/ Urban / Jalan Takdir Nadhira / BAB 4 ABORSI?

공유

BAB 4 ABORSI?

작가: Bu Dhe
last update 최신 업데이트: 2022-06-30 21:05:44

“Bagaimana kondisi anak saya dok?” tanya Mama Nur pada wanita cantik berjilbab di hadapannya yang sedang mengetik di depan komputer. Wanita itu tersenyum penuh pengertian dan menatap Mama Nur dengan lembut.

“Alhamdulillah, janinnya berkembang di dalam rahim. pertumbuhannya bagus,” jelas dokter Kartika dengan lembut.

“Untuk Dek Nadhira, pastikan makan tepat waktu yaa dan gizinya juga dijaga. Mungkin trimester pertama memang tidak nyaman saat makan karena ada rasa mual dan muntah, tapi usahakan tetap mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang yaa. Nanti saya resepkan vitamin tambahan juga,” tamabh dokter Kartika pada Nadhira.

“Iya Dok,” jawab Nadhira singkat. Mama Nur hanya diam mendengarkan.

“Boleh Saya bicara sebentar dengan Ibu, berdua saja?” tanya Dokter cantik itu pada Mama Nur.

“Iya dok,” jawab Mama Nur.

Nadhira paham dan pamit menunggu di luar. Di ruang tunggu Arya sedang duduk dengan gelisah. Ia berdiri saat melihat Nadhira keluar dari ruang periksa dokter.

“Mama?” tanya Arya singkat.

“Dokter mau bicara sebentar sama mama,” jawab Nadhira.

Keduanya lantas duduk menunggu di ruang tunggu yang tidak begitu ramai.

Sementara itu di dalam ruangan. Dokter kartika berbicara berdua saja dengan Mama Nur.

“Maaf Ibu, saya lihat putri ibu hamil di usia yang sangat muda..” kata dokter kartika mengawali.

“Iya Dok,” Mama Nur tercekat saat menjawab.

Dokter Kartika memberikan tatapan penuh pengertian. Memang ada beberapa kali ia mendapat pasien seperti Nadhira.

“Maaf Dokter, apa mungkin jika janin itu di... ,” Mama Nur tak mampu menyelesaikan kalimatnya, dan tertunduk malu. Tangisnya mulai pecah membayangkan betapa nama baik dan kehormatan keluarganya telah dicoreng oleh Nadhira.

“Ibu.. Saya paham apa yang sedang Ibu dan keluarga rasakan. Tidak sedikit pasien yang datang kepada saya dengan kondisi yang serupa dengan Nadhira. Usia kandungan Nadhira memang masih muda, baru dua belas minggu.

"Namun bukan berarti dibolehkan untuk aborsi. Saya seorang muslim Bu, jadi saya merasa punya kewajiban untuk mengingatkan bahwa tindakan aborsi adalah haram, dan dosa besar.”

Dokter Kartika mencoba menenangkan Mama Nur dengan sangat lembut. Mama Nur semakin tergugu, dia malu karena memiliki pemikiran buruk akan menggugurkan anak yang tidak berdosa itu.

“Bagaimana pun keadaan putri ibu, janganlah mengambil jalan pintas yang akan semakin kita sesali nantinya Bu. Anak itu amanah, rezeki yang Allah titipkan pada keluarga Ibu. Apa yang terjadi pada Nadhira adalah atas ijin Allah, sekalipun itu sangat tidak nyaman untuk semua anggota keluarga.

"Yang bisa saya sampaikan sebagai sesama saudara seiman, baiknya kita, orang tuanya lebih mendekat lagi pada Allah. Mungkin ini adalah pesan cinta yang ingin Allah sampaikan pada keluarga ibu, agar semakin dekat padaNya,”

“Iya, Dok. Maafkan saya karena sudah menanyakan hal itu,” Mama Nur mengusap air mata dengan sapu tangan yang dipegangnya sedari tadi. Dokter kartika tersenyum paham. Ditepuk-tepuknya lembut tangan Mama Nur.

“Tidak apa-apa ibu, insyaallaah selalu ada hikmah baik di setiap peristiwa yang terjadi pada kita. Sekarang saya lanjutkan penjelasan tentang kondisi Nadhira yaa bu,” begitu menenangkan Dokter cantik itu mencoba membesarkan hati Mama Nur.

“Iya, Dok,” jawab mama Nur. Raut wajahnya sudah terlihat jauh lebih tenang.

“Usianya saat ini masih terlalu muda dan rentan ya bu. Kehamilan di usia Nadhra ini beresiko tinggi terlebih jika kondisi mentalnya tidak terjaga dengan baik. Jika dia merasa stress dan tertekan hal itu akan sangat berpengaruh pada janinnya,” dokter Kartika menjelaskan.

“Iya Dok, jadi apa yang harus kami lakukan dok?” tanya Mama Nur.

“Pastikan anak ibu makan dengan baik. Jika perlu bisa ditambah juga dengan susu khusus untuk ibu hamil. Pastikan juga istirahat dengan baik dan tidak melakukan pekerjaan berat.

"Jaga suasana hati dan pikiran sang ibu agar tetap positif yaa bu. Memang tidak mudah. Tapi di saat saat seperti ini semua anggota keluarga harus saling menguatkan dan saling mendukung yaa bu,” dokter Kartika menambahkan penjelasan sambil memegang tangan Mama Nur mencoba berbagi dukungan.

“Baik dok,” jawab Mama Nur.

“Ada yang mau ibu tanyakan mungkin?” tanya dokter Kartika sambil tersenyum.

“Untuk saat ini cukup Dokter,” jawab Mama Nur.

“Baik. Kalau begitu kita jadwalkan pertemuan berikutnya bulan depan yaa bu. Untuk konfirmsi jadwal nanti staf di depan akan menghubungi Ibu. Jika ada keluhan selama kehamilan bisa dicatat dan bisa ditanyakan pada jadwal kontrol berikutnya. Jika mendesak dan darurat, bisa langsung datang ke sini, nanti ada tim kami yang akan membantu.” Dokter Kartika mengakhiri penjelasannya sambil tersenyum penuh empati kepada Mama Nur.

“Terima kasih banyak dokter. Saya permisi dulu,” Mama Nur pamit dan segera keluar dari ruangan tersebut.

“Gimana ma? Apa kata dokter?” Arya menyambut mamanya dan menggandengnya keluar dari ruang tunggu menuju lobi.

“Semua baik.” Mama Nur meuju administrasi dan menyelesaikan pembayaran.

“Kita pulang sekarang,” kata Mama Nur sambil bergegas berjalan menuju parkiran.

Nadhira mengikuti dari belakang.***

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Jalan Takdir Nadhira   41 Konfrontasi

    Sorot mata yang penuh amarah Ana tujukan pada Nadhira."Ngapain kak Nad Nangis? Nyesel udah nikah sama ayahku dan tinggal di kampung seperti ini?" "Ana, kamu sudah pulang? Maaf aku nggak denger," ujar Nadhira sambil mengusap pipinya yang basah."Ngapain Kak Nad nangis?! Harusnya yang nangis itu aku sama Ani! Kak Nad sudah ngrebut ayah dan ibuk dari kami! Aku benci sama Kak Nad!" Teriak Ana."Maaf, Ana. Aku nggak bermaksud untuk merebut siapa pun dari kamu dan Ani. Ayah kamu cuman bantuin kak Nad," Nadhira mendekati Ana. Ana melangkah mundur menjaga jarak jari Nadhira. Matanya sudah merah menahan tangis dan amarah."Ini rumah Aku! Dan itu kamar Ibuk sama ayah!" Tunjuk Ana pada kamar yang tadi malam ditempati Nadhira."Iya, aku tahu. Maaf. Kalau kamu nggak suka kak Nad tidur di kamar itu, kak Nad akan tidur di ruangan lain," Nadhira menanggapi dengan tenang meski batinnya amat terluka."Kak Nad jahat, tahu nggak? Aku nggak suka ayah nikah lagi. Aku nggak mau ibu baru!" Mata Ana berkac

  • Jalan Takdir Nadhira   BAB 40 TENTANG ZAKI (3)

    "Ya..," jawab Nadhira pelan. Pandangan Nadhira seperti berkabut. Ia tidak bisa melepas pandangannya pada Zaki. Ia tidak ingin Zaki berhenti menyentuhnya. Tangannya membelai lembut pipi dan leher Zaki.Aroma keringat bercampur parfum yang dipakai Zaki membuat Nadhira memejamkan matanya. Wangi aroma lembut shampoo yang dipakai Nadhira menyelusup ke hidungnya dan mulai menggoda Zaki. Mata Nadhira terpejam. Zaki perlahan mengecup lembut bibir merah muda Nadhira.Mendapatkan lampu hijau dari Nadhira, Zaki perlahan memulai aksinya. Diberikannya kecupan-kecupan lembut di bibir, pipi dan kening Nadhira. Jemarinya lembut membelai anak-anak rambut Nadhira. Perlahan turun menyentuh telinga dan lehernya.Kecupan manis Zaki masih berlanjut. Keduanya saling berpagut lembut. Jemari Zaki terulur ke belakang kepala Nadhira. Usapan lembut jemarinya berpadu dengan hangatnya kecupannya membuat Nadhira tanpa sadar melenguh nikmat. Nadhira begitu menikmati sentuhan Zaki.Kini tak hanya bibir Nadhira yang d

  • Jalan Takdir Nadhira   BAB 39 TENTANG ZAKI (2)

    “Zaki, kamu merokok?” Nadhira menoleh ke arah Zaki dan menunjukkan sebungkus rokok yang hampir penuh.“Ah, kadang aja.. kalau lagi nulis lagu,” jawab Zaki sekenanya.“Sejak kapan?” tanya Nadhira masih sambil membolak balik rokok itu.“Hmm.. Sejak ngeband kayaknya,” tak acuh Zaki menjawab pertanyaan Nadhira.“Trus ini ?” desak Nadhira“itu bukan rokok aku. Punya anak-anak ketinggalan waktu main ke sini,” jawab Zaki sambil nyengir.“Aku nggak pernah tahu kamu suka ngerokok. Hmm.. baiknya sih dikurangin. Lebih baik lagi kalau berhenti. Kamu kan masih muda, masa depan masih panjang, jangan dirusak dengan barang kayak gini,” panjang lebar Nadhira mengomel“ahaha.. iya bu guru..” geli Zaki menimpali omelan Nadhira sambil tertawa.“Kamu ini kalau dibilangin yaa..” Nadhira berbalik kembali melihat-lihat koleksi yang ada di meja belajar Zaki.“Emang ngerokok enak?” penasaran Nadhira melemparkan pertanyaan itu. Ia tidak pernah tahu alasan kenapa orang suka banget ngerokok. Padahal Nadhira ngise

  • Jalan Takdir Nadhira   BAB 38 TENTANG ZAKI (1)

    Subuh itu, Nadhira menyadari bahwa keberadaan dirinya di rumah itu ditentang keras oleh Ana dan Ani. Sejak kemarin Hanif memang tidak menceritakan apa pun padanya. Termasuk fakta bahwa Ana dan Ani menolak pernikahan Hanif dan Nadhira.Hanif mendapati Nadhira duduk di tempat tidur masih dengan menggunakan mukena. Mushaf kecil tergeletak begitu saja di sampingnya. Wajah Nadhira kentara habis menangis.“Ada apa, Nad?” tanya Hanif hati-hati.“Lik, Nad harus kemana kalau di sini pun ditolak? Nad sekarang nggak punya apa-apa,” keluh Nadhira.“Kenapa kamu bilang begitu?” tanya Hanif sambil duduk di hadapan istrinya.“Aku kayak nggak punya siapa-siapa lagi, Lik. Lik tahu sendiri Mama dan Kak Arya sudah tidak mau berhubungan lagi denganku. Sedangkan di sini pun begitu. Lantas aku harus pergi kemana?”Hanif menghela napas berat. Dia baru sadar bahwa Nadhira telah mendengar pembicaraannya dengan Ana barusan.“Kan kemarin sudah kita bicarakan baik-baik. Kenapa sekarang jadi ngomongin ini lagi?”H

  • Jalan Takdir Nadhira   BAB 37 "KAMAR IBUK!"

    “Kalau kamu belum nyaman satu kamar dengan aku. Ngak apa-apa biar Mas tidur di kamar lain, atau di ruang tamu,” kata Hanif yang tiba-tiba saja sudah ada di belakang Nadhira, mengagetkannya.“Nggak, Mas. Kalau ada yang harus tidur di luar ya aku. Kan ini rumahnya Mas. Jadi nggak apa kalauaku tidur di ruang tamu atau depan tv,” tolak Nadhira.“Hmm. Sekarang ini kamu bukan orang lain lagi di sini Nad. Ini rumah kamu juga. Kan kamu istrinya mas. Jadi kamar ini juga jadi kamar kamu. Tapi ya kalau kamu nggak keberatan alangkah baiknya kalau kita tidur bersama.Nadhira menatap ngeri ke arah Hanif“Nggak. Bukan tidur bersama itu. Maksud aku tidur bersama di kamar ini. Tidur dalam artian yang sebenarnya. Mas janji nggak akan memaksa kamu untuk melayani Mas. Kamu tenang aja,” hanif jadi salah tingkah.“Maaf Lik. Aku rasa aku belum bisa melayani lik sebagaimana layaknya istri melayani suami. Aku harap lik bersabar tentang itu.“Iya, insyaallah sabar. Tapi jangan panggil Lik lagi dong. Kan tadi u

  • Jalan Takdir Nadhira   BAB 36 MALAM PERTAMA DI RUMAH HANIF

    “Iya, anak kita. Janin dalam kandunganmu itu anak kita. Kan kita sudah menikah. Meski kita belum punya buku nikah. Nanti secepatnya aku urus. Mas ingin kamu tenang, karena kita nikah sah secara agama dan negara,” kata Hanif dengan tersenyum.“Lik, apa Lik sudah yakin mau terima anak ini?” ragu Nadhira.“Kok masih ‘Lik’ manggilnya. Waktu itu kan sudah sepakat mau manggil ‘Mas’,” Hanif mengalihkan pembicaraan.“Eh, iya Lik, eh, Mas.” Nadhira tersenyum.“Nah gitu dong, kan jadi cantik istrinya Mas. Mau makan dulu sebelum pulang?” tanya Hanif sambi tersenyum.“Mas, jawab dulu pertanyaanku tadi,” cegah Nadhir saat Hanif akan beranjak dari duduknya.“Nad, Mas sudah janji sama papa kamu bahwa Mas akan jaga kamu dan anak dalam kandungan kamu. Kamu sudah Mas nikahi di depan papa, Mama dan keluarga besar kita. Jadi tentu saja, anak itu akan jadi anak kita. Yuk sekarang kita makan dulu,”Ada perasaan lega bercampur gelisah di dalam hati Nadhira. Namun untuk saat ini ia memilih untuk percaya dan

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status