Beranda / Pendekar / Jalan Sunyi sang Pendekar / Bab 2 - Hutan Lianhua

Share

Bab 2 - Hutan Lianhua

last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-13 14:43:51

Jantung Luo Yi berdetak kencang saat suara gemerisik dari semak-semak semakin mendekat. Ia berharap yang muncul bukan hewan buas atau makhluk mengerikan.

Namun harapannya sirna, ketika telinganya menangkap suara desisan, suara khas seekor ular.

Melihat semak-semak di hutan ini setinggi pohon biasa, ia bisa menebak bahwa ular yang akan keluar pasti berukuran besar.

Ketika sosok di balik semak-semak itu menunjukkan dirinya, sekujur tubuh Luo Yi bergetar hebat. 

Ternyata benar dugaannya kalau yang muncul adalah ular, dan yang dilihatnya saat ini adalah ular berwarna hitam pekat yang ukuran tubuhnya sebesar batang pohon beringin.

“Aku harus lari,” pikirnya, tetapi tubuhnya sangat kaku. Kakinya seakan terkunci, sulit digerakkan akibat rasa takut yang menyergap begitu kuat.

Di saat ia melihat ular itu merayap ke arahnya dan membuka mulut lebar-lebar, sontak ia memejamkan matanya, berharap ini hanyalah sebuah mimpi.

Tiba-tiba, ia mendengar suara lembut seseorang.

“Berhenti, Long Yanbi!”

Anehnya, suara itu seolah menghapus rasa takut dalam dirinya. Tubuhnya yang semula gemetar dan kaku perlahan menjadi tenang. Ia merasa tak akan terjadi sesuatu yang buruk, lalu perlahan membuka mata.

Namun, ketika melihat ular itu lagi, rasa takutnya seketika kembali, tetapi sebelum panik menyergap, suara lembut itu terdengar sekali lagi.

“Jangan takut, ular itu patuh padaku.”

Luo Yi pun menoleh ke arah sumber suara, dan seketika ia langsung takjub. Ia menghadap ke arah sosok itu.

Di hadapannya, berdiri seorang wanita muda yang tampak berusia awal dua puluhan tahun. Ia mengenakan gaun panjang berwarna biru muda yang bergoyang lembut ditiup angin hutan. Rambut hitamnya dikuncir kepang, menjuntai hingga ke pinggang.

Dari jarak sekitar sepuluh tombak, pandangan wanita itu tertuju padanya. Tatapan tenang dengan sepasang mata berwarna biru lembut itu senada dengan warna gaunnya, memancarkan aura yang menenangkan.

Merasa wanita ini adalah orang hebat, ia segera menangkupkan tinju di depan dada dan sedikit membungkukkan badannya. “Siapakah Anda?” tanyanya.

Wanita itu berjalan mendekat. “Namaku Hua Lianyi. Aku adalah penjaga hutan ini,” jawabnya tenang. “Apakah kau memiliki dantian yang cacat?”

Mendengar itu, mata Luo Yi melebar. “Bagaimana Anda tahu?” tanyanya sembari menegakkan tubuhnya.

Bukannya menjawab, wanita itu malah mengulurkan tangan kanannya sembari berkata dengan tenang. “Ikutlah denganku, nanti akan kujelaskan di suatu tempat!”

Luo Yi mengangguk, lalu menerima uluran tangan itu.

Hua Lianyi menggenggam tangannya, menyalurkan energi ke dalam tubuh Luo Yi, yang menjadikan tubuh pemuda itu terasa ringan, seolah bobotnya berkurang drastis. 

Tanpa aba-aba, Hua Lianyi menjejakkan kaki dan melesat ke udara, membuat Luo Yi terangkat bersamanya. Ini bukan terbang, tetapi melompat dari satu cabang ke cabang selanjutnya. 

Setiap lompatan tampak mustahil bagi manusia biasa. Ini tampak ringan, gesit, dan nyaris tanpa suara. Seolah gravitasi tak berlaku bagi Hua Lianyi.

Luo Yi mengikuti gerakannya. Pohon-pohon raksasa di Hutan Lianhua menjulang setinggi menara, dan mereka melesat melalui celah-celah cabang pohon, melewati sinar matahari yang menembus sela-sela ranting dan dedaunan lebat.

“Apakah ini ... ilmu meringankan tubuh?” gumam Luo Yi di dalam hati, kagum.

Hanya dalam beberapa puluhan tarikan nafas saja, mereka sampai di sebuah celah terbuka di tengah hutan. Di sanalah danau jernih terbentang, dikelilingi kabut lembut. 

Di tengah-tengah danau, bunga lotus raksasa berwarna biru mengambang, kelopaknya bersinar lembut di bawah cahaya matahari.

Hua Lianyi membawa Luo Yi mendarat perlahan di atas kelopak bunga lotus raksasa yang terapung di tengah danau jernih. Karena belum terbiasa, Luo Yi nyaris terpeleset karena permukaan kelopak itu begitu lembut dan licin, seperti sutra.

Begitu kedua kakinya menapak sempurna, Luo Yi merasakan sesuatu yang aneh. Udara di sekelilingnya terasa lebih bersih, seakan setiap helaan nafas yang ia hirup membawa ketenangan ke dalam dadanya. Aroma samar bunga danau bercampur dengan embusan angin yang sejuk membuat pikirannya menjadi jernih.

“Tempat ini ...,” gumam Luo Yi.

“Benar,” kata Hua Lianyi dengan tenang. “Bunga lotus ini menyerap energi murni dari alam. Di sinilah tempat terbaik untuk melatih Teknik Pernafasan Alam.”

“Teknik Pernafasan Alam?” Luo Yi mengerutkan keningnya.

Hua Lianyi mengangguk. “Ya, sebuah teknik untuk memanfaatkan energi alam yang bersifat tanpa batas,” jelasnya. “Aku akan mengangkatmu sebagai muridku dan mengajarkan teknik ini padamu.”

“Benarkah?” Mata Luo Yi tampak berbinar-binar mendengar itu, tetapi kemudian ia tampak murung ketika teringat sesuatu. “Tapi ... dantian saya telah cacat sejak saya lahir.”

“Tidak masalah,” jawab Hua Lianyi dengan tenang, namun penuh keyakinan. “Teknik Pernafasan Alam tidak bergantung pada dantian. Selama kau masih bisa bernapas, selama hatimu masih bisa menyatu dengan alam, kau bisa menguasainya.”

Luo Yi menatapnya tak percaya. “Tapi ... bukankah semua teknik membutuhkan dantian sebagai wadah energi?”

Hua Lianyi tersenyum tipis. “Itu benar untuk kultivasi biasa. Tapi Teknik Pernafasan Alam adalah jalan yang berbeda. Kau tidak menyimpan energi di dalam tubuhmu, tapi kau hanya menjadi saluran bagi energi alam. Kau bukan wadahnya, kau adalah jembatannya.”

“Maaf, bila saya boleh tahu, kenapa Anda dengan mudahnya ingin mengajarkan teknik sehebat itu pada orang yang baru saja Anda temui ini?” Luo Yi mencoba untuk duduk bersila di atas kelopak bunga lotus raksasa ini dengan hati-hati, lalu ia menatap Hua Lianyi yang masih berdiri dengan tenang, menunggu jawaban.

Hua Lianyi menatap ke arah air danau yang jernih, tampak ikan-ikan hias berenang-renang di sana. “Guruku pernah berpesan padaku, ‘Jika ada seorang anak muda dengan dantian cacat datang ke hutan ini, jadikanlah dia muridmu.’ Itulah yang dikatakan guruku 237 tahun yang lalu.”

Mata Luo Yi melebar. “237 tahun yang lalu?” tanyanya, seolah tidak percaya.

Hua Lianyi tersenyum tipis. “Benar, dan kau tidak perlu terkejut seperti itu, karena orang yang telah menguasai Teknik Pernafasan Alam penuaan pada tubuhnya akan terhenti, seperti seorang kultivator yang telah mencapai tingkatan ranah legenda.”

Luo Yi tak bisa untuk tidak merasa tidak percaya, pasalnya kultivator ranah legenda di dunia ini sangatlah langka, dan bahkan dipastikan sulit untuk menemukannya. Namun, melihat Hua Lianyi yang selalu tampak tenang, dia bisa menebak kalau wanita di depannya ini tidak mungkin berbohong.

“Mungkin, inilah maksud dari apa yang dikatakan sosok dalam mimpiku itu,” gumam Luo Yi dalam hati. Dia kemudian beranjak berdiri dengan hati-hati dan berkata kepada Hua Lianyi sembari menangkupkan tinju di depan dada. “Saya bersedia menjadi murid Anda. Tolong ajari saya Teknik Pernafasan Alam, Guru!”

Hua Lianyi tersenyum tipis, menatap Luo Yi yang sekarang tampak bersemangat itu dengan tenang dan berkata, “Baiklah. Sebelum latihan kita mulai, pertama-tama aku ingin tahu namamu dulu. Kau belum memberitahukan namamu kan sejak kita bertemu tadi?”

“Nama saya Luo Yi, Guru.” Luo Yi masih dalam posisi menangkupkan tinju di depan dada. “Maaf belum memperkenalkan diri.”

“Baiklah, Yi'er.” Hua Lianyi mendekatinya. “Mari kita mulai latihannya!”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Jalan Sunyi sang Pendekar   Bab 37 - Langkah Tenang Menghanyutkan

    Sambil mendengarkan Zhu Xiehun berbicara, Luo Yi mengaktifkan Jurus Langkah Tenang Menghanyutkan. Setelah jurus itu aktif, dan waktu itu adalah saat di mana pria berjubah merah itu belum menyelesaikan ucapannya, Luo Yi dengan tenang melangkahkan kakinya.Dalam sekejap, ia telah berpindah di hadapan Zhu Xiehun dengan Pedang Qingling dalam genggaman tangan kanannya kini telah berada di dekat leher pria itu.Zhu Xiehun tersentak. Keringat dingin seketika mengalir deras dari pelipisnya, dan jantungnya berpacu dengan cepat.“Cepat sekali! Lebih cepat dari sang Legenda yang pernah kuhadapi sebelumnya. Aku bahkan tidak merasakan apa pun saat orang ini mengaktifkan Jurus Teleportasi. Aku harus berhati-hati dengan orang ini!” batinnya.“Si ... siapa kau sebenarnya?” Zhu Xiehun bertanya dengan suara bergetar dan sedikit terbata.Luo Yi menjawab dengan tenang. “Aku hanya seorang pendekar yang ingin menghentikan kegaduhan yang disebabkan oleh orang-orang sepertimu.”“Kegaduahan? Apa maksudmu?” ta

  • Jalan Sunyi sang Pendekar   Bab 36 - Zhu Xiehun

    Luo Yi menoleh ke arah ayahnya. Ia tersenyum tipis sebelum menjawab, “Jalan yang kutapaki adalah jalan sunyi. Dengan kata lain, aku memilih jalan yang membawaku pada ketenangan dan kedamaian. Jika aku melihat seseorang membuat kegaduhan, maka aku akan menghentikan kegaduhan itu dan menuntun orang itu ke jalan kedamaian.”Luo Yang tersentuh. Baginya, jawaban yang dilontarkannya putranya itu adalah kata-kata yang penuh makna mendalam. Ia tak tahu harus berkata apa selain merespon dengan kata, “Kau benar-benar sudah berubah, Yi'er.”Luo Yi hanya tersenyum tipis sebagai respon. Setelah percakapan itu, ia dan ketiga anggota keluarganya kemudian kembali masuk ke dalam kediaman setelah menutup kembali pintu gerbang halaman.***Malam harinya, dirasa semua orang dalam kediaman telah tertidur lelap, di kamarnya Luo Yi mengeluarkan Pedang Qingling dari cincin penyimpanannya.Saat bertarung melawan Luo Mian di Gerbang Selatan, ia sempat menghisap energi Qi merah ketika Pedang Qingling-nya itu be

  • Jalan Sunyi sang Pendekar   Bab 35 - Pahlawan Gerbang Selatan

    Setelah hening beberapa saat, Luo Yin membuka suara. “Kenapa kau tidak ingin menemui Dewan Agung, Yi'er?” tanyanya, ada garis kerutan di dahinya. “Ibu yakin beliau pasti akan memberikan penghargaan yang sangat besar padamu. Bukankah dulu tujuanmu menjadi kuat karena menginginkan itu agar semua orang mengakuimu?”Luo Yi menatap ibunya yang tampak penasaran terhadap alasan di balik keputusannya. “Apakah Ibu lupa? Kemarin aku sudah mengatakan pada Ibu dan Bibi Qin di Danau Wuyao, bahwa tujuanku menjadi kuat adalah untuk mengubah dunia persilatan yang penuh dengan kegaduhan ini menjadi tenang dan damai,” katanya tenang. “Tujuanku sudah berubah sejak aku bertemu dengan guruku.”Setelahnya, Luo Yi bangkit dari duduknya, berniat untuk keluar dan menemui Yu Xuan. Namun, baru saja selangkah ia menapakkan kaki, ia mendengar ibunya kembali berkata, “Tapi kau berhak untuk bahagia, Yi'er. Kau berhak mendapatkan penghargaan, dan untuk mendapatkan itu, kau harus menjelaskannya pada Dewan Agung.”

  • Jalan Sunyi sang Pendekar   Bab 34 - Panggilan dari Dewan Agung

    Luo Mian menatap gerbang besar yang kini telah roboh sebelum menjawab, “Dia adalah pemuda yang sangat tenang, bahkan saat di bawah tekanan aura Ranah Ksatria sekali pun.”Mendengar ayahnya mengatakan 'sangat tenang', Luo Lian dapat menebak, “Apakah itu Luo Yi?” Luo Mian mengangguk. “Semua kerusakan di Gerbang Selatan ini adalah ulah ayah, tapi pemuda itu menghentikan ayah dengan ketenangannya. Ayah tak merasakan aura ranah kultivasi sedikit pun dalam dirinya. Tapi bagi ayah, dia seperti Kultivator Ranah Legenda.”Luo Lian menundukkan kepalanya dengan wajah murung. Ia sadar, bahwa Luo Yi yang dikiranya tak memiliki dantian, ternyata menyimpan kekuatan sebesar itu. “Aku kemarin juga bertarung dengannya, Ayah,” ucapnya lirih, tetapi masih dapat didengar oleh ayahnya.Luo Mian terkekeh sebelum berkata, “Ayah yakin kau pasti kalah.”Luo Lian mengerucutkan bibirnya sebelum berkata, “Awalnya aku merasa telah membunuhnya, tapi—”“Mungkin kau terkena ilusi,” potong Luo Mian. Luo Lian menger

  • Jalan Sunyi sang Pendekar   Bab 33 - Masa Lalu Luo Mian Part 9

    Dengan kedua pedangnya, Luo Lian langsung menahan tubuhnya yang nyaris jatuh. Pria berjubah hitam itu berhasil kabur, dan ayahnya tiba-tiba dihisap oleh portal merah. Kini ... rasa putus asa menguasai dirinya. Ia menjatuhkan kedua lututnya dengan pasrah. Pandangannya kosong. Beberapa saat setelahnya, air matanya menetes, berjatuhan membasahi tanah gosong. “Kenapa ... kenapa ini terjadi pada keluargaku?” Luo Lian menjerit, suaranya lantang. Ia menangis dengan histeris. Ia merasa dirinya telah hancur. Dari belakang, Luo Lin merangkulnya, mencoba menenangkan kakaknya. “Tenangkan dirimu, Kak. Kita tidak boleh rapuh. Kita harus jadi kuat agar bisa membalas dendam!” katanya seraya menyandarkan kepalanya pada bahu kakaknya. Luo Lian memejamkan matanya, berusaha menenangkan diri dari keterpurukan. Dalam pikirannya ia berusaha mencari cara untuk menjadi kuat. Setelah berpikir beberapa saat, ia pun teringat bahwasanya ibunya pernah bercerita padanya, kalau ibunya itu dulu pernah menj

  • Jalan Sunyi sang Pendekar   Bab 32 - Masa Lalu Luo Mian Part 8

    “Tapi ibu ....” Luo Lin tak sanggup melanjutkan ucapannya begitu melihat tubuh ibunya yang tergeletak mengenaskan dan tak bernyawa lagi.Sementara itu, Luo Lian langsung mengalihkan pandangannya ke arah di mana tadi ayahnya bertarung. Matanya menajam ketika melihat sosok pria berjubah hitam itu melayang turun untuk mengambil Tongkat Bambu Emas-nya yang menancap di tanah gosong.Naga es ayahnya kini telah kembali ke wujud tombak biru tanpa adanya cahaya energi Qi yang tadi menyelimutinya. Di saat ia melihat ayahnya yang kini sedang berjuang keras untuk kembali berdiri dengan kedua tangan bergetar memegang tombak, ia meletakkan tubuh adiknya di sisi ibunya.“Tunggulah di sini, Lin'er. Aku harus menolong Ayah,” ujarnya, lalu segera menoleh ke arah pria berjubah hitam yang kini telah kembali menggenggam Tongkat Bambu Emas-nya.Luo Lin langsung menggenggam tangan kakaknya itu dengan tangannya yang lemas. “Aku sudah kehilangan ibu ... aku tidak ingin kehilangan Kakak dan Ayah!” ucapnya li

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status