Share

24

Penulis: Ipak Munthe
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-02 09:50:55

Setelah mengenakan piyama, Sofia tampak jauh lebih santai. Wajahnya terlihat segar, dan suasana hatinya pun perlahan membaik.

Sesuai janjinya tadi, malam ini ia akan memasak untuk Bima, sebagai ucapan terima kasih atas bantuan dan kejutan yang tak terduga hari ini.

Namun, baru saja ia membuka pintu kamar, langkahnya langsung terhenti.

Seseorang sudah berdiri di hadapannya.

Erin.

Wanita paruh baya itu menatap Sofia dari ujung kepala hingga kaki dengan pandangan sinis penuh penilaian.

"Hebat sekali, ya? Baru jadi istri Bima tapi sudah lihai belanja online, sebentar lagi kamu akan belanja apa dari uang Bima? " ucap Erin, senyum menyungging dengan nada mengejek.

Sofia langsung bisa menebak: Erin tahu soal belanja online yang ia lakukan. Tapi... masalahnya di mana?

Uang itu pemberian Bima. Bukan mencuri. Bukan memaksa.

Dan lagi, Sofia bahkan tidak membeli apa pun yang berlebihan. Tapi ia tahu, logika takkan pernah menang melawan hati yang sudah penuh prasangka.

Sofia m
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Ipak Munthe
masih Kak, udah kasih semangat, love kakak.. mm
goodnovel comment avatar
Gwen Putri
lnjt Kaka thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Janda Ceroboh dan Pengacara Dingin   51

    Dari kejauhan, Sofia melihat Erin dan Lusi berada di dapur. Kali ini ia tidak menghindar—justru bagus, karena ini kesempatan untuk menjalankan misinya: membuat mereka berhenti berpikir bahwa pernikahannya hanya pura-pura. Sofia melangkah mantap hingga akhirnya berhadapan langsung dengan keduanya. "Hay, Ma," sapa Sofia, lalu beralih menatap Lusi. "Hay, Lusi… kok kamu di sini? Bukannya udah diusir sama Oma?" tanyanya sambil cengengesan, seolah ucapannya bukan masalah besar. Lusi tak kuasa menahan kesal. "Tante…" rengeknya. "Heh! Kamu kalau ngomong jangan kurang ajar!" tegur Erin ketus. "Enggak dong, Ma. Aku cuma ngomong apa yang dibilang Oma. Oma bilang—" "Diam!" potong Erin cepat. Sofia memasang wajah takut, padahal dalam hati ia ingin sekali membenturkan kepala dua orang di hadapannya itu. "Jangan coba-coba menghasut Oma. Kami juga tahu kalau pernikahan kamu dan Bima cuma pura-pura. Kami hanya butuh bukti!" cecar Erin. "Enggak kok, Ma. Sofia sama Mas Bima beneran n

  • Janda Ceroboh dan Pengacara Dingin   50

    Hati Sofia terus berbahagia setelah pulang menjenguk sang ibu, sungguh masih belum menyangka masih bisa melihat ibunya dan seperti ini, meskipun belum bisa berbicara padanya tapi paling tidak Sofia masih bisa memeluknya. "Mas, makasih ya," ucap Sofia tidak ada hentinya. "Iya, dan kita sudah sampai di rumah. Jangan bahas ini lagi," kata Bima mengingatkan. Sofia pun mengangguk mengerti. Keduanya turun dari mobil dan Oma sedang duduk di teras. "Kalian sudah pulang? Kenapa cepat sekali, belum juga satu minggu," kata Oma yang kini berdiri di hadapan Sofia. "Aku ada pekerjaan, Oma," sela Bima. "Pekerjaan terus yang kamu pikirkan, padahal ada Aran yang bisa menghendel semuanya selama kamu pergi," protes Oma. Tapi Bima memilih untuk melangkah masuk. "Ya ssuda... tidak masalah, lain kali bisa pergi lebih lama," kata Oma sambil menangkup wajah Sofia. "Iya, Oma. Sofia ke kamar dulu ya," kata Sofia dengan senyuman penuh kebahagiaan. "Iya, sayang." Sofia melangkah masuk men

  • Janda Ceroboh dan Pengacara Dingin   49

    Semetara itu Sofia begitu bersemangat untuk segera berangkat ke Singapura untuk melihat keadaan ibunya. Bima benar-benar menepati janjinya untuk mengantarkan Sofia bertemu dengan ibunya. Mereka pulang ke rumah hanya untuk berpamitan pada Oma. "Oma, kami malam ini tidak pulang karena sore ini kami akan berangkat ke bali," kata Bima. Sofia terkejut mendengarnya, tapi sesaat kemudian Bima menatapnya sambil mengedipkan sebrlah matanya. Kemudian dia pun kembali menetralkan dirinya. "Ke Bali?" tanya Oma. "Iya, Oma. Sejak menikah kami belum pergi kemanapun... honeymoon, iya..." ucap Bima dengan susah payah. Tapi, ucapan Bima membuat Oma kegirangan, tentunya Oma tidak akan menghalanginya. "Iya, Oma setuju. Siapa tahu pulang-pulang Sofia sudah hamil," kata Oma sambil bersorak gembira dalam hatinya. Sofia tersenyum kecut mendengar ucapan Oma yang penuh harap. Dalam hatinya terus memohon maaf karena sudah memberikan harapan palsu. "Iya, Oma. Kalau begitu kami berangkat ya

  • Janda Ceroboh dan Pengacara Dingin   48

    Setelah Sofia pergi Aldi juga pergi, dia mengemudikan mobil dengan pikiran yang penuh dengan kekacauan. Ada rasa takut jika dia kalah dipersidangan dan semuanya harus kembali pada Sofia. Bukan hanya kelasnya yang turun, tapi harga dirinya juga hilang, ditambah lagi sangsi sosial yang akan diterima. Apa lagi ada wartawan yang pastinya berita ini akan tersebar luas dengan cepat. "Sial!" umpatnya. Tapi saat itu matanya melihat seseorang yang turun dari mobil kemudian bergandengan tangan dengan seseorang. "Diana?" katanya sambil menginjak pedal rem. Dengan penuh amarah Aldi pun turun dari mobil dan menghampirinya. Tapi Aldi melihat Diana masuk ke sebuah hotel bersama dengan seorang pria. "Apa yang dia lakukan di sini?" gumamnya semakin merasa terhina. Saat Diana masih berada di lobi Aldi langsung memanggilnya. "Diana!" Diana pun menoleh dan melihat wajah siapa yang memanggilnya. "Aldi..." katanya seakan tidak percaya. Diana menyimpan rasa paniknya, dia tak mau d

  • Janda Ceroboh dan Pengacara Dingin   47

    Keluar dari ruang sidang, langkah Sofia terasa lebih ringan dibanding saat ia masuk tadi. Meski begitu, jantungnya masih berdebar cepat. Ada rasa lega yang menenangkan, tetapi di sudut hatinya, bayangan Aldi yang penuh tipu muslihat masih membayang. Meskipun demikian itu bukan menjadi masalah yang besar untuknya. Apa lagi udara panas siang itu menyambutnya, membuatnya sedikit menyipitkan mata. Bima berjalan di sisinya, membawa map berisi salinan putusan sidang sementara. "Ini baru awal," ujar Bima, suaranya datar namun menenangkan. "Kita sudah punya pegangan kuat, tapi proses eksekusi harta itu butuh waktu. Aldi pasti akan mencari celah untuk menghalangi." Sofia mengangguk pelan. Ia tahu benar, Aldi bukan tipe orang yang menerima kekalahan begitu saja. Namun, hari ini, setidaknya ada secercah cahaya yang menembus gelapnya perjuangan panjangnya. Langkahnya sempat terhenti sejenak. Ia menatap ke langit biru yang terpotong oleh atap gedung pengadilan, membiarkan sinar matahar

  • Janda Ceroboh dan Pengacara Dingin   46

    Ruang sidang modern, penuh awak media. Di kiri ruang, Aldi duduk dengan jas mahal dan senyum mengejek. Di kanan, Sofia duduk tenang, mengenakan setelan rapi, di sampingnya Bima. Tenang, tajam, dan siap bertarung. Terdengar suara Hakim "Kita buka sidang gugatan perdata antara pihak penggugat, Ny. Sofia Indah Lestari dan pihak tergugat, Tn. Aldi Prayoga…" Aldi berbisik pada pengacaranya sambil tersenyum. "Tenang saja. Dia nggak punya apa-apa. Dan aku nggak mau dipermalukan lagi oleh dia." Sementara itu, Bima membuka map berisi dokumen. Sofia menatap lurus ke depan. Tidak lagi takut, tidak lagi ragu. "Klien kami menerima seluruh aset atas dasar kepercayaan dan cinta. Tidak ada paksaan, tidak ada tipu muslihat. Semua dokumen sah secara hukum." Pengacara Aldi yang berbicara kali ini. Aldi tersenyum ke arah Sofia. "Kita dulu saling mencintai, bukan begitu, Sofia?" Sofia menatapnya tenang, lalu beralih pada hakim. Jika bukan karena hal penting dia tak akan mau bertem

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status