Share

3. Ajakan Menikah

Ketiga orang tamu itu diantaranya adalah sepasang suami-istri lanjut usia yang pada beberapa bulan yang lalu telah diselamatkan oleh Andita dari insiden kebakaran pasar.

Keduanya tak hanya datang berdua, melainkan dengan seorang pria paruh baya lainnya yang berpenampilan necis.

Belakangan baru diketahui bahwa ternyata pria itu adalah seorang pengacara yang sengaja didatangkan sepasang suami-istri tersebut, dalam rangka kepengurusan seluruh berkas transaksi hibah atas kepemilikan sebidang tanah beserta bangunan lapak kecil mereka yang berlokasi di pasar tradisional yang baru saja selesai di renovasi kepada Satya.

Sepasang suami istri itu telah memutuskan untuk hijrah dari kota kecil mereka dan pindah bersama anak-anak mereka yang telah sukses di kota besar.

Keduanya pun memutuskan untuk menyerahkan kepemilikan kios mereka kepada Satya, sebagai bentuk ucapan terima kasih sekaligus ungkapan rasa penyesalan tak terhingga atas kehilangan Andita untuk selama-lamanya, yang telah rela bertaruh nyawa demi menyelamatkan nyawa mereka pada saat insiden kebakaran.

Singkat cerita, sejak saat itu Satya pun mulai merintis usaha kecil-kecilan dengan berjualan sandal, sama persis seperti jualan sepasang suami-istri tersebut selama ini, dan kemudian dari sanalah mereka menyambung hidup.

Namun ibarat kata pepatah, malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih.

Begitu Senja baru saja menyelesaikan study di bangku SMA setempat, siang itu Senja bersama beberapa orang teman baru saja berencana hendak mendaftarkan diri di sekolah tinggi yang ada di kota kecil mereka.

Namun naas, kabar buruk tentang ayahnya yang kecelakaan akibat terserempet motor saat hendak menuju masjid guna menunaikan Sholat Dzuhur, justru datang menghampiri terlebih dahulu.

Senja pun bergegas menuju rumah sakit demi menemui Satya yang terbaring lemah dengan luka yang berdarah dimana-mana.

Keadaan Satya memang kritis, dan pria malang itu tak bisa bertahan.

Dengan wajah yang dipenuhi air mata, dan jemari yang berada dalam genggaman tangan Senja, putri semata wayangnya, pada akhirnya Satya pun menghembuskan napas terakhirnya dengan tenang.

Diatas bangsal rumah sakit yang dingin, dengan meninggalkan Senja yang hanya bisa menangis kencang saat menyadari, bahwa kini dirinya benar-benar telah sendirian diatas muka bumi ini.

Lima tahun kemudian ...

Kala itu umur Senja baru saja menginjak dua puluh tiga tahun, saat dirinya dipersunting oleh seorang pria yang sebenarnya sudah cukup lama dikenalnya.

Pria itu adalah Yusuf Akhyar.

Putra semata wayang seorang juragan kaya yang tinggal di kampung sebelah.

Bagi Yusuf, sosok Senja telah membuatnya sangat penasaran, oleh karena Senja satu-satunya wanita yang seolah tidak pernah terusik atas keberadaannya, padahal sudah jelas-jelas Yusuf bisa dibilang pria idaman setiap wanita yang punya segalanya.

Yusuf bahkan pernah ditolak secara sopan oleh Senja, saat nekad mengungkapkan keinginan hatinya untuk memacari gadis sebatang kara itu, yang aktifitas kesehariannya adalah berjualan sandal disebuah kios kecil yang merupakan peninggalan mendiang ayahnya, sedangkan malamnya ia rutin membantu Ustadz Ibrahim mengajari anak-anak mengaji di masjid.

Senja adalah gadis sederhana yang sangat menjaga marwahnya, oleh karena didikan agama dari sang ayah sejak kecil.

Sehari-harinya ia juga selalu memakai pakaian yang menutup aurat.

Berpacaran, sudah pasti tidak ada dalam kamus Senja, sehingga Yusuf pun semakin penasaran dibuatnya.

Padahal kala itu Yusuf sendiri telah menjadi seorang Aparatur Sipil Negara, dan dia juga berasal dari keluarga berada, namun sepertinya semua kemewahan duniawi itu tak mempan sedikit pun untuk menyilaukan mata seorang Pelangi Senja.

"Kalau kamu benar-benar ingin menunjukkan keseriusan kamu untuk gadis kayak Senja, kamu harus berani melamarnya, Suf."

Itu adalah kalimat Eko, rekan sekantor Yusuf yang siang itu telah menjadi teman curhat kegalauan cinta Yusuf untuk yang kesekian kalinya.

"Apa? Melamar?"

"Hemmm ..."

"Tapi ..."

"Kalo perlu, langsung nikahi aja dia segera ...."

Yusuf tentu saja terkejut setengah mati dengan ide dadakan Eko.

"Memang aku niatnya serius, Ko, tapi minimal kan aku dan Senja bisa pedekate dulu. Masa iya langsung nikah begitu aja ..." kilah Yusuf dengan ekspresi wajah resah.

"Yang aku tau, Suf, wanita soleha kayak Senja gak bakal mau kalo diajak pacaran. Yang ada ta'aruf trus nikah ..."

"Iya juga sih ..." Yusuf bergumam lirih penuh dilema, kemudian tercenung lama.

Pembicaraan Yusuf dengan Eko itu telah membuat Yusuf memikirkan hal tersebut hingga berhari-hari lamanya, sampai akhirnya Yusuf sadar bahwa ucapan Eko itu benar adanya.

Pada kenyataannya Senja memang selalu menolak acap kali Yusuf mengajaknya berpacaran, meskipun disisi lain Yusuf sedikit merasa bahwa Senja mulai tertarik kepadanya.

Senja selalu menanggapi Yusuf dengan sopan via media sosial ataupun saat mereka berpapasan, namun kehadiran Yusuf tetap saja selalu ditepis, acap kali Yusuf berkeinginan untuk mendekati apalagi sampai menyambangi Senja langsung dirumahnya.

"Maaf, Kak, aku gak bisa menerima kehadiran tamu yang bukan muhrim, karena Kakak tau sendiri kan kalo aku tinggal sendirian. Gak elok dilihat tetangga, dan pada dasarnya memang hal itu juga gak sepantasnya ..."

Begitulah alasan Senja yang selalu terucap dengan nada sopan, membuat Yusuf geregetan sekaligus pusing kepala, karena sekalipun Yusuf gencar melakukan pendekatan, menghujani Senja dengan intensnya perhatian, bahkan beberapa kali berusaha memberikan hadiah istimewa walau tak ada satu pun yang diterima, semua itu tidak sedikitpun membuat Yusuf tersinggung, apalagi melemahkan tekadnya guna mendapatkan Senja.

Yang ada Yusuf justru merasa semakin tertantang!

"Senja, jika kamu berkenan, aku berkeinginan melamar kamu ..."

Malam itu, dengan keyakinan penuh Yusuf pun menguraikan niatnya via chat whattsapp.

Lama sudah Yusuf menunggu balasan Senja, namun sampai dirinya terlelap, balasan yang dinanti tak kunjung diterima.

Yusuf tak pernah tau betapa gelisahnya Senja saat membaca maksud hati pria itu.

Senja tak menyangka pria populer seperti Yusuf Akhyar berniat meminang dirinya yang bukan siapa-siapa.

Memikirkan semua itu membuat Senja semalaman tak bisa tidur.

Senja memilih menunaikan shalat istikhara dan terus mengaji sampai tak terasa beduk shubuh terdengar.

Usai menunaikan shalat shubuh barulah Senja punya keberanian memberikan jawaban atas chat semalam dari Yusuf.

Tak jauh berbeda dari Senja, Yusuf yang semalaman juga nyaris tak bisa tidur nyenyak karena menanti jawaban akhirnya bisa bernapas lega.

Begitu Yusuf terjaga dari tidurnya yang sebentar, ia pun langsung memeriksa ponselnya.

Menyadari Senja telah membalasnya chatnya dengan sebuah persetujuan, Yusuf merasa seolah telah memenangkan jackpot berlipat ganda.

Dengan penuh keberanian Yusuf pun akhirnya berterus-terang kepada kedua orang tuanya, bahwa dirinya ingin mempersunting seorang Pelangi Senja, yang merupakan gadis incarannya sejak lama.

Ayah dan ibu Yusuf setuju, meskipun diawal-awal sempat mengungkapkan rasa keberatan, mengetahui wanita idaman sang anak semata wayang bukanlah dari golongan yang selevel dengan mereka ...

To be Continued.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status