Share

3. Ajakan Menikah

Author: Lidia Rahmat
last update Last Updated: 2023-11-02 13:41:21

(Sepenggal kisah tentang Senja).

Wanita itu adalah Pelangi Senja, sehari-harinya orang-orang memanggilnya Senja.

Umurnya baru dua puluh lima tahun, namun selangkah lagi dia sudah akan menyandang status janda.

Senja merupakan anak semata wayang yang sejak umur delapan tahun, telah kehilangan kasih sayang seorang ibu.

Andita, wanita mulia yang telah melahirkan Senja ke dunia yang fana ini meninggal dunia dalam sebuah tragedi kebakaran besar yang terjadi di sebuah pasar tradisional, tempat dia mengais rejeki dengan berjualan kue didepan sebuah lapak sandal milik sepasang suami istri lanjut usia.

Saat kebakaran terjadi, dikarenakan niat hati yang tulus ingin menolong sepasang suami istri lanjut usia tersebut dari kobaran api yang mulai membesar, entah bagaimana ceritanya pada akhirnya justru Andita-lah yang malah terperangkap amukan si jago merah.

Dua bulan dalam kepedihan akibat duka yang mendalam, disuatu sore Senja dan ayahnya Satya, kedatangan tiga orang tamu.

Ketiga orang tamu itu adalah sepasang suami-istri lanjut usia yang pada dua bulan yang lalu telah diselamatkan oleh Andita dari insiden kebakaran pasar, dan keduanya datang dengan seorang pria paruh baya lainnya yang berpenampilan necis.

Belakangan baru diketahui bahwa ternyata pria berpakaian necis itu adalah seorang pengacara yang sengaja didatangkan oleh sepasang suami-istri itu dalam rangka kepengurusan seluruh berkas transaksi hibah atas kepemilikan sebidang tanah beserta bangunan lapak kecil mereka yang berlokasi di pasar tradisional yang baru saja selesai di renovasi kepada Satya.

Rupanya sepasang suami istri itu telah memutuskan untuk hijrah dari kota kecil mereka dan pindah bersama anak-anak mereka yang telah sukses di kota besar.

Keduanya pun memutuskan untuk menyerahkan kepemilikan kios mereka kepada Satya, sebagai bentuk ucapan terima kasih sekaligus ungkapan rasa penyesalan tak terhingga atas berpulangnya Andita untuk selama-lamanya, yang telah rela bertaruh nyawa demi menyelamatkan nyawa mereka pada saat insiden kebakaran.

Singkat cerita, sejak saat itulah Satya mulai meneruskan usaha berjualan sandal.

Namun ibarat kata pepatah, malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih.

Begitu Senja baru saja menyelesaikan study di bangku SMA setempat, siang itu Senja bersama beberapa orang teman berencana hendak mendaftarkan diri di sekolah tinggi yang ada di kota kecil mereka.

Namun naas, kabar buruk tentang ayahnya yang kecelakaan akibat terserempet motor saat hendak menuju masjid guna menunaikan Sholat Dzuhur, justru datang menghampiri terlebih dahulu.

Senja pun bergegas menuju rumah sakit demi menemui Satya yang terbaring lemah dengan tubuh penuh luka dan berlumuran darah.

Keadaan Satya semakin kritis, dan akhirnya pria malang itu tak bisa bertahan. Satya pun menghembuskan napas terakhirnya dengan tenang, diatas bangsal rumah sakit yang dingin, meninggalkan Senja yang hanya bisa menangis kencang saat menyadari, bahwa dirinya benar-benar telah sendirian diatas muka bumi ini.

Lima tahun kemudian ...

Kala itu umur Senja baru saja menginjak dua puluh tiga tahun, saat dirinya dipersunting oleh seorang pria yang sebenarnya sudah cukup lama dikenalnya.

Pria itu adalah Yusuf Akhyar.

Putra semata wayang seorang juragan kaya yang tinggal di kampung sebelah.

Bagi Yusuf, sosok Senja telah membuatnya sangat penasaran, oleh karena Senja satu-satunya wanita yang seolah tidak pernah terusik atas keberadaannya, padahal sudah jelas-jelas Yusuf bisa dibilang pria idaman setiap wanita yang punya segalanya.

Yusuf bahkan pernah ditolak secara sopan oleh Senja, saat nekad mengungkapkan keinginan hatinya untuk memacari gadis sebatang kara itu, yang aktifitas kesehariannya adalah berjualan sandal disebuah kios kecil yang merupakan peninggalan mendiang ayahnya, sedangkan malamnya ia rutin membantu Ustadz Ibrahim mengajari anak-anak mengaji di masjid.

Senja adalah gadis sederhana yang sangat menjaga marwahnya, oleh karena didikan agama dari sang ayah sejak kecil.

Sehari-harinya dia juga selalu memakai pakaian yang menutup aurat.

Berpacaran, sudah pasti tidak ada dalam kamus Senja, sehingga Yusuf pun semakin penasaran dibuatnya.

Padahal kala itu Yusuf sendiri telah berhasil menjadi seorang Aparatur Sipil Negara, dan dia juga berasal dari keluarga berada, namun semua kemewahan duniawi itu seolah tak mempan sedikit pun untuk menyilaukan mata seorang Pelangi Senja.

"Kalau kamu benar-benar ingin menunjukkan keseriusan kamu untuk gadis kayak Senja, kamu harus berani melamarnya, Suf."

Itu adalah kalimat Eko, rekan sekantor Yusuf yang siang itu telah menjadi teman curhat kegalauan cinta Yusuf untuk yang kesekian kalinya.

"Apa? Melamar?"

"Hemmm ..."

"Tapi ..."

"Kalo perlu, langsung nikahi aja dia segera ...."

Yusuf tentu saja terkejut setengah mati dengan ide dadakan Eko.

"Memang aku niatnya serius, Ko, tapi minimal kan aku dan Senja bisa pedekate dulu. Masa iya langsung nikah begitu aja ..." kilah Yusuf dengan ekspresi wajah resah.

"Yang aku tau, Suf, wanita soleha kayak Senja gak bakal mau kalo diajak pacaran. Yang ada ta'aruf trus nikah ..."

"Iya juga sih ..." Yusuf bergumam lirih penuh dilema, kemudian tercenung lama.

Pembicaraan Yusuf dengan Eko itu telah membuat Yusuf memikirkan hal tersebut hingga berhari-hari lamanya, sampai akhirnya Yusuf sadar bahwa ucapan Eko itu benar adanya.

Pada kenyataannya Senja memang selalu menolak acap kali Yusuf mengajaknya berpacaran, meskipun disisi lain Yusuf sedikit merasa bahwa Senja mulai tertarik kepadanya.

Senja selalu menanggapi Yusuf dengan sopan via media sosial ataupun saat mereka berpapasan, namun kehadiran Yusuf tetap saja selalu ditepis, acap kali Yusuf berkeinginan untuk mendekati apalagi sampai menyambangi Senja langsung dirumahnya.

"Maaf, Kak, aku gak bisa menerima kehadiran tamu yang bukan muhrim, karena Kakak tau sendiri kan kalo aku tinggal sendirian. Gak elok dilihat tetangga, dan pada dasarnya memang hal itu juga gak sepantasnya ..."

Begitulah alasan Senja yang selalu terucap dengan nada sopan, membuat Yusuf geregetan sekaligus pusing kepala, karena sekalipun Yusuf gencar melakukan pendekatan, menghujani Senja dengan intensnya perhatian, bahkan beberapa kali berusaha memberikan hadiah istimewa walau tak ada satu pun yang diterima, semua itu tidak sedikitpun membuat Yusuf tersinggung, apalagi melemahkan tekadnya guna mendapatkan Senja.

Yang ada Yusuf justru merasa semakin tertantang!

"Senja, jika kamu berkenan, aku berkeinginan melamar kamu ..."

Malam itu, dengan keyakinan penuh Yusuf pun menguraikan niatnya via chat whattsapp.

Lama nian Yusuf menunggu balasan Senja, namun sampai dirinya terlelap, balasan yang dinanti tak kunjung diterima.

Yusuf tak pernah tau, nun jauh disana, betapa gelisahnya Senja saat membaca maksud hati pria itu.

Senja tak menyangka pria populer seperti Yusuf Akhyar berniat meminang dirinya yang bukan siapa-siapa.

Memikirkan semua itu membuat Senja semalaman tak bisa tidur.

Senja memilih menunaikan shalat istikhara dan terus mengaji sampai tak terasa beduk shubuh terdengar.

Usai menunaikan shalat shubuh barulah Senja punya keberanian memberikan jawaban atas chat semalam dari Yusuf.

Tak jauh berbeda dari Senja, Yusuf yang semalaman juga nyaris tak bisa tidur nyenyak karena menanti jawaban akhirnya bisa bernapas lega.

Begitu Yusuf terjaga dari tidurnya yang sebentar, dia pun langsung memeriksa ponselnya.

Menyadari Senja telah membalasnya chatnya dengan sebuah persetujuan, Yusuf merasa seolah telah memenangkan jackpot berlipat ganda.

Dengan penuh keberanian Yusuf pun akhirnya berterus-terang kepada kedua orang tuanya, bahwa dirinya ingin mempersunting seorang Pelangi Senja, yang merupakan gadis incarannya sejak lama.

Ayah dan ibu Yusuf setuju, meskipun diawal-awal sempat mengungkapkan rasa keberatan, mengetahui wanita idaman sang anak semata wayang bukanlah dari golongan yang selevel dengan mereka ...

* * *

To be Continued.-

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Janda Kembang Milik Polisi Perjaka   56. Terasa Sangat Manis

    Pembicaraan antara Senja dengan sang calon mertua ternyata tidak berakhir hanya sampai disitu. Usai menasehati Senja sekaligus memberikan sedikit motivasi agar Senja lebih percaya diri kedepannya, Surya Narajendra juga tak segan untuk membangun komunikasi tentang banyak hal, termasuk bertanya tentang latar belakang keluarga Senja, sebaliknya juga dia tak lupa bercerita tentang silsilah keluarga besar Narajendra yang tak lama lagi Senja pun pasti akan menjadi bagian didalamnya. Senja sama sekali tak menyadari, betapa Surya Narajendra sangat menyukai kepribadian seorang Pelangi Senja meskipun dalam kurun waktu yang relatif singkat. Pembawaan Senja, kesopanannya dalam bertutur kata, terlebih kerendahan hati saat berhadapan dengan siapa saja terlebih dirinya selaku orang yang lebih tua. Bisa dibilang, Surya Narajendra sudah yakin betul bahwa kali ini putra kebanggaannya memang tidak salah pilih. Tapi, seolah bertolak belakang dengan kekaguman Surya Narajendra yang semakin menggunung

  • Janda Kembang Milik Polisi Perjaka   55. Tidak Ada Kata Main-Main

    "Abang gak memintanya, Yah. Semua ini atas inisiatif aku sendiri kok ..." ucap Senja menjawab rasa keheranan Surya Narajendra yang cukup kaget mendapati kehadiran Senja di rumah dinas Tria pagi itu, beserta tiga buah kue bolu pandan sekaligus. Bahkan salah satu dari ketiga kue tersebut kini telah terhidang apik diatas meja kecil yang ada di teras rumah dinas milik Tria, tempat dimana dirinya saat ini duduk ditemani segelas kopi hitam yang lagi-lagi merupakan buatan tangan sang calon menantu. "Tinggal dua hari lagi mau menikah, sebaiknya jangan melakukan pekerjaan yang berat dulu, Nak ..." ucap Surya Narajendra. Mendapati perhatian yang tulus dari calon mertuanya, Senja buru-buru menggelengkan kepala. "Hanya mengisi waktu senggang, Yah, sama sekali gak merepotkan kok. Lagipula belakangan ini karena gak ada kesibukan berarti jadi agak bosan juga. Makanya aku terpikir untuk membuat kue untuk ayah dan abang saja ..." Surya Narajendra tersenyum mendapati penjelasan Senja yang terd

  • Janda Kembang Milik Polisi Perjaka   54. Bertemu Camer

    Saat Tria dan Senja tiba di rumah dinas milik Tria yang berada di kawasan Mako, tepat didepan selasar kantor sudah terlihat banyak anggota polisi yang berkumpul menunggu apel pagi yang akan dimulai tak lama lagi.Sebagian besar dari mereka terlihat berseragam dinas seperti halnya Tria, namun ada beberapa diantaranya memakai kemeja putih lengan panjang dipadu celana hitam berbahan kain."Yang satunya biar aku aja yang bawa." ujar Senja yang buru-buru turun dari mobil begitu menyadari pergerakan Tria yang begitu mesin mobil dimatikan terlihat tergesa-gesa turun dan langsung membuka pintu mobil belakang."Oke, kalo gitu abang bawa dua sekalian ..." jawab Tria sembari menyodorkan satu buah kotak kue ke tangan Senja yang buru-buru menyambut pemberian Tria.Detik berikutnya, dengan gesit Tria terlihat sudah menumpuk dua buah kotak kue yang tersisa dan tanpa banyak bicara langsung mengangkat dan membawanya masuk kedalam rumah dinas yang terlihat lenggang.Melihat hal tersebut alhasil secara r

  • Janda Kembang Milik Polisi Perjaka   53. Tidak Salah Pilih

    Bertepatan dengan Tria yang sukses memarkirkan mobilnya di seberang jalan, tepat didepan gang sempit yang biasanya menjadi akses masuk ke rumah Senja, secara bersamaan pula sosok yang hendak ia jemput itu terlihat berjalan keluar dari mulut gang.Sangat jelas terlihat bagaimana Senja cukup kerepotan dengan keberadaan tiga buah dus kue berbentuk persegi yang saling bertumpuk dalam genggamannya, ditambah lagi dia harus mengepit tas kecil yang tersampir di bahu kanan.Mendapati pemandangan tersebut sontak Tria melompat turun dari mobil secepat kilat, langsung berlari kecil menyongsong sosok Senja yang ternyata juga langsung notice akan keberadaan Tria dengan outfit khasnya yakni seragam dinas."Bisa-bisanya diborong sekali angkut. Kenapa gak ngomong kalo bawaannya sebanyak ini sih, Nja?" ujar Tria sambil buru-buru mengambil alih tiga buah dus kue yang saling bertumpuk itu sekaligus."Banyak gimana? Cuma tiga dus kue kok ..."Tria terlihat menggelengkan kepalanya mendapati jawaban ngeyel

  • Janda Kembang Milik Polisi Perjaka   52. Lampu Hijau

    Usai berbincang dengan Mpok Hindun hingga nyaris menjelang Isya, mendadak Senja seolah mendapatkan sebuah pencerahan, yang membuatnya menyesal mengapa tidak terpikir olehnya sama sekali dalam kurun waktu dua hari terakhir ini.Untuk itulah setelah Mpok Hindun pamit pulang, Senja buru-buru menunaikan sholat Isya kemudian dengan langkah pasti dia menuju ke warung terdekat dari rumahnya, yang menjadi tempat dirinya berbelanja kebutuhan sehari-hari."Beragam amat belanjaannya, Nja? Mau bikin kue ya?" tanya pemilik warung dengan nada suara yang ramah, begitu menyaksikan belanjaan Senja yang meliputi beberapa butir telur, tepung terigu, gula pasir, pengembang kue, pasta pandan dan masih ada beberapa jenis barang lainnya yang identik dengan bahan-bahan untuk membuat kue "Iya, Bu." jawab Senja, singkat."Emang rencananya mau bikin kue apa, Nja?" ujar ibu itu lagi, yang kini sudah mengambil ancang-ancang untuk menjumlah berbagai barang belanjaan Senja yang teronggok diatas meja kasir."Bolu pa

  • Janda Kembang Milik Polisi Perjaka   51. Dalam Hitungan Hari

    "Untuk anggota yang piket saya harap bisa bertanggung jawab penuh sampai besok pagi. Sementara untuk yang lain, silahkan pulang dan beristirahat, jaga kesehatan, dan jangan lupa seperti biasa besok pagi kita akan tetap melaksanakan apel pagi bersama di jam biasa, diteruskan dengan pelaksanaan operasi cipkon di sektor wilayah. Delapan enam?""Siap, delapan enam, Komandan!" Jawaban yang solid terdengar dari seluruh anggota yang ada, menanggapi titah yang diberikan oleh Tria, sebelum mengakhiri kegiatan patroli di malam itu.Jika kondisi kamtibmas sedang adem ayem begini, semua pihak pastinya merasa lebih lega karena tidak perlu bekerja ekstra, meskipun harus tetap siaga dengan kondisi apapun.Pelaksanaan operasi cipkon yang merupakan kepanjangan dari operasi cipta kondisi itu sendiri memang sudah menjadi kegiatan rutin yang wajib di tingkatkan oleh pihak kepolisian, dan biasanya dilaksanakan setiap akhir pekan dengan melibatkan personil dari berbagai fungsi.Namun mengingat moment perga

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status