Share

BAB 4 ABORSI?

“Bagaimana kondisi anak saya dok?” tanya Mama Nur pada wanita cantik berjilbab di hadapannya yang sedang mengetik di depan komputer. Wanita itu tersenyum penuh pengertian dan menatap Mama Nur dengan lembut.

“Alhamdulillah, janinnya berkembang di dalam rahim. pertumbuhannya bagus,” jelas dokter Kartika dengan lembut.

“Untuk Dek Nadhira, pastikan makan tepat waktu yaa dan gizinya juga dijaga. Mungkin trimester pertama memang tidak nyaman saat makan karena ada rasa mual dan muntah, tapi usahakan tetap mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang yaa. Nanti saya resepkan vitamin tambahan juga,” tamabh dokter Kartika pada Nadhira.

“Iya Dok,” jawab Nadhira singkat. Mama Nur hanya diam mendengarkan.

“Boleh Saya bicara sebentar dengan Ibu, berdua saja?” tanya Dokter cantik itu pada Mama Nur.

“Iya dok,” jawab Mama Nur.

Nadhira paham dan pamit menunggu di luar. Di ruang tunggu Arya sedang duduk dengan gelisah. Ia berdiri saat melihat Nadhira keluar dari ruang periksa dokter.

“Mama?” tanya Arya singkat.

“Dokter mau bicara sebentar sama mama,” jawab Nadhira.

Keduanya lantas duduk menunggu di ruang tunggu yang tidak begitu ramai.

Sementara itu di dalam ruangan. Dokter kartika berbicara berdua saja dengan Mama Nur.

“Maaf Ibu, saya lihat putri ibu hamil di usia yang sangat muda..” kata dokter kartika mengawali.

“Iya Dok,” Mama Nur tercekat saat menjawab.

Dokter Kartika memberikan tatapan penuh pengertian. Memang ada beberapa kali ia mendapat pasien seperti Nadhira.

“Maaf Dokter, apa mungkin jika janin itu di... ,” Mama Nur tak mampu menyelesaikan kalimatnya, dan tertunduk malu. Tangisnya mulai pecah membayangkan betapa nama baik dan kehormatan keluarganya telah dicoreng oleh Nadhira.

“Ibu.. Saya paham apa yang sedang Ibu dan keluarga rasakan. Tidak sedikit pasien yang datang kepada saya dengan kondisi yang serupa dengan Nadhira. Usia kandungan Nadhira memang masih muda, baru dua belas minggu.

"Namun bukan berarti dibolehkan untuk aborsi. Saya seorang muslim Bu, jadi saya merasa punya kewajiban untuk mengingatkan bahwa tindakan aborsi adalah haram, dan dosa besar.”

Dokter Kartika mencoba menenangkan Mama Nur dengan sangat lembut. Mama Nur semakin tergugu, dia malu karena memiliki pemikiran buruk akan menggugurkan anak yang tidak berdosa itu.

“Bagaimana pun keadaan putri ibu, janganlah mengambil jalan pintas yang akan semakin kita sesali nantinya Bu. Anak itu amanah, rezeki yang Allah titipkan pada keluarga Ibu. Apa yang terjadi pada Nadhira adalah atas ijin Allah, sekalipun itu sangat tidak nyaman untuk semua anggota keluarga.

"Yang bisa saya sampaikan sebagai sesama saudara seiman, baiknya kita, orang tuanya lebih mendekat lagi pada Allah. Mungkin ini adalah pesan cinta yang ingin Allah sampaikan pada keluarga ibu, agar semakin dekat padaNya,”

“Iya, Dok. Maafkan saya karena sudah menanyakan hal itu,” Mama Nur mengusap air mata dengan sapu tangan yang dipegangnya sedari tadi. Dokter kartika tersenyum paham. Ditepuk-tepuknya lembut tangan Mama Nur.

“Tidak apa-apa ibu, insyaallaah selalu ada hikmah baik di setiap peristiwa yang terjadi pada kita. Sekarang saya lanjutkan penjelasan tentang kondisi Nadhira yaa bu,” begitu menenangkan Dokter cantik itu mencoba membesarkan hati Mama Nur.

“Iya, Dok,” jawab mama Nur. Raut wajahnya sudah terlihat jauh lebih tenang.

“Usianya saat ini masih terlalu muda dan rentan ya bu. Kehamilan di usia Nadhra ini beresiko tinggi terlebih jika kondisi mentalnya tidak terjaga dengan baik. Jika dia merasa stress dan tertekan hal itu akan sangat berpengaruh pada janinnya,” dokter Kartika menjelaskan.

“Iya Dok, jadi apa yang harus kami lakukan dok?” tanya Mama Nur.

“Pastikan anak ibu makan dengan baik. Jika perlu bisa ditambah juga dengan susu khusus untuk ibu hamil. Pastikan juga istirahat dengan baik dan tidak melakukan pekerjaan berat.

"Jaga suasana hati dan pikiran sang ibu agar tetap positif yaa bu. Memang tidak mudah. Tapi di saat saat seperti ini semua anggota keluarga harus saling menguatkan dan saling mendukung yaa bu,” dokter Kartika menambahkan penjelasan sambil memegang tangan Mama Nur mencoba berbagi dukungan.

“Baik dok,” jawab Mama Nur.

“Ada yang mau ibu tanyakan mungkin?” tanya dokter Kartika sambil tersenyum.

“Untuk saat ini cukup Dokter,” jawab Mama Nur.

“Baik. Kalau begitu kita jadwalkan pertemuan berikutnya bulan depan yaa bu. Untuk konfirmsi jadwal nanti staf di depan akan menghubungi Ibu. Jika ada keluhan selama kehamilan bisa dicatat dan bisa ditanyakan pada jadwal kontrol berikutnya. Jika mendesak dan darurat, bisa langsung datang ke sini, nanti ada tim kami yang akan membantu.” Dokter Kartika mengakhiri penjelasannya sambil tersenyum penuh empati kepada Mama Nur.

“Terima kasih banyak dokter. Saya permisi dulu,” Mama Nur pamit dan segera keluar dari ruangan tersebut.

“Gimana ma? Apa kata dokter?” Arya menyambut mamanya dan menggandengnya keluar dari ruang tunggu menuju lobi.

“Semua baik.” Mama Nur meuju administrasi dan menyelesaikan pembayaran.

“Kita pulang sekarang,” kata Mama Nur sambil bergegas berjalan menuju parkiran.

Nadhira mengikuti dari belakang.***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status