ホーム / Pendekar / Jalan Sunyi sang Pendekar / Bab 1 - Suara dari Alam Mimpi

共有

Jalan Sunyi sang Pendekar
Jalan Sunyi sang Pendekar
作者: Rizki Al-Mubarok

Bab 1 - Suara dari Alam Mimpi

last update 最終更新日: 2025-05-13 13:58:01

PLAK!

Tamparan itu datang sebelum Luo Yi sempat menjelaskan apa pun.

“Dasar tidak tahu diuntung!” Luo Yang membentaknya dengan wajah merah padam. “Sudah kubilang berkali-kali untuk tidak usah keluar rumah! Bikin malu saja kau ini!”

“Tapi, Ayah—”

PLAK!

Tamparan keras itu mendarat di pipi Luo Yi sekali lagi, tetapi bukan itu yang paling menyakitkan.

“Jangan panggil aku ayah! Aku tidak sudi memiliki anak cacat sepertimu!” kata-kata ayahnya itu lebih tajam dari bilah pedang.

Bukan tamparannya yang paling menyakitkan, melainkan kata-kata ayahnya—tajam seperti pisau, menyayat hati.

Sementara di dapur, Luo Yin, ibunya Luo Yi, yang sedang memasak di dapur, segera bergegas menuju ke ruang utama ketika ia mendengar suara keributan suami dan anaknya.

Setibanya di ruang itu, ia dikejutkan dengan anaknya yang tiba-tiba berlari ke arahnya dan memeluknya sambil menangis. Tentu saja sebagai seorang ibu ia bisa merasakan apa yang dirasakan anaknya saat ini.

Sembari memeluk anaknya, Luo Yin menatap suaminya dengan tajam. “Apa yang kaulakukan pada anak kita, Luo Yang?”

“Anak kita?” Luo Yang bertanya dengan nada merendahkan. “Itu anakmu, bukan anakku. Aku sudah tidak ingin lagi menganggapnya sebagai anak!”

Luo Yin melebarkan matanya. “Apa ... apa yang membuatmu sampai tega berkata seperti itu?” Luo Yin bertanya dengan suara gemetar, dan air matanya telah membendung di kelopak matanya.

“Tentu saja karena anak sialanmu itu telah menghancurkan nama baik keluarga kita!” jawab Luo Yang. “Sudah jelas-jelas dantiannya cacat, tapi anakmu itu malah nekat ikut seleksi pendaftaran murid di Sekte Pedang Langit. Semua orang jadi tahu kalau kita memiliki anak cacat. Bikin malu saja!”

“Jika ... jika memang menurutmu kehormatanmu itu lebih penting daripada anakmu sendiri, maka kau harus pergi dari rumah ini!” Air mata Luo Yin kini telah membuncah membasahi pipinya. “Ini ... ini rumahku, dan kau tidak lagi pantas berada di sini!”

Mendengar itu, Luo Yang langsung menggebrak pintu rumah dan pergi begitu saja tanpa berkata apa pun.

“Ayah!” Luo Yi berteriak, ingin mengejar, tetapi tangannya ditahan oleh ibunya.

“Sudahlah, Yi'er. Ayahmu sudah tidak menyangimu lagi.” Luo Yin berusaha menenangkan diri dan mengusap air matanya, karena tidak ingin anaknya melihat dirinya bersedih.

Luo Yi menundukkan kepalanya. Ia mengusap air matanya dengan punggung tangan kanannya sembari berkata, “Maafkan aku, Ibu! Kalau saja aku mematuhi perintah ayah, seharusnya kejadian seperti ini tidak akan terjadi.”

Luo Yin memeluk anaknya lagi, mencoba untuk menenangkan anaknya sembari mengusap rambutnya dengan lembut. “Kau tidak bersalah, Luo Yi. Ibu tahu kau melakukan itu karena kau memiliki tekad yang kuat. Apa pun keadaanmu, jika kau tetap memiliki tekad kuat dan pantang menyerah, percayalah! Suatu keajaiban kelak pasti akan datang padamu!”

***

Malam itu, di dalam kamar kediaman tempat tinggalnya, Luo Yi merebahkan dirinya di atas ranjang. Sorot matanya menyiratkan kepahitan yang telah ia alami.

Sembari menatap langit-langit kamar, ia mengingat kata-kata ibunya tadi sore, lalu bergumam, “Aku berjanji, akan menjadi kultivator terkuat di dunia persilatan ini, dan membuat semua orang mengakuiku, terutama ayahku!”

Setelah berkata seperti itu, tiba-tiba rasa kantuk menyerangnya, sehingga ia tak bisa untuk tidak menutup matanya.

Ia pun bermimpi berada di sebuah tempat aneh. Tidak ada tanah, tidak pepohonan, tidak ada rumah, dan juga tidak ada benda atau pun makhluk hidup. Sejauh mata memandang, yang dilihat di sekitarnya semuanya berwarna putih.

“Tempat apa ini?” Luo Yi mengernyitkan keningnya.

Di tengah kebingungan ini, tiba-tiba sebuah suara menggema di kehampaan, tanpa wajah, tanpa bayangan.

“Jika kau menginginkan kekuatan, pergilah ke Hutan Lianhua!” kata suara itu.

“Siapa kau?” tanya Luo Yi, namun sebelum ia mendapatkan jawaban dari suara misterius itu, tiba-tiba muncul cahaya yang sangat terang dan menyilaukan, membuat dirinya terbangun dari tidurnya.

***

Mata Luo Yi terbuka, dan cahaya matahari pagi berhasil menerobos masuk melalui celah jendela kayu kamarnya.

“Sudah pagi, ya.” Ia merasa waktu berjalan begitu cepat, tetapi ia teringat mimpi yang semalam ia alami. Ia teringat akan kata-kata sosok misterius dalam mimpi itu. “Apakah aku akan mendapatkan kekuatan jika aku pergi ke hutan itu?”

Tepat setelah memikirkan hal itu, tiba-tiba pintu kamarnya terbuka, membuatnya menoleh ke arah pintu. Ia melihat ibunya memasuki kamar.

“Sepertinya kau sudah sedikit lebih baik, Yi'er.” Luo Yin berjalan mendekati Luo Yi.

“Iya, Ibu. Aku sudah merasa lebih baik sekarang.

” Luo Yi menatap ibunya sembari tersenyum tipis, sementara dalam hati ia berkata, “Hari ini aku akan pergi ke hutan itu tanpa sepengetahuan ibu!”

Entah kenapa, meskipun telah mendengar anaknya mengatakan itu, Luo Yin masih merasa gelisah. Namun, ia berusaha menyembunyikan kegelisahannya, lalu merespon Luo Yi dengan berkata, “Ayo kita makan! Ibu sudah menyiapkan makanan kesukaanmu.”

***

Siang itu, setelah ibunya meninggalkan rumah untuk menggantikan ayahnya mencari uang, Luo Yi bergumam, “Baiklah, ini saatnya aku pergi ke hutan itu!”

Kemudian, ia segera keluar dari rumah untuk pergi ke Hutan Lianhua yang terletak di sebelah timur laut dari Ibukota Ningzou, tempat tinggalnya.

Ia tahu jika ia meminta izin ibunya untuk pergi ke hutan itu, ibunya pasti tidak akan mengizinkannya, karena konon Hutan Lianhua adalah hutan terlarang dan belum pernah ada orang yang kembali setelah memasuki hutan itu. Oleh karena itulah ia pergi secara diam-diam.

Meski ia tahu rumor kalau Hutan Lianhua adalah hutan terlarang, ia tetap bertekad untuk pergi ke sana, karena ia merasa mimpi yang semalam ia alami adalah sebuah petunjuk baginya.

Di sepanjang jalan, orang-orang Klan Luo membicarakan kecacatannya.

“Lihat itu! Itu bocah cacat dantian yang kemarin mencoba ikut seleksi pendaftaran murid di Sekte Pedang Langit!” kata seorang pria yang melihat Luo Yi.

Seseorang pria di sampingnya menimpali, “Aku juga tidak menyangka klan kita akan memiliki anak cacat seperti dia. Sepertinya ayahnya sangat malu sekali meliat kecacatannya terbongkar."

“Aku juga mendengar kabar kalau ayahnya pergi dari rumah meninggalkan dia dan ibunya.”

Sementara Luo Yi yang mendengar itu berusaha memendam amarahnya, lalu berlari meninggalkan kota hingga tiba di perbatasan antara Ibukota Ningzou dan padang rumput.

***

Setelah lima batang dupa terbakar melakukan perjalanan di padang rumput, akhirnya Luo Yi sampai di hadapan Hutan Lianhua, meski nafasnya tersengal-sengal.

Ini kali pertamanya ia melihat hutan ini. Bisa dikatakan ini adalah hutan raksasa, melihat pohon-pohon yang sangat besar dan menjulang setinggi menara.

Meskipun ia merinding melihat hutan lebat yang dalamnya tampak gelap itu, ia tetap memiliki tekad untuk memasuki hutan itu. Karena seperti yang dikatakan ibunya, jika ia punya tekad kuat, maka keajaiban pasti akan datang padanya, dan ia percaya akan hal itu.

“Semoga sesuatu yang buruk tidak terjadi!” katanya, lalu melangkahkan kaki memasuki hutan.

Saat memasuki hutan itu, suara dedaunan bergoyang terdengar dari pohon raksasa di sekitarnya. Heningnya hutan ini hanya dipecah oleh cicitan nyaring tonggeret.

Ketika mendengar suara gemerisik dari semak-semak belukar, Luo Yi segera menghentikan langkahnya dan berdiri terbujur kaku.

“Apa itu?” Keringat dingin mengalir deras dari pelipisnya.

Semak-semak itu bergerak lagi, kali ini lebih liar—seperti ada sesuatu yang sangat besar mengendap-endap dari balik lebatnya semak-semak itu.

Nafas Luo Yi tercekat. Ia mundur setapak.

Lalu ... suara desis panjang dan berat menggema, mengguncang seluruh hutan.

Sesuatu sedang mendekat.

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード
コメント (1)
goodnovel comment avatar
Lia Lintang
Hai, Kak. Aku mampir di karyamu. Tulisannya rapi, di awal pembukaan disuguhkan dengan Aksi yang bikin geregetan. Semangat.
すべてのコメントを表示

最新チャプター

  • Jalan Sunyi sang Pendekar   Bab 49 - Kembalinya Qing Xuejia

    Mendengar perkataan Qing Xuejia, sebagian orang ada yang heran, sebagian ada yang tertawa, sebagian ada yang bertanya-tanya dalam hati, apakah apa yang dikatakan Luo Yi benar kalau Qing Xuejia tidak akan membahayakan Klan Qing lagi? Sebagian orang yang bertanya-tanya dalam hati seperti itu adalah orang-orang yang tadi hadir dan mendengarkan percakapan antara Luo Yi dan Dewan Agung di kediamannya. “Meminta maaf? Apa aku tidak salah dengar?” Qing Zi bertanya dengan nada mengejek. “Bukankah selama ini tujuanmu ingin menghancurkan Klan Qing?” Qing Ying menimpali, “Aku tidak menyangka, ternyata kau yang selama ini menjadi dalang di balik munculnya Siluman Kijang Serigala.” “Kau pikir kami akan percaya bergitu saja dengan ilmuan licik sepertimu?” Mata elang Qing Ling memperhatikan raut wajah dan mata Qing Xuejia dari kejauhan, mencoba mencari jejak kebohongan di sana, tetapi ia tidak menemukannya. Biasanya, ia bisa menebak kebohongan orang lain hanya dengan mengamati raut wajahnya.

  • Jalan Sunyi sang Pendekar   Bab 48 - Formasi Empat Arah Mata Angin

    Mata Qing Lao mengikuti Luo Yi yang sedang berjalan dengan tenang ke arah penginapan itu. Sebenarnya, ia ingin bertanya, kenapa pemuda itu memilih tempat yang berdekatan dengan hutan.Namun, mengingat sikap Luo Yi yang begitu baik saat berbicara dengannya itu membuatnya tidak enak, jika ia melontarkan pertanyaan yang mengandung kecurigaan seperti itu. Dalam lubuk hati terdalam, Qing Lao merasa kalau Luo Yi adalah orang yang tulus dan jujur. Menurutnya, tidak mungkin jika pemuda itu berhianat atau kabur.Kalau ini bukan karena perintah dari Dewan Agung, Qing Lao akan berkata pada rekan-rekan kerjanya, kalau Luo Yi tidak perlu diawasi dengan ketat, karena ia adalah orang yang sangat dapat dipercaya.***Di pedalaman Hutan Huoluo, tepatnya di ruang utama dalam Laboratorium Xuejia, tampak formasi pelindung berupa energi berwarna hijau yang mengelilingi pria itu memudar, sementara segel cahaya yang mengikat jiwanya dalam dunia ilusi telah lepas.Tak lama setelah itu, pria itu membuka mata

  • Jalan Sunyi sang Pendekar   Bab 47 - Perkampungan Embun Putih

    Qing Yuan menatap Luo Yi dengan sorot mata yang menyiratkan penuh keingintahuan. “Saya ingin Anda memaafkan Qing Xuejia dan meringankan hukumannya,” jawab Luo Yi akhirnya. “Sudah kuduga permintaanmu itu terlalu sulit untuk dikabulkan,” kata Qing Yuan. “Tapi maaf, aku tidak bisa melakukannya. Selama ini dia telah membahayakan Klan Qing. Dia harus mendapatkan hukuman yang berat.”“Dia tidak akan membahayakan Klan Qing lagi,” kata Luo Yi dengan tenang. “Saya bisa menjamin itu.”Setelah memperhatikan Luo Yi yang sedari tadi selalu tenang dalam berkata-kata, akhirnya Qing Yuan memutuskan untuk berkata, “Baiklah, aku akan meringankan hukumannya, tetapi dengan satu syarat.”“Apa syaratnya, Yang Mulia?” tanya Luo Yi.“Jika dia membahayakan Klan Qing lagi, maka kau harus bertanggung jawab dan mau menerima hukuman mati.” Qing Yuan tersenyum tipis saat mengatakan itu, sorot matanya memperhatikan wajah Luo Yi, mencoba mencari jejak ketakutan di mata pemuda itu, tetapi ia tidak menemukannya sedi

  • Jalan Sunyi sang Pendekar   Bab 46 - Menemui Dewan Agung

    Luo Yi menangkupkan tinjunya di depan dada sebagai bentuk hormat kepada Dewan Agung sebelum berkata, “Maaf, Yang Mulia. Kedatangan saya kemari bukan untuk bertarung, tetapi ingin memberitahukan suatu hal penting pada Anda.”“Hal penting apa yang ingin kau sampaikan?” tanya Qing Yuan, sementara sorot matanya memperhatikan wajah Luo Yi, mencoba mencari ekspresi takut di sana. Namun, yang ia lihat hanyalah wajah datar dan sorot mata yang tenang, seolah tak takut sedikitpun dengan aura Ranah Ksatria yang ia pancarkan.“Saya sudah tahu siapa dalang di balik munculnya Siluman Kijang Serigala,” jawab Luo Yi, membuat semua orang di situ, terutama Dewan Agung, membulatkan matanya.“Benarkah?” tanya Qing Yuan yang dibalas dengan anggukan oleh Luo Yi. “Di mana dia sekarang? Apakah kau sudah membunuhnya?”“Saya belum pernah melukai ataupun membunuh manusia, karena saya memiliki cara sendiri untuk menyadarkan mereka,” jawab Luo Yi dengan tenang.Qing Yuan menatap Luo Yi dengan tajam. “Jadi, kau me

  • Jalan Sunyi sang Pendekar   Bab 45 - Latar Belakang Qing Xuejia

    Ketika pria berjubah putih itu melihat Siluman Kijang Serigalanya mencakar tubuh Luo Yi, tiba-tiba kabut tebal mengepul. Dengan refleks cepat ia menggunakan Ilmu Meringankan Tubuh untuk menghindari asap itu, tetapi ....“Sial!” umpatnya saat kabut itu terlebih dahulu menyelimuti seluruh tubuhnya karena menyebar ke seluruh ruangan ini dengan sangat cepat.Di dalam kabut itu pengelihatannya sangat terganggu. Bahkan, Siluman Kijang Serigala yang seukuran gajah pun ia tidak bisa melihatnya. Kabut ini benar-benar sangat pekat.Ketika pria itu ingin mencari jalan untuk keluar dari kabut itu, tiba-tiba muncul cahaya hijau yang sangat terang, membuatnya refleks menutup mata dengan cepat. “Kurang ajar! Dia benar-benar ingin membuatku tidak bisa melihat apa-apa!”Dirasa cahaya itu telah menghilang, pria itu membuka matanya. Akan tetapi, di saat ia membuka mata, yang dilihatnya bukan lagi ruangan tempat dirinya bereksperimen, melainkan gurun pasir yang sangat luas. Tentu saja hal ini membuatnya

  • Jalan Sunyi sang Pendekar   Bab 44 - Dalang di Balik Munculnya Siluman Kijang Serigala

    Di pedalaman Hutan Huoluo, terdapat satu bangunan yang sangat besar. Ada banyak ruangan di dalam bangunan ini. Di salah satu ruangan terdalam, terlihat seorang pria berjubah putih dan mengenakan kacamata tengah sibuk dengan pekerjaannya.Tangan pria itu dengan lincah menekan-nekan tombol keyboard. Di hadapannya ada layar hologram yang menunjukkan gambar bagian-bagian organ dan sel Siluman Kijang Serigala.Di wajah pria itu, senyum licik terukir sebelum ia berkata, “Akhirnya, aku bisa menciptakan Siluman Kijang Serigala yang setara dengan Kultivator Ranah Ksatria. Sebentar lagi aku pasti akan membalas perbuatanmu, Qing Yuan. Aku pasti akan meratakan seluruh Ibukota Tianjing dengan tanah!”Pria berjubah putih itu kemudian tertawa penuh kemenangan. Namun, tawanya itu langsung terhenti ketika tiba-tiba ia mendengar suara seseorang dari arah belakangnya.“Jadi, kau ya yang menjadi dalang di balik munculnya Siluman Kijang Serigala?”Pria berjubah putih itu langsung berbalik. Ia langsung mem

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status