Bertugas sebagai Kapolsek, Tria tak sengaja bertemu Senja yang pernikahannya sedang berada di ujung tanduk akibat menerima KDRT dari suaminya. Tanpa disadari, pertemuan terus-menerus itu membuat Tria akhirnya menaruh rasa simpati dan juga cinta untuk Senja. Lantas bagaimana kisah keduanya? Apakah Tria bisa meluluhkan hati Senja yang membeku setelah kegagalan rumah tangganya?
View More"Ini sudah masuk kategori penganiayaan berat. Jika kasus ini diteruskan, maka suami ibu bisa kena pasal ..."
"Saya tidak berniat meneruskan." "Apaa ...?" "Pak Polisi, tolong segera kabulkan permohonan pembebasn suami saya. Sungguh, saya lelah sekali menjalani semua pemeriksaan ini. Saya juga berharap bisa segera pulang ke rumah. Pekerjaan dirumah saya banyak, dan sekarang saya juga sedang tidak enak badan ..." Hening. "Bapak ... Sudah mendengar apa yang saya katakan, bukan?" Beno, pria muda yang berada dalam keadaan duduk itu terlihat semakin bimbang, mendapati kebulatan tekad Senja, wanita dihadapannya, yang baru saja mengeja keinginannya dengan nada yang lirih namun penuh ketegasan. "Mohon dipahami keinginan saya, Pak." "Tapi, Ibu Senja ..." "Apapun yang terjadi, saya akan tetap pada pendirian saya untuk tidak mempermasalahkan apapun kejadian hari ini. Saya tidak mau mengumbar aib rumah tangga, dan atas nama para tetangga yang sudah melaporkan semua keributan ini, saya juga minta maaf. Saya tau semua yang terjadi sudah banyak menyusahkan banyak orang, tapi saya juga sangat berharap, kedepannya bapak begitupun juga dengan rekan-rekan bapak yang lain tidak perlu repot-repot mengurusi urusan rumah tangga saya lagi ..." Beno menggaruk kepalanya yang tiba-tiba terasa gatal mendadak, belum juga memutuskan harus berkata apa manakala dihadapannya, Senja kembali berucap sedemikian datar. "Tolonglah, Pak Polisi. Saya mohon, masalah ini tidak perlu lagi diperpanjang, dan suami saya tidak perlu ditahan seperti ini ..." Mendengar pembicaraan yang cukup alot tersebut, Tria yang pada awalnya hendak berjalan menuju keruangannya dengan melewati ruang SPK alias Sentra Pelayanan Kepolisian, yang harus ia lewati terlebih dahulu karena letak ruangannya yang memang paling depan sontak mengurungkan langkah. Pembicaraan yang sedang terjadi didalam ruang SPK itu mau tak mau sukses mencuri perhatian Tria, sehingga tanpa sadar ia telah berdiri tegak di depan pintu ruangan tersebut, sambil diam-diam menyimak dan mengawasi pembicaraan yang sedang berlangsung antara salah seorang anggotanya, dengan seorang wanita yang terlihat mengenakan outfit berupa gamis biru tua, lengkap dengan hijabnya yang berwarna nyaris senada. Sejenak alis Tria berkerut nyata, begitu sadar bahwa sekalipun melihatnya dari samping karena posisi duduknya yang terlihat agak menyamping jika dilihat dari pintu tempat Tria berdiri saat ini, namun Tria tetap bisa menyadari kondisi wajah wanita itu yang penuh lebam. 'Sudah aku duga, pasti KDRT ...' Dugaan kasus KDRT alias kekerasan dalam rumah tangga refleks menyeruak di otak Tria, karena kondisi seperti itu memang sudah begitu sering ia lihat menimpa kaum wanita pada umumnya, yang entah kenapa begitu bodoh sehingga bisa-bisanya salah memilih teman hidup mereka tanpa mempelajari terlebih dahulu latar belakang, sifat, serta karakter para calon pasangan hidup mereka kelak. 'Apakah cinta se-dungu itu ...?' 'Aneh ...!' 'Bagaimana mungkin ada sekian banyak wanita yang harus terjebak dalam hubungan toxic yang begitu mengerikan, dan bagaimana bisa seorang laki-laki tega berlaku sekasar itu, kepada wanita yang notabene merupakan istrinya sendiri, istri yang telah ia pilih untuk menemani hidupnya, dan sudah seharusnya menjadi ratu dihatinya.' 'Laki-laki seperti itu pastilah bukan laki-laki sejati, karena hanya laki-laki pengecut yang mampu memukul seorang wanita yang sudah jelas-jelas bukanlah lawan tandingnya yang sepadan.' Benak Tria masih dipenuhi berbagai kalimat, yang sejauh ini selalu membuatnya tak habis pikir dengan konsep terjadinya kekerasan dalam rumah tangga. "Maaf jika saya lancang, Bu, tapi yang ibu alami saat ini sungguh sudah sangat keterlaluan, bahkan hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali loh ..." Hening sejenak, sebelum yang akhirnya terdengar justru kalimat lirih yang sukses membuat Tria yang sedang menguping pembicaraan tersebut greget sendiri mendengarnya. "Saya tidak mau berurusan dengan polisi ..." 'Bodoh ... Bodoh ...' Tria geleng-geleng kepala, namun lagi-lagi masih dalam mode menguping. "Saya mengerti, Bu. Tapi masalahnya sekali lagi saya tekankan bahwa keselamatan dan nyawa ibu sendiri sedang dipertaruhkan di sini ..." "Dan harus berapa kali juga saya tekankan bahwa ini masalah intern rumah tangga saya, yang sudah seharusnya tidak boleh dicampuri oleh pihak manapun ..." "Tapi, Ibu ..." "Dosa besar jika saya membeberkan aib rumah tangga saya sehingga bisa di konsumsi dan menjadi urusan orang luar ..." Senja berucap sembari menatap polisi muda dihadapannya dengan tatapan lurus tanpa sedikitpun senyuman, seolah-olah dia memang sengaja ingin menunjukkan sikap tegas plus keras kepalanya. Sementara itu, menerima sikap keukeuh yang dibarengi kalimat penuh bantahan dari Senja, Beno sang polisi muda lagi-lagi dibuat bengong untuk beberapa saat lamanya. Sudah pasti pemikiran Beno tak jauh berbeda dengan Tria, yang hingga detik ini masih setia mengawasi adu argumen tersebut dari bingkai pintu. Memang sangat disayangkan sikap lembek yang diambil pihak korban saat ini, yang menolak mentah-mentah untuk memberikan efek jera kepada suami jahat yang ringan tangan! "Ada apa, Ben?" tanya Tria yang pada akhirnya memutuskan untuk melangkah masuk kedalam ruangan, sontak mengurai sedikit ketegangan yang ada. Tak menyangka dengan kehadiran Tria, baik Beno maupun Senja sama-sama terkejut dibuatnya. Beno bahkan langsung tersentak bangkit dari duduknya, begitu menyadari siapa gerangan sosok tinggi tegap yang datang menyapa. "Ijin, Ndan, kasus KDRT ..." "Oh, yang berasal dari laporan masyarakat dan kepala lingkungannya itu yah?" "Siap, Ndan." "Pelakunya sudah diamankan?" "Siap, Ndan. Sesuai petunjuk, Pak Yusuf Akhyar langsung kami amankan dari tkp, sekarang beliau berada didalam sel tahanan ..." Kepala Tria mengangguk beberapa kali menerima laporan singkat Beno. "Pak Komandan, bisakah saya bicara?" Suara merdu Senja yang tiba-tiba menyeruak diantara pembicaraan, sanggup membuat kepala Tria dan Beno sama-sama berpaling kearah yang sama. "Ada yang bisa saya bantu, Bu?" tanya Tria ramah, sambil membalikkan tubuhnya sehingga menghadap penuh kearah Senja. Diam-diam Tria merasa aneh mendapati dirinya sedikit mengu lum senyuman, manakala panggilan 'Pak Komandan' yang biasanya terdengar familiar itu sekarang seolah menggelitik aneh indera pendengarannya. Senja mengangguk cepat, karena menilik sikap polisi sebelumnya yang begitu takjim saat berbicara dengan sosok yang baru saja tiba itu, Senja yakin jika pria gagah dan berkharisma yang ada dihadapannya ini pastilah memiliki pangkat yang lebih tinggi dari anggota polisi sebelumnya. "Begini Pak Komandan, jujur saja, sebenarnya saya merasa masalahnya tidak seserius itu. Hanya persoalan intern rumah tangga biasa antara saya dan suami saya. Saya bahkan sudah menegaskan berkali-kali bahwa saya tidak apa-apa, dan hal seperti ini lumrah terjadi pada pasangan suami istri saat berselisih paham. Hanya saja, tetangga-tetangga saya selalu merasa khawatir berlebihan atau bisa jadi mereka ikut terganggu dengan pertengkaran kami, sehingga mereka kerap melapor ke kantor polisi setiap kali saya dan suami saya cek-cok ..." To be continued.-Pembicaraan antara Senja dengan sang calon mertua ternyata tidak berakhir hanya sampai disitu. Usai menasehati Senja sekaligus memberikan sedikit motivasi agar Senja lebih percaya diri kedepannya, Surya Narajendra juga tak segan untuk membangun komunikasi tentang banyak hal, termasuk bertanya tentang latar belakang keluarga Senja, sebaliknya juga dia tak lupa bercerita tentang silsilah keluarga besar Narajendra yang tak lama lagi Senja pun pasti akan menjadi bagian didalamnya. Senja sama sekali tak menyadari, betapa Surya Narajendra sangat menyukai kepribadian seorang Pelangi Senja meskipun dalam kurun waktu yang relatif singkat. Pembawaan Senja, kesopanannya dalam bertutur kata, terlebih kerendahan hati saat berhadapan dengan siapa saja terlebih dirinya selaku orang yang lebih tua. Bisa dibilang, Surya Narajendra sudah yakin betul bahwa kali ini putra kebanggaannya memang tidak salah pilih. Tapi, seolah bertolak belakang dengan kekaguman Surya Narajendra yang semakin menggunung
"Abang gak memintanya, Yah. Semua ini atas inisiatif aku sendiri kok ..." ucap Senja menjawab rasa keheranan Surya Narajendra yang cukup kaget mendapati kehadiran Senja di rumah dinas Tria pagi itu, beserta tiga buah kue bolu pandan sekaligus. Bahkan salah satu dari ketiga kue tersebut kini telah terhidang apik diatas meja kecil yang ada di teras rumah dinas milik Tria, tempat dimana dirinya saat ini duduk ditemani segelas kopi hitam yang lagi-lagi merupakan buatan tangan sang calon menantu. "Tinggal dua hari lagi mau menikah, sebaiknya jangan melakukan pekerjaan yang berat dulu, Nak ..." ucap Surya Narajendra. Mendapati perhatian yang tulus dari calon mertuanya, Senja buru-buru menggelengkan kepala. "Hanya mengisi waktu senggang, Yah, sama sekali gak merepotkan kok. Lagipula belakangan ini karena gak ada kesibukan berarti jadi agak bosan juga. Makanya aku terpikir untuk membuat kue untuk ayah dan abang saja ..." Surya Narajendra tersenyum mendapati penjelasan Senja yang terd
Saat Tria dan Senja tiba di rumah dinas milik Tria yang berada di kawasan Mako, tepat didepan selasar kantor sudah terlihat banyak anggota polisi yang berkumpul menunggu apel pagi yang akan dimulai tak lama lagi.Sebagian besar dari mereka terlihat berseragam dinas seperti halnya Tria, namun ada beberapa diantaranya memakai kemeja putih lengan panjang dipadu celana hitam berbahan kain."Yang satunya biar aku aja yang bawa." ujar Senja yang buru-buru turun dari mobil begitu menyadari pergerakan Tria yang begitu mesin mobil dimatikan terlihat tergesa-gesa turun dan langsung membuka pintu mobil belakang."Oke, kalo gitu abang bawa dua sekalian ..." jawab Tria sembari menyodorkan satu buah kotak kue ke tangan Senja yang buru-buru menyambut pemberian Tria.Detik berikutnya, dengan gesit Tria terlihat sudah menumpuk dua buah kotak kue yang tersisa dan tanpa banyak bicara langsung mengangkat dan membawanya masuk kedalam rumah dinas yang terlihat lenggang.Melihat hal tersebut alhasil secara r
Bertepatan dengan Tria yang sukses memarkirkan mobilnya di seberang jalan, tepat didepan gang sempit yang biasanya menjadi akses masuk ke rumah Senja, secara bersamaan pula sosok yang hendak ia jemput itu terlihat berjalan keluar dari mulut gang.Sangat jelas terlihat bagaimana Senja cukup kerepotan dengan keberadaan tiga buah dus kue berbentuk persegi yang saling bertumpuk dalam genggamannya, ditambah lagi dia harus mengepit tas kecil yang tersampir di bahu kanan.Mendapati pemandangan tersebut sontak Tria melompat turun dari mobil secepat kilat, langsung berlari kecil menyongsong sosok Senja yang ternyata juga langsung notice akan keberadaan Tria dengan outfit khasnya yakni seragam dinas."Bisa-bisanya diborong sekali angkut. Kenapa gak ngomong kalo bawaannya sebanyak ini sih, Nja?" ujar Tria sambil buru-buru mengambil alih tiga buah dus kue yang saling bertumpuk itu sekaligus."Banyak gimana? Cuma tiga dus kue kok ..."Tria terlihat menggelengkan kepalanya mendapati jawaban ngeyel
Usai berbincang dengan Mpok Hindun hingga nyaris menjelang Isya, mendadak Senja seolah mendapatkan sebuah pencerahan, yang membuatnya menyesal mengapa tidak terpikir olehnya sama sekali dalam kurun waktu dua hari terakhir ini.Untuk itulah setelah Mpok Hindun pamit pulang, Senja buru-buru menunaikan sholat Isya kemudian dengan langkah pasti dia menuju ke warung terdekat dari rumahnya, yang menjadi tempat dirinya berbelanja kebutuhan sehari-hari."Beragam amat belanjaannya, Nja? Mau bikin kue ya?" tanya pemilik warung dengan nada suara yang ramah, begitu menyaksikan belanjaan Senja yang meliputi beberapa butir telur, tepung terigu, gula pasir, pengembang kue, pasta pandan dan masih ada beberapa jenis barang lainnya yang identik dengan bahan-bahan untuk membuat kue "Iya, Bu." jawab Senja, singkat."Emang rencananya mau bikin kue apa, Nja?" ujar ibu itu lagi, yang kini sudah mengambil ancang-ancang untuk menjumlah berbagai barang belanjaan Senja yang teronggok diatas meja kasir."Bolu pa
"Untuk anggota yang piket saya harap bisa bertanggung jawab penuh sampai besok pagi. Sementara untuk yang lain, silahkan pulang dan beristirahat, jaga kesehatan, dan jangan lupa seperti biasa besok pagi kita akan tetap melaksanakan apel pagi bersama di jam biasa, diteruskan dengan pelaksanaan operasi cipkon di sektor wilayah. Delapan enam?""Siap, delapan enam, Komandan!" Jawaban yang solid terdengar dari seluruh anggota yang ada, menanggapi titah yang diberikan oleh Tria, sebelum mengakhiri kegiatan patroli di malam itu.Jika kondisi kamtibmas sedang adem ayem begini, semua pihak pastinya merasa lebih lega karena tidak perlu bekerja ekstra, meskipun harus tetap siaga dengan kondisi apapun.Pelaksanaan operasi cipkon yang merupakan kepanjangan dari operasi cipta kondisi itu sendiri memang sudah menjadi kegiatan rutin yang wajib di tingkatkan oleh pihak kepolisian, dan biasanya dilaksanakan setiap akhir pekan dengan melibatkan personil dari berbagai fungsi.Namun mengingat moment perga
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments