Share

2. Langganan

Author: Lidia Rahmat
last update Huling Na-update: 2023-11-02 12:48:00

Sepintas Tria bahkan bisa menyimpulkan bahwa nada suara Senja terkesan sedikit kesal atas laporan para tetangga.

Padahal dengan begitu banyak bagian wajahnya yang membiru itulah yang pastinya telah menguatkan tekad para tetangga untuk berinisiatif melaporkan kejadian penganiayaan suaminya kepada pihak yang berwajib.

Tria menatap Senja dalam-dalam, sungguh tak habis pikir dengan jalan pikiran wanita dihadapannya.

Sudah jelas-jelas semua yang dilakukan para tetangga merupakan bentuk kepedulian mereka. Sayangnya, orang yang dikhawatirkan justru tidak bisa melihat niat baik orang lain terhadap dirinya, bahkan terkesan tidak tau cara menghargai dirinya sendiri.

"Laporan atas suami saya juga sudah dicabut, Pak Komandan ..."

Tria membuang napasnya yang terdengar berat.

"Sejujurnya saya sangat berharap, bahwa ibu mau memberikan sedikit efek jera agar kedepannya suami ibu tidak lagi melakukan kekerasan fisik dalam rumah tangga. Tapi apa boleh buat jika ibu justru tidak sepemikiran ..." ungkap Tria mengandung kekecewaan.

"Maafkan saya, Pak Komandan, saya benar-benar tidak ingin mengumbar aib rumah tangga. Jauh didalam lubuk hati, saya juga berharap suami saya mau berubah menjadi lebih baik, tapi biarlah semua keinginan saya itu akan saya perjuangkan lewat jalur langit ..."

Sejenak Tria tercenung mendengar lirih kalimat Senja, Beno pun demikian.

"Yah ... Baiklah kalau memang itu keputusan ibu, kami menghargainya ...".

Kemudian Tria pun memalingkan tatapan mata elangnya yang sejak tadi seolah terus terpatri pada seraut wajah mungil yang terbingkai hijab dengan begitu apik itu, balik menatap penuh kearah Beno yang masih setia berdiri disampingnya.

"Ben,"

"Siap, Ndan!"

"Apa benar laporannya sudah dicabut?" tanya Tria seolah ingin memastikan lagi informasi yang sesaat lalu dia terima dari Senja.

"Siap, sudah Ndan."

Helaan napas kekecewaan Tria lagi-lagi terdengar jelas begitu mendengar jawaban Beno, namun toh dia sendiri tidak bisa berbuat apa-apa.

"Kalo begitu diproses saja pembebasan pelaku."

"Siap, Ndan." Beno menjawab dengan patuh.

Tatapan Tria kembali beralih kewajah Senja yang kini dipenuhi kelegaan.

"Terima kasih atas pengertiannya, Pak Komandan."

Tria mengangguk.

"Ibu mau menunggu prosesnya?" tanya Tria lagi.

Hening sejenak, sebelum akhirnya lirih suara merdu itu terdengar bertanya ragu-ragu.

"Apakah ... Apakah boleh ... Saya pulang duluan ...?"

Tria menatap lurus kearah Senja, sehingga tatapan mereka bertemu.

"Maksud saya, karena saya merasa kurang enak badan ..."

"Tentu saja boleh. Kalau tidak keberatan Beno juga bisa mengantarkan Ibu pulang lebih dulu ..."

"Ah, tidak ....Tidak apa-apa. Terima kasih Pak Komandan, tapi saya bisa pulang sendiri ..."

"Ibu yakin?" tanya Tria serius, begitu sadar bahwa wajah anggun milik Senja ternyata memang terlihat sedikit pucat.

"Iya, tentu saja."

Hening lagi, tapi untungnya lagi-lagi Tria bisa cepat tersadar sehingga kembali memalingkan tatapannya dari sepasang bola mata indah bak mengandung magnet aneh, yang kerap membuat Tria terhanyut dan tidak ingin cepat berpaling.

Senja terlihat meraih tas kecil miliknya yang semula tergolek diatas meja.

"Kalau begitu saya permisi, Pak Komandan ..."

"Iya, silahkan ..."

"Assalamualaikum ..."

"Waalaikumsalam ..."

Salam tersebut telah dijawab oleh Tria dan Beno dengan berbarengan, sementara Senja langsung melangkahkan kaki meninggalkan ruang SPK tanpa membuang waktu lebih lama.

"Ben ..." panggil Tria memecah keheningan, usai kepergian Senja.

"Siap, Ndan?"

"Siapa sih wanita itu?" usut Tria yang tak lagi mampu menepis rasa penasarannya lebih lama, sembari menatap Beno lewat sepasang mata elangnya.

"Pelangi Senja ..."

Alis Tria sontak mengkerut mendengar ucapan Beno yang terucap lirih dengan nada bak lantunan sepenggal bait dari seorang pujangga.

"Pelangi Senja ...?" ulang Tria dengan raut wajah bingung. "Kamu ini gimana sih, Ben. Aku tuh nanya siapa nama wanita itu, kamu malah berpuisi ria ..."

Tawa kecil Beno sontak menyeruak tertahan atas ucapan atasannya..

"Ijin, Ndan, itu bukan puisi, tapi ibu tadi itu namanya memang Pelangi Senja, dan orang-orang memanggilnya Senja ..." ujar Beno lagi, buru-buru menjelaskan.

Tria terlihat manggut-manggut, sebelum akhirnya kembali melontarkan tanya. "By the way, kok kamu kelihatannya kenal betul sama ibu Senja, Ben?" Usut Tria lagi.

"Ijin, Ndan, gimana gak kenal, kalau kasus kdrt-nya udah jadi langganan tetap Polsek Beo ..."

"Langganan?"

"Siap, Ndan."

"Maksudnya?"

"Ijin, Ndan, tiap kali cek-cok suaminya pasti bakal kdrt, dan kalo udah begitu tetangganya hanya bisa ngadu ke Polisi ..."

"Kenapa tetangganya gak nolong langsung?"

"Awalnya suka nolong langsung, Ndan, tapi karena suaminya ibu Senja selalu mengancam, mereka jadi segan dan mungkin takut juga, karena suami ibu Senja berasal dari keluarga yang cukup berpengaruh ..."

"Tapi sebagai sesama manusia kita juga perlu berempati, Ben. Jangan karena proa itu berasal dari keluarga terpandang trus dia bisa semena-mena, dan akhirnya kita mengabaikan sisi kemanusiaan. Iya kan, Ben?"

"Siap, Ndan."

Beno buru-buru mengangguk tanda setuju, tapi detik berikutnya dia kembali berucap separuh berkeluh.

"Tapi susah juga sih, Ndan, kalo sikap ibu Senja juga begitu ..."

"Begitu gimana maksud kamu?"

"Ijin, Ndan. Ibu Senja selalu menolak untuk ditolong dengan alasan gak mau urusan rumah tangganya jadi urusan orang lain. Kalo udah begitu kan tetangganya juga jadi dilemma. Mau nolong, yang ditolong malah gak mau ditolong, mau dibiarin takutnya kenapa-napa. Makanya satu-satunya jalan yang diambil, yah panggil aparat ..."

Tria menggelengkan kepalanya berkali-kali usai menyimak penjelasan akhir Beno yang super duper komplit.

"Intinya kejadian kayak gitu udah sering terjadi dong ..."

Beno mengangguk. "Begitulah, Ndan."

"Ck, ck, ck," Tria berdecak, masih tak habis pikir dengan jalan pikiran seorang wanita seperti Senja.

Tapi kalau dipikir-pikir, kenyataannya dewasa ini hal serupa memang begitu sering terjadi dikalangan masyarakat pada umumnya, dan kaum wanita memang selalu menjadi sasaran empuknya ...

* * *

To be Continued.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Janda Kembang Milik Polisi Perjaka   56. Terasa Sangat Manis

    Pembicaraan antara Senja dengan sang calon mertua ternyata tidak berakhir hanya sampai disitu. Usai menasehati Senja sekaligus memberikan sedikit motivasi agar Senja lebih percaya diri kedepannya, Surya Narajendra juga tak segan untuk membangun komunikasi tentang banyak hal, termasuk bertanya tentang latar belakang keluarga Senja, sebaliknya juga dia tak lupa bercerita tentang silsilah keluarga besar Narajendra yang tak lama lagi Senja pun pasti akan menjadi bagian didalamnya. Senja sama sekali tak menyadari, betapa Surya Narajendra sangat menyukai kepribadian seorang Pelangi Senja meskipun dalam kurun waktu yang relatif singkat. Pembawaan Senja, kesopanannya dalam bertutur kata, terlebih kerendahan hati saat berhadapan dengan siapa saja terlebih dirinya selaku orang yang lebih tua. Bisa dibilang, Surya Narajendra sudah yakin betul bahwa kali ini putra kebanggaannya memang tidak salah pilih. Tapi, seolah bertolak belakang dengan kekaguman Surya Narajendra yang semakin menggunung

  • Janda Kembang Milik Polisi Perjaka   55. Tidak Ada Kata Main-Main

    "Abang gak memintanya, Yah. Semua ini atas inisiatif aku sendiri kok ..." ucap Senja menjawab rasa keheranan Surya Narajendra yang cukup kaget mendapati kehadiran Senja di rumah dinas Tria pagi itu, beserta tiga buah kue bolu pandan sekaligus. Bahkan salah satu dari ketiga kue tersebut kini telah terhidang apik diatas meja kecil yang ada di teras rumah dinas milik Tria, tempat dimana dirinya saat ini duduk ditemani segelas kopi hitam yang lagi-lagi merupakan buatan tangan sang calon menantu. "Tinggal dua hari lagi mau menikah, sebaiknya jangan melakukan pekerjaan yang berat dulu, Nak ..." ucap Surya Narajendra. Mendapati perhatian yang tulus dari calon mertuanya, Senja buru-buru menggelengkan kepala. "Hanya mengisi waktu senggang, Yah, sama sekali gak merepotkan kok. Lagipula belakangan ini karena gak ada kesibukan berarti jadi agak bosan juga. Makanya aku terpikir untuk membuat kue untuk ayah dan abang saja ..." Surya Narajendra tersenyum mendapati penjelasan Senja yang terd

  • Janda Kembang Milik Polisi Perjaka   54. Bertemu Camer

    Saat Tria dan Senja tiba di rumah dinas milik Tria yang berada di kawasan Mako, tepat didepan selasar kantor sudah terlihat banyak anggota polisi yang berkumpul menunggu apel pagi yang akan dimulai tak lama lagi.Sebagian besar dari mereka terlihat berseragam dinas seperti halnya Tria, namun ada beberapa diantaranya memakai kemeja putih lengan panjang dipadu celana hitam berbahan kain."Yang satunya biar aku aja yang bawa." ujar Senja yang buru-buru turun dari mobil begitu menyadari pergerakan Tria yang begitu mesin mobil dimatikan terlihat tergesa-gesa turun dan langsung membuka pintu mobil belakang."Oke, kalo gitu abang bawa dua sekalian ..." jawab Tria sembari menyodorkan satu buah kotak kue ke tangan Senja yang buru-buru menyambut pemberian Tria.Detik berikutnya, dengan gesit Tria terlihat sudah menumpuk dua buah kotak kue yang tersisa dan tanpa banyak bicara langsung mengangkat dan membawanya masuk kedalam rumah dinas yang terlihat lenggang.Melihat hal tersebut alhasil secara r

  • Janda Kembang Milik Polisi Perjaka   53. Tidak Salah Pilih

    Bertepatan dengan Tria yang sukses memarkirkan mobilnya di seberang jalan, tepat didepan gang sempit yang biasanya menjadi akses masuk ke rumah Senja, secara bersamaan pula sosok yang hendak ia jemput itu terlihat berjalan keluar dari mulut gang.Sangat jelas terlihat bagaimana Senja cukup kerepotan dengan keberadaan tiga buah dus kue berbentuk persegi yang saling bertumpuk dalam genggamannya, ditambah lagi dia harus mengepit tas kecil yang tersampir di bahu kanan.Mendapati pemandangan tersebut sontak Tria melompat turun dari mobil secepat kilat, langsung berlari kecil menyongsong sosok Senja yang ternyata juga langsung notice akan keberadaan Tria dengan outfit khasnya yakni seragam dinas."Bisa-bisanya diborong sekali angkut. Kenapa gak ngomong kalo bawaannya sebanyak ini sih, Nja?" ujar Tria sambil buru-buru mengambil alih tiga buah dus kue yang saling bertumpuk itu sekaligus."Banyak gimana? Cuma tiga dus kue kok ..."Tria terlihat menggelengkan kepalanya mendapati jawaban ngeyel

  • Janda Kembang Milik Polisi Perjaka   52. Lampu Hijau

    Usai berbincang dengan Mpok Hindun hingga nyaris menjelang Isya, mendadak Senja seolah mendapatkan sebuah pencerahan, yang membuatnya menyesal mengapa tidak terpikir olehnya sama sekali dalam kurun waktu dua hari terakhir ini.Untuk itulah setelah Mpok Hindun pamit pulang, Senja buru-buru menunaikan sholat Isya kemudian dengan langkah pasti dia menuju ke warung terdekat dari rumahnya, yang menjadi tempat dirinya berbelanja kebutuhan sehari-hari."Beragam amat belanjaannya, Nja? Mau bikin kue ya?" tanya pemilik warung dengan nada suara yang ramah, begitu menyaksikan belanjaan Senja yang meliputi beberapa butir telur, tepung terigu, gula pasir, pengembang kue, pasta pandan dan masih ada beberapa jenis barang lainnya yang identik dengan bahan-bahan untuk membuat kue "Iya, Bu." jawab Senja, singkat."Emang rencananya mau bikin kue apa, Nja?" ujar ibu itu lagi, yang kini sudah mengambil ancang-ancang untuk menjumlah berbagai barang belanjaan Senja yang teronggok diatas meja kasir."Bolu pa

  • Janda Kembang Milik Polisi Perjaka   51. Dalam Hitungan Hari

    "Untuk anggota yang piket saya harap bisa bertanggung jawab penuh sampai besok pagi. Sementara untuk yang lain, silahkan pulang dan beristirahat, jaga kesehatan, dan jangan lupa seperti biasa besok pagi kita akan tetap melaksanakan apel pagi bersama di jam biasa, diteruskan dengan pelaksanaan operasi cipkon di sektor wilayah. Delapan enam?""Siap, delapan enam, Komandan!" Jawaban yang solid terdengar dari seluruh anggota yang ada, menanggapi titah yang diberikan oleh Tria, sebelum mengakhiri kegiatan patroli di malam itu.Jika kondisi kamtibmas sedang adem ayem begini, semua pihak pastinya merasa lebih lega karena tidak perlu bekerja ekstra, meskipun harus tetap siaga dengan kondisi apapun.Pelaksanaan operasi cipkon yang merupakan kepanjangan dari operasi cipta kondisi itu sendiri memang sudah menjadi kegiatan rutin yang wajib di tingkatkan oleh pihak kepolisian, dan biasanya dilaksanakan setiap akhir pekan dengan melibatkan personil dari berbagai fungsi.Namun mengingat moment perga

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status