Home / Urban / Jalan Takdir Nadhira / BAB 5 LAHIRKAN ANAK ITU!

Share

BAB 5 LAHIRKAN ANAK ITU!

Author: Bu Dhe
last update Huling Na-update: 2022-06-30 21:17:37

“Oh iya, Arya. Mama minta tolong ambilkan obat dan vitamin di apotik yang ada di dalam yaa. ini resepnya.. Mama dan Nadhira akan tunggu di mobil,” Mama Nur menyerahkan resep dari dokter dan sejumlah uang. Lalu Mama Nur segera masuk ke dalam mobil.

“Baik ma,” jawab Arya.

Ia pergi setelah memastikan mamanya duduk dengan nyaman. Ia menyalakan mobil agar udara dalam mobil bisa lebih dingin dan segar.

Keheningan memenuhi udara di dalam mobil. Hanya suara kipas pendingin yang terdengar. Nadhira tidak berani mengatakan apa pun untuk memulai pembicaraan. Ia terlalu merasa bersalah pada kedua orang tuanya dan juga kakak laki-lakinya. Ia telah mengkhianati kepercayaan yang diberikan keluarga padanya.

Kini Nadhira tidak dapat mewujudkan impiannya menjadi seorang diplomat. Karena dia sendiri yang telah merusak jalan menuju impian besarnya itu. Nadhira memutuskan tidak akan lagi pergi ke sekolah. Dan seolah tahu apa yang dipikirkan oleh putrinya Mama Nur memulai pembicaraan.

“Lahirkan anak itu! Jangan sekali pun berpikir untuk menggugurkannya,” kata Mama Nur memecah keheningan.

“Iya Ma, Nadhira tidak akan melakukan kebodohan lagi,” jawab Nadhra pelan.

“Mama tahu kamu masih ingin melanjutkan sekolah. Papa mu sedang mengurus surat pindahmu. Meski tidak bisa melanjutkan sekolah tahun ini, kamu bisa sekolah lagi tahun depan. Tentunya tidak di sekolah yang sekarang. Papa akan mencari tahu sekolah mana yang bisa menerima kondisi kamu,” lanjut Mama Nur sembari melihat ke luar jendela.

“Jika memang tidak ada sekolah yang bisa menerima Nadhira, mungkin Nadhira bisa mengambil ujian kejar paket C nanti Ma,” Kata Nadhira penuh kepasrahan.

“Ya, itu bisa jadi salah satu solusi agar kamu bisa melanjutkan ke perguruan tinggi. Itu pun jika kamu bisa.”

Nadhira tahu mamanya tidak sedang berusaha untuk mengecilkan semangat belajarnya. Mamanya hanya memberi gambaran realistis tentang masa depannya.

“Iya ma, Nadhira ngerti,” ada rasa penuh penyesalan dalam Nada bicara Nadhira.

“Mungkin kita juga jadi harus pindah rumah agar tidak menjadi gunjingan orang,” suara Mama Nur tercekat saat mengatakan kalimat itu.

“Pindah ma? Kemana?” tanya Nadhira sedikit terkejut.

“Entahlah,” jawab Mama Nur penuh ketidakpastian.

Dari jauh terlihat Arya keluar dari lobi sambil membawa plastik putih berisi obat dan vitamin untuk Nadhira. Arya berjalan cepat menuju mobil, tidak ingin mamanya menunggu lama. Arya segera masuk mobil dan mengulurkan bungkusan itu ke arah Nadhira. Nadhira menerimanya dan melihat-lihat isinya. Ada multivitamin, obat penguat kandungan dan asam folat yang terbungkus masing-masing dalam plastik bening dengan ketentuan minumnya.

“Makasih, Kak,” ucap Nadhira pada kakaknya Arya.

“Hmm.. yang rajin minumnya biar sehat,” balas Arya datar sambil memasang sabuk pengaman.

“Kita langsung pulang kah ma?” tanya Arya pada mamanya.

“Iya. Tapi kamu belum makan ya, Ar, kita mampir rumah makan padang ajah dulu?” Mama Nur khawatir.

“OK. Mama kan juga belum makan,” jawab Arya sambil menginjak pedal gas dan mobil itu pun meluncur keluar halaman parkir rumah sakit ibu dan anak.

Di perjalanan tidak ada pembicaraan berarti. Arya masih belum memaafkan adiknya atas apa yang telah dia lakukan pada keluarganya.

Namun rasa penyesalanlah yang paling besar dia rasakan. Seharusnya ia mengikuti saran mamanya agar melanjutkan kuliah di kota ini sehingga ia bisa mengawasi Nadhira dengan lebih baik.***

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Jalan Takdir Nadhira   41 Konfrontasi

    Sorot mata yang penuh amarah Ana tujukan pada Nadhira."Ngapain kak Nad Nangis? Nyesel udah nikah sama ayahku dan tinggal di kampung seperti ini?" "Ana, kamu sudah pulang? Maaf aku nggak denger," ujar Nadhira sambil mengusap pipinya yang basah."Ngapain Kak Nad nangis?! Harusnya yang nangis itu aku sama Ani! Kak Nad sudah ngrebut ayah dan ibuk dari kami! Aku benci sama Kak Nad!" Teriak Ana."Maaf, Ana. Aku nggak bermaksud untuk merebut siapa pun dari kamu dan Ani. Ayah kamu cuman bantuin kak Nad," Nadhira mendekati Ana. Ana melangkah mundur menjaga jarak jari Nadhira. Matanya sudah merah menahan tangis dan amarah."Ini rumah Aku! Dan itu kamar Ibuk sama ayah!" Tunjuk Ana pada kamar yang tadi malam ditempati Nadhira."Iya, aku tahu. Maaf. Kalau kamu nggak suka kak Nad tidur di kamar itu, kak Nad akan tidur di ruangan lain," Nadhira menanggapi dengan tenang meski batinnya amat terluka."Kak Nad jahat, tahu nggak? Aku nggak suka ayah nikah lagi. Aku nggak mau ibu baru!" Mata Ana berkac

  • Jalan Takdir Nadhira   BAB 40 TENTANG ZAKI (3)

    "Ya..," jawab Nadhira pelan. Pandangan Nadhira seperti berkabut. Ia tidak bisa melepas pandangannya pada Zaki. Ia tidak ingin Zaki berhenti menyentuhnya. Tangannya membelai lembut pipi dan leher Zaki.Aroma keringat bercampur parfum yang dipakai Zaki membuat Nadhira memejamkan matanya. Wangi aroma lembut shampoo yang dipakai Nadhira menyelusup ke hidungnya dan mulai menggoda Zaki. Mata Nadhira terpejam. Zaki perlahan mengecup lembut bibir merah muda Nadhira.Mendapatkan lampu hijau dari Nadhira, Zaki perlahan memulai aksinya. Diberikannya kecupan-kecupan lembut di bibir, pipi dan kening Nadhira. Jemarinya lembut membelai anak-anak rambut Nadhira. Perlahan turun menyentuh telinga dan lehernya.Kecupan manis Zaki masih berlanjut. Keduanya saling berpagut lembut. Jemari Zaki terulur ke belakang kepala Nadhira. Usapan lembut jemarinya berpadu dengan hangatnya kecupannya membuat Nadhira tanpa sadar melenguh nikmat. Nadhira begitu menikmati sentuhan Zaki.Kini tak hanya bibir Nadhira yang d

  • Jalan Takdir Nadhira   BAB 39 TENTANG ZAKI (2)

    “Zaki, kamu merokok?” Nadhira menoleh ke arah Zaki dan menunjukkan sebungkus rokok yang hampir penuh.“Ah, kadang aja.. kalau lagi nulis lagu,” jawab Zaki sekenanya.“Sejak kapan?” tanya Nadhira masih sambil membolak balik rokok itu.“Hmm.. Sejak ngeband kayaknya,” tak acuh Zaki menjawab pertanyaan Nadhira.“Trus ini ?” desak Nadhira“itu bukan rokok aku. Punya anak-anak ketinggalan waktu main ke sini,” jawab Zaki sambil nyengir.“Aku nggak pernah tahu kamu suka ngerokok. Hmm.. baiknya sih dikurangin. Lebih baik lagi kalau berhenti. Kamu kan masih muda, masa depan masih panjang, jangan dirusak dengan barang kayak gini,” panjang lebar Nadhira mengomel“ahaha.. iya bu guru..” geli Zaki menimpali omelan Nadhira sambil tertawa.“Kamu ini kalau dibilangin yaa..” Nadhira berbalik kembali melihat-lihat koleksi yang ada di meja belajar Zaki.“Emang ngerokok enak?” penasaran Nadhira melemparkan pertanyaan itu. Ia tidak pernah tahu alasan kenapa orang suka banget ngerokok. Padahal Nadhira ngise

  • Jalan Takdir Nadhira   BAB 38 TENTANG ZAKI (1)

    Subuh itu, Nadhira menyadari bahwa keberadaan dirinya di rumah itu ditentang keras oleh Ana dan Ani. Sejak kemarin Hanif memang tidak menceritakan apa pun padanya. Termasuk fakta bahwa Ana dan Ani menolak pernikahan Hanif dan Nadhira.Hanif mendapati Nadhira duduk di tempat tidur masih dengan menggunakan mukena. Mushaf kecil tergeletak begitu saja di sampingnya. Wajah Nadhira kentara habis menangis.“Ada apa, Nad?” tanya Hanif hati-hati.“Lik, Nad harus kemana kalau di sini pun ditolak? Nad sekarang nggak punya apa-apa,” keluh Nadhira.“Kenapa kamu bilang begitu?” tanya Hanif sambil duduk di hadapan istrinya.“Aku kayak nggak punya siapa-siapa lagi, Lik. Lik tahu sendiri Mama dan Kak Arya sudah tidak mau berhubungan lagi denganku. Sedangkan di sini pun begitu. Lantas aku harus pergi kemana?”Hanif menghela napas berat. Dia baru sadar bahwa Nadhira telah mendengar pembicaraannya dengan Ana barusan.“Kan kemarin sudah kita bicarakan baik-baik. Kenapa sekarang jadi ngomongin ini lagi?”H

  • Jalan Takdir Nadhira   BAB 37 "KAMAR IBUK!"

    “Kalau kamu belum nyaman satu kamar dengan aku. Ngak apa-apa biar Mas tidur di kamar lain, atau di ruang tamu,” kata Hanif yang tiba-tiba saja sudah ada di belakang Nadhira, mengagetkannya.“Nggak, Mas. Kalau ada yang harus tidur di luar ya aku. Kan ini rumahnya Mas. Jadi nggak apa kalauaku tidur di ruang tamu atau depan tv,” tolak Nadhira.“Hmm. Sekarang ini kamu bukan orang lain lagi di sini Nad. Ini rumah kamu juga. Kan kamu istrinya mas. Jadi kamar ini juga jadi kamar kamu. Tapi ya kalau kamu nggak keberatan alangkah baiknya kalau kita tidur bersama.Nadhira menatap ngeri ke arah Hanif“Nggak. Bukan tidur bersama itu. Maksud aku tidur bersama di kamar ini. Tidur dalam artian yang sebenarnya. Mas janji nggak akan memaksa kamu untuk melayani Mas. Kamu tenang aja,” hanif jadi salah tingkah.“Maaf Lik. Aku rasa aku belum bisa melayani lik sebagaimana layaknya istri melayani suami. Aku harap lik bersabar tentang itu.“Iya, insyaallah sabar. Tapi jangan panggil Lik lagi dong. Kan tadi u

  • Jalan Takdir Nadhira   BAB 36 MALAM PERTAMA DI RUMAH HANIF

    “Iya, anak kita. Janin dalam kandunganmu itu anak kita. Kan kita sudah menikah. Meski kita belum punya buku nikah. Nanti secepatnya aku urus. Mas ingin kamu tenang, karena kita nikah sah secara agama dan negara,” kata Hanif dengan tersenyum.“Lik, apa Lik sudah yakin mau terima anak ini?” ragu Nadhira.“Kok masih ‘Lik’ manggilnya. Waktu itu kan sudah sepakat mau manggil ‘Mas’,” Hanif mengalihkan pembicaraan.“Eh, iya Lik, eh, Mas.” Nadhira tersenyum.“Nah gitu dong, kan jadi cantik istrinya Mas. Mau makan dulu sebelum pulang?” tanya Hanif sambi tersenyum.“Mas, jawab dulu pertanyaanku tadi,” cegah Nadhir saat Hanif akan beranjak dari duduknya.“Nad, Mas sudah janji sama papa kamu bahwa Mas akan jaga kamu dan anak dalam kandungan kamu. Kamu sudah Mas nikahi di depan papa, Mama dan keluarga besar kita. Jadi tentu saja, anak itu akan jadi anak kita. Yuk sekarang kita makan dulu,”Ada perasaan lega bercampur gelisah di dalam hati Nadhira. Namun untuk saat ini ia memilih untuk percaya dan

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status