Share

Janda Kembang Milik Polisi Perjaka
Janda Kembang Milik Polisi Perjaka
Penulis: Lidia Rahmat

1. Pertama Bertemu

"Ini sudah masuk kategori penganiayaan berat. Jadi, jika kasus ini diteruskan, maka suami ibu bisa kena pasal ..."

"Saya tidak berniat meneruskan."

"Apaa ...?"

"Bebaskan saja suami saya, agar saya juga bisa segera pulang ke rumah. Pekerjaan di rumah sudah menumpuk, lagian sekarang saya juga sedang tidak enak badan ..."

Hening.

"Bapak tidak dengar apa yang saya katakan?"

Beno, pria muda yang berada dalam keadaan duduk itu terlihat semakin bimbang, mendapati kebulatan tekad Senja, wanita dihadapannya, yang baru saja mengeja keinginannya dengan nada yang lirih namun penuh ketegasan didalamnya.

"Mohon dipahami keinginan saya, Pak."

"Tapi, Ibu Senja ..."

"Apapun yang terjadi, saya akan tetap pada pendirian saya untuk tidak mempermasalahkan apapun yang menimpa saya saat ini. Saya tidak mau mengumbar aib rumah tangga, dan atas nama para tetangga yang sudah melaporkan semua keributan ini, saya juga minta maaf. Saya tau semua yang terjadi telah banyak menyusahkan pak polisi, tapi saya juga sangat berharap, kedepannya bapak begitupun juga dengan rekan-rekan bapak yang lain tidak perlu repot-repot mengurusi urusan rumah tangga saya lagi ..."

Beno terlihat menggaruk kepalanya yang tiba-tiba terasa gatal mendadak, belum juga memutuskan harus berkata apa manakala dihadapannya, Senja kembali berucap sedemikian datar.

"Tolong lepaskan suami saya sekarang juga, Pak Polisi. Saya mohon, masalah ini tidak perlu lagi diperpanjang, dan suami saya tidak perlu ditahan seperti ini ..."

Mendengar pembicaraan yang cukup alot tersebut, Tria yang pada awalnya hendak berjalan menuju keruangannya dengan melewati ruang SPK alias Sentra Pelayanan Kepolisian, yang harus ia lewati terlebih dahulu karena letak ruangannya yang memang paling depan sontak mengurungkan langkah.

Pembicaraan yang sedang terjadi didalam ruang SPK itu mau tak mau sukses mencuri perhatian Tria, sehingga tanpa sadar ia telah berdiri tegak di depan pintu ruangan tersebut, sambil diam-diam menyimak dan mengawasi pembicaraan yang sedang berlangsung antara seorang anggotanya, dengan seorang wanita yang terlihat mengenakan outfit berupa gamis biru tua, lengkap dengan hijabnya yang berwarna nyaris senada.

Sejenak alis Tria berkerut nyata, begitu sadar bahwa sekalipun melihatnya dari samping karena posisi duduknya yang terlihat agak menyamping jika dilihat dari pintu tempat Tria berdiri saat ini, namun Tria tetap saja bisa menyadari kondisi wajah wanita itu yang penuh lebam.

'Sudah aku duga, pasti KDRT ...'

Dugaan kasus kekerasan dalam rumah tangga refleks menyeruak di otak Tria, karena kondisi seperti itu memang sudah begitu sering ia lihat menimpa kaum wanita pada umumnya, yang entah kenapa begitu bodoh sehingga bisa-bisanya salah memilih teman hidup mereka tanpa mempelajari terlebih dahulu latar belakang, sifat, serta karakter para calon pasangan hidup mereka kelak.

'Apakah cinta se-dungu itu ...?'

'Aneh ...!'

'Bagaimana mungkin ada sekian banyak wanita yang harus terjebak dalam hubungan toxic yang begitu mengerikan ...?'

'Lalu bagaimana bisa seorang laki-laki tega berlaku sekasar itu, kepada wanita yang notabene merupakan istrinya sendiri?'

'Istri yang telah ia pilih untuk menemani hidupnya, dan sudah seharusnya menjadi ratu dihatinya.'

'Laki-laki seperti itu pastilah bukan laki-laki sejati, karena hanya laki-laki pengecut yang mampu memukul seorang wanita yang sudah jelas-jelas bukanlah lawan tandingnya yang sepadan.'

Benak Tria dipenuhi berbagai kalimat, yang sejauh ini selalu membuatnya tak habis pikir dengan konsep terjadinya kekerasan dalam rumah tangga.

"Maaf jika saya lancang, Bu, tapi yang ibu alami saat ini sungguh sudah sangat keterlaluan. Yang ibu alami ini bahkan sudah terjadi berkali-kali ..."

"Sekali lagi maaf, Pak, tapi sedari awal kan sudah saya tegaskan bahwa saya tidak ingin mempermasalahkan apapun, karena saya tidak mau berurusan dengan polisi."

"Iya, Bu, saya mengerti. Tapi masalahnya sekarang adalah keselamatan dan nyawa ibu sendiri sedang dipertaruhkan di sini ..."

"Pak Polisi, harus berapa kali sih saya katakan bahwa ini masalah intern rumah tangga, yang sudah seharusnya tidak boleh dicampuri oleh pihak manapun. Dosa besar jika saya membeberkan aib rumah tangga saya sehingga bisa di konsumsi dan menjadi urusan orang luar ..."

Wanita berhijab dengan wajah lebam itu terlihat menatap polisi muda dihadapannya dengan tatapan lurus tanpa sedikitpun senyuman, seolah-olah ia dengan sengaja ingin menunjukkan sikap tegas plus keras kepalanya.

Sementara itu, menerima sikap keukeuh yang dibarengi kalimat penuh bantahan dari Senja, Beno sang polisi muda lagi-lagi dibuat nge-lag untuk beberapa saat lamanya.

Sudah pasti pemikiran Beno tak jauh berbeda dengan Tria, yang hingga detik ini masih setia mengawasi adu argumen tersebut dari bingkai pintu.

Memang sangat disayangkan sikap lembek yang diambil pihak korban saat ini, yang menolak mentah-mentah untuk memberikan efek jera kepada suami jahat yang ringan tangan!

"Ada apa, Ben?" tanya Tria seolah sengaja mengurai ketegangan sambil melangkahkan kakinya kedalam ruangan.

Pada akhirnya Tria memutuskan untuk membuka suara guna memecah keheningan yang terasa kaku, begitu mendapati wajah Beno yang masih betah bengong di kursinya sendiri.

Tak menyangka dengan kehadiran Tria, baik Beno maupun Senja sama-sama terkejut dibuatnya.

Beno bahkan langsung tersentak bangkit dari duduknya, begitu menyadari siapa gerangan sosok tinggi tegap yang datang menyapa.

"Oh, begini, Ndan. Beberapa saat yang lalu kami menerima laporan bahwa telah terjadi kasus kdrt yang menimpa ibu ini ..."

"Pelakunya sudah diamankan?"

"Siap, Ndan. Pak Yusuf Akhyar langsung kami amankan dari tkp saat itu juga, sekarang beliau berada didalam sel tahanan ..."

Kepala Tria mengangguk beberapa kali menerima laporan singkat Beno.

"Pak Komandan, bisakah saya bicara?"

Suara Senja tiba-tiba menyeruak diantara pembicaraan tersebut, sanggup membuat kepala Tria dan Beno sama-sama berpaling kearah yang sama.

"Ada yang bisa saya bantu, Bu?" tanya Tria ramah, sambil membalikkan tubuhnya sehingga menghadap penuh kearah Senja.

Diam-diam Tria merasa aneh mendapati dirinya sedikit mengu lum senyuman, manakala panggilan 'Pak Komandan' tersebut seolah menggelitik aneh indera pendengarannya.

Senja mengangguk cepat, karena ia yakin jika pria gagah dan berkharisma yang ada dihadapannya pastilah memiliki pangkat yang lebih tinggi dari anggota polisi sebelumnya.

Tentu saja karena semua itu bahkan terlihat jelas dari sikap polisi sebelumnya yang begitu takjim saat ia bicara dengan sosok yang baru saja tiba itu.

"Begini Pak Komandan, sebenarnya tidak ada masalah serius, karena yang terjadi hanya persoalan intern rumah tangga biasa antara saya dan suami saya. Saya bahkan sudah menegaskan berkali-kali bahwa saya tidak apa-apa, karena hal seperti ini lumrah terjadi pada pasangan suami istri saat berselisih paham. Hanya saja, tetangga-tetangga saya selalu merasa khawatir berlebihan atau bisa jadi mereka merasa ikut terganggu dengan pertengkaran kami, sehingga mereka kerap melapor ke pihak polisi setiap kali kami cek-cok ..."

To be continued.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status