandingannya terakhir, dulu ia pikir ia tidak bisa melampaui Inge, tapi ternyata tidak. Sekar bisa menyeimbangi Inge.Sementara Inge yang setengah sadar saat digotong oleh beberapa pengawas. Ia sangat kesal tidak bisa mengalahkan Sekar pada saat itu."Uhuk...baiklah aku akan mengambil kertas untuk

  • Jalan Pendekar   Sekar vs Inge

    Sekar dan Inge sudah berdiri di tengah arena. Inge tampak tersenyum menyeringai, Sekar sendiri tampak terintimidasi karena senyuman Inge tersebut."Sekar berjuanglah!!! Jangan kalah dari nenek lampir itu!" teriak Abimana berusaha memberi semangat Sekar."Diam kau Abimana!!" jerit Sekar kemudian. Abimana pun menjadi ciut. Bukannya tambah semangat, teriakan Abimana di ruangan justru membuatnya tertekan sangat malu."Sekar belahan jiwaku! Berjuanglah!" teriak seseorang lagi, dan ternyata itu adalah Laksmana."Kau juga diam!!!" Sekar sungguh naik pitam."Sekar, masih ada waktu untuk menyerah. Seperti yang kau tahu, kau tidak akan bisa mengalahkan aku," ucap Inge dengan nada provokasi."Diam kau Inge pesek! Aku tidak akan menyerah darimu!""Apa kau bilang? Pesek? Dasar dada rata!""Apa!!!"Eka terlihat jengah, padahal pertarungan belum dimulai, tapi keduanya sudah sangat berisik di arena pertarungan.&n

  • Jalan Pendekar   Jaku vs Sakta

    "Mungkin lebih baik kau menyerah daripada menyesal selanjutnya," ucap Sakta serius."Heeeeh? Kenapa pendekar-pendekar Asoka begitu menyebalkan?" balas Jaku kesal."Aku serius," ucap Sakta lagi."Brengsek kau!""Mulai!" seru Eka.Sakta hanya berdiri begitu santai di tempatnya sementara Jaku langsung menyerang membabi buta. Ia terus menyerang Sakta dengan pukulan dan tendangan. Tapi Sakta tampak santai seolah dia sedang berlatih."Sialan kau! Kau tidak menganggap serius pertarungan ini hah!" ucap Jaku geram."Tembakan angin!" Bush!! Sakta kemudian terdorong saat menerima jurus dari Jaku."Hehe, mampus kau.""Apa hanya ini kemampuanmu? Angin memang sesuatu yang berbahaya. Tapi jika itu anginnya cukup kencang. Jika hanya sebatas ini, bukankah kau hanya akan membuat diriku lebih nyaman dari gerahnya ruangan ini?""Apa kau bilang!!!!" Jaku terpancing saat Sakta memprovokas

  • Jalan Pendekar   Giri vs Yada (2)

    Para pendekar Asoka tampak terbelalak, terlebih Abimana dan Sekar.Pembimbing pendekar Swara tampak sangat senang melihat Giri terdesak seperti itu. Tapi tiba-tiba ia mengucapkan beberapa mantra yang hanya dirinya sendiri yang mendengar.Giri melihat Eka hendak menghentikan pertarungan."Aku belum menyerah," ucap Giri dengan leher tercekik. Langsung saja Eka mengurungkan niatnya."Menyerahlah!" ucap Yada semakin kuat menyekik leher Giri."Arrrrg..""Arrrrgghhhhh!" tiba-tiba Giri menjerit hingga terdengar menggelegar satu ruangan."Hey Eka kenapa kau tidak menghentikan pertarungannya! Giri temanku terdesak!" jerit Abimana.Tapi Eka tahu Giri menjerit bukan karena dicekik, tapi karena suatu hal lain."Wuarghhhh!!!!" Giri menjerit menggelegar lagi. Bahkan Yada sendiri tahu itu bukan karena dirinya.Giri dengan sekuat tenaga berdiri, membuat Yada tergendong di belakang Giri.&n

  • Jalan Pendekar   Giri vs Yada

    Batara duduk di kursinya, di dekatnya banyak sekali pendekar tingkat tinggi yang berasal dari kerajaan Geni. Baik dari desanya maupun desa lain. Dan terdapat pula dua pendekar tingkat tinggi yang diluar kerajaan Geni.Seorang bernama Biki, ia adalah guru pembimbing tiga pendekar bersaudara Wedhi. Dan satu yang lain tidak diketahui namanya, beliau adalah guru pembimbing dari pendekar asal Desa Swara.Batara tampak senang dari kursinya, karena dalam ujian pendekar kali ini Kerajaan Geni tampak unggul. Tiga regu berasal dari Desa Asoka dan dua regu berasal dari Desa Alamanda.Dari lima kerajaan besar, hanya pendekar Wedhi yang berhasil sampai ke tahap tiga. Sungguh memalukan bagi tiga kerajaan besar lainnya. Banyu, Kilat, Hawa. Pasti mereka gugur pada tahap dua yang memang terkenal paling menyeramkan.Malah Desa Swara yang berhasil maju sampai ke tahap tiga, sebuah tempat yang sangat jauh dari kekuasaan lima

  • Jalan Pendekar   Ujian Pendekar Tahap Tiga Dimulai

    Di Tugu Batu, tidak jauh dari tugu tersebut terdapat bangunan satu lantai yang cukup luas. Bangunan tersebut adalah satu-satunya bangunan yang terdapat di Hutan Terlarang. Bangunan itu sebelumnya berfungsi sebagai tempat peristirahatan untuk para pendekar yang sedang melakukan latihan di hutan tersebut.Tapi kali ini, tempat itu menjadi tempat berkumpulnya para pendekar yang sedang melaksanakan ujian pendekar tahap dua. Tentunya yang sudah berhasil membawa dua gulungan, hitam dan putih.Semua regu yang sudah dinyatakan lolos tahap dua ujian pendekar ada disana. Beberapa regu tampak mengasingkan diri memencar diri dari regu lainnya. Hanya para pendekar Kerajaan Geni yang berkumpul dan bercengkrama satu sama lain."Haha Abimana, aku pikir kau tidak akan lolos pada tahap dua ini," sindir Kaloka."Hey Kaloka, apa kau lupa apa yang sering aku katakan? Aku ini calon Raja. Tentu saja tidak akan begitu saja gugur pada ujian rendahan sepert

  • Jalan Pendekar   Hari Terakhir, Gulungan Terakhir (2)

    Regu 1 bersama Fusena segera bergegas menuju daerah tengah hutan. Ternyata rencana Fusena cukup sederhana, yaitu hanya sebatas pergi ke tengah hutan. Karena menurut pengalamannya yang telah berulang kali mengikuti ujian pendekar, di saat hari terakhir seperti ini akan banyak regu disana yang akan saling menunggu dan bertarung.Jadi Fusena berniat membantu Regu 1 agar kesempatan menang dalam pertarungan tengah hutan tersebut semakin besar. Hal itu juga menguntungkan Fusena sendiri, sehingga dirinya bisa pergi ke Tugu Batu dengan selamat. Karena jika ia sendiri ke tengah hutan tentu itu sangat berbahaya."Baiklah! Ayo kita rebut gulungan milik mereka!" ucap Abimana semangat yang berlari paling depan.Suatu ketika mereka berempat beristirahat sejenak di sebuah bongkahan kayu untuk menegak sedikit air demi mengisi tenaga."Tugu Batu sudah terlihat," tunjuk Fusena. Benar saja yang disebut Tugu Batu itu sangat mudah dikenali. Karena batu

  • Jalan Pendekar   Hari Terakhir, Gulungan Terakhir

    Kaloka sontak langsung menutup mulut Arka yang sejak tadi ia gendong. Sakta pun memberi isyarat jangan berisik dengan jari di bibirnya. Kaloka dan Lika pun sontak saling mengangguk tidak bergerak."Tidak ada siapapun disana," ujar Ranti."Benar, ayo kita segera Tugu Batu," tambah Kamayan.Ranti dan Kamayan sebenarnya juga menyadari ada tiga orang yang sedang bersembunyi di pepohonan tersebut. Tapi mereka ingin mencegah Darsana untuk membunuh orang lagi, mereka sangat tidak bisa mengatasi jika sesuatu yang di dalam diri Darsana keluar."Jangan bodoh, jelas aku merasakan ada tiga orang bersembunyi disana," ucap Darsana dingin.Deg. Darsana tidak bisa didustai, ia bukan pendekar kemarin sore yang tidak bisa merasakan kanuragan milik orang lain.Ranti dan Kamayan pun pasrah, mereka pun kali ini tidak bisa mencegah Darsana. Jika mereka bersikeras, Darsana tidak akan peduli ia akan membunuh mereka berdua walaupun kedu

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status