"Ini sudah masuk kategori penganiayaan berat. Jadi, jika kasus ini diteruskan, maka suami ibu bisa kena pasal ..."
"Saya tidak berniat meneruskan.""Apaa ...?""Bebaskan saja suami saya, agar saya juga bisa segera pulang ke rumah. Pekerjaan di rumah sudah menumpuk, lagian sekarang saya juga sedang tidak enak badan ..."Hening."Bapak tidak dengar apa yang saya katakan?"Beno, pria muda yang berada dalam keadaan duduk itu terlihat semakin bimbang, mendapati kebulatan tekad Senja, wanita dihadapannya, yang baru saja mengeja keinginannya dengan nada yang lirih namun penuh ketegasan didalamnya."Mohon dipahami keinginan saya, Pak.""Tapi, Ibu Senja ...""Apapun yang terjadi, saya akan tetap pada pendirian saya untuk tidak mempermasalahkan apapun yang menimpa saya saat ini. Saya tidak mau mengumbar aib rumah tangga, dan atas nama para tetangga yang sudah melaporkan semua keributan ini, saya juga minta maaf. Saya tau semua yang terjadi telah banyak menyusahkan pak polisi, tapi saya juga sangat berharap, kedepannya bapak begitupun juga dengan rekan-rekan bapak yang lain tidak perlu repot-repot mengurusi urusan rumah tangga saya lagi ..."Beno terlihat menggaruk kepalanya yang tiba-tiba terasa gatal mendadak, belum juga memutuskan harus berkata apa manakala dihadapannya, Senja kembali berucap sedemikian datar."Tolong lepaskan suami saya sekarang juga, Pak Polisi. Saya mohon, masalah ini tidak perlu lagi diperpanjang, dan suami saya tidak perlu ditahan seperti ini ..."Mendengar pembicaraan yang cukup alot tersebut, Tria yang pada awalnya hendak berjalan menuju keruangannya dengan melewati ruang SPK alias Sentra Pelayanan Kepolisian, yang harus ia lewati terlebih dahulu karena letak ruangannya yang memang paling depan sontak mengurungkan langkah.Pembicaraan yang sedang terjadi didalam ruang SPK itu mau tak mau sukses mencuri perhatian Tria, sehingga tanpa sadar ia telah berdiri tegak di depan pintu ruangan tersebut, sambil diam-diam menyimak dan mengawasi pembicaraan yang sedang berlangsung antara seorang anggotanya, dengan seorang wanita yang terlihat mengenakan outfit berupa gamis biru tua, lengkap dengan hijabnya yang berwarna nyaris senada.Sejenak alis Tria berkerut nyata, begitu sadar bahwa sekalipun melihatnya dari samping karena posisi duduknya yang terlihat agak menyamping jika dilihat dari pintu tempat Tria berdiri saat ini, namun Tria tetap saja bisa menyadari kondisi wajah wanita itu yang penuh lebam.'Sudah aku duga, pasti KDRT ...'Dugaan kasus kekerasan dalam rumah tangga refleks menyeruak di otak Tria, karena kondisi seperti itu memang sudah begitu sering ia lihat menimpa kaum wanita pada umumnya, yang entah kenapa begitu bodoh sehingga bisa-bisanya salah memilih teman hidup mereka tanpa mempelajari terlebih dahulu latar belakang, sifat, serta karakter para calon pasangan hidup mereka kelak.'Apakah cinta se-dungu itu ...?''Aneh ...!''Bagaimana mungkin ada sekian banyak wanita yang harus terjebak dalam hubungan toxic yang begitu mengerikan ...?''Lalu bagaimana bisa seorang laki-laki tega berlaku sekasar itu, kepada wanita yang notabene merupakan istrinya sendiri?''Istri yang telah ia pilih untuk menemani hidupnya, dan sudah seharusnya menjadi ratu dihatinya.''Laki-laki seperti itu pastilah bukan laki-laki sejati, karena hanya laki-laki pengecut yang mampu memukul seorang wanita yang sudah jelas-jelas bukanlah lawan tandingnya yang sepadan.'Benak Tria dipenuhi berbagai kalimat, yang sejauh ini selalu membuatnya tak habis pikir dengan konsep terjadinya kekerasan dalam rumah tangga."Maaf jika saya lancang, Bu, tapi yang ibu alami saat ini sungguh sudah sangat keterlaluan. Yang ibu alami ini bahkan sudah terjadi berkali-kali ...""Sekali lagi maaf, Pak, tapi sedari awal kan sudah saya tegaskan bahwa saya tidak ingin mempermasalahkan apapun, karena saya tidak mau berurusan dengan polisi.""Iya, Bu, saya mengerti. Tapi masalahnya sekarang adalah keselamatan dan nyawa ibu sendiri sedang dipertaruhkan di sini ...""Pak Polisi, harus berapa kali sih saya katakan bahwa ini masalah intern rumah tangga, yang sudah seharusnya tidak boleh dicampuri oleh pihak manapun. Dosa besar jika saya membeberkan aib rumah tangga saya sehingga bisa di konsumsi dan menjadi urusan orang luar ..."Wanita berhijab dengan wajah lebam itu terlihat menatap polisi muda dihadapannya dengan tatapan lurus tanpa sedikitpun senyuman, seolah-olah ia dengan sengaja ingin menunjukkan sikap tegas plus keras kepalanya.Sementara itu, menerima sikap keukeuh yang dibarengi kalimat penuh bantahan dari Senja, Beno sang polisi muda lagi-lagi dibuat nge-lag untuk beberapa saat lamanya.Sudah pasti pemikiran Beno tak jauh berbeda dengan Tria, yang hingga detik ini masih setia mengawasi adu argumen tersebut dari bingkai pintu.Memang sangat disayangkan sikap lembek yang diambil pihak korban saat ini, yang menolak mentah-mentah untuk memberikan efek jera kepada suami jahat yang ringan tangan!"Ada apa, Ben?" tanya Tria seolah sengaja mengurai ketegangan sambil melangkahkan kakinya kedalam ruangan.Pada akhirnya Tria memutuskan untuk membuka suara guna memecah keheningan yang terasa kaku, begitu mendapati wajah Beno yang masih betah bengong di kursinya sendiri.Tak menyangka dengan kehadiran Tria, baik Beno maupun Senja sama-sama terkejut dibuatnya.Beno bahkan langsung tersentak bangkit dari duduknya, begitu menyadari siapa gerangan sosok tinggi tegap yang datang menyapa."Oh, begini, Ndan. Beberapa saat yang lalu kami menerima laporan bahwa telah terjadi kasus kdrt yang menimpa ibu ini ...""Pelakunya sudah diamankan?""Siap, Ndan. Pak Yusuf Akhyar langsung kami amankan dari tkp saat itu juga, sekarang beliau berada didalam sel tahanan ..."Kepala Tria mengangguk beberapa kali menerima laporan singkat Beno."Pak Komandan, bisakah saya bicara?"Suara Senja tiba-tiba menyeruak diantara pembicaraan tersebut, sanggup membuat kepala Tria dan Beno sama-sama berpaling kearah yang sama."Ada yang bisa saya bantu, Bu?" tanya Tria ramah, sambil membalikkan tubuhnya sehingga menghadap penuh kearah Senja.Diam-diam Tria merasa aneh mendapati dirinya sedikit mengu lum senyuman, manakala panggilan 'Pak Komandan' tersebut seolah menggelitik aneh indera pendengarannya.Senja mengangguk cepat, karena ia yakin jika pria gagah dan berkharisma yang ada dihadapannya pastilah memiliki pangkat yang lebih tinggi dari anggota polisi sebelumnya.Tentu saja karena semua itu bahkan terlihat jelas dari sikap polisi sebelumnya yang begitu takjim saat ia bicara dengan sosok yang baru saja tiba itu."Begini Pak Komandan, sebenarnya tidak ada masalah serius, karena yang terjadi hanya persoalan intern rumah tangga biasa antara saya dan suami saya. Saya bahkan sudah menegaskan berkali-kali bahwa saya tidak apa-apa, karena hal seperti ini lumrah terjadi pada pasangan suami istri saat berselisih paham. Hanya saja, tetangga-tetangga saya selalu merasa khawatir berlebihan atau bisa jadi mereka merasa ikut terganggu dengan pertengkaran kami, sehingga mereka kerap melapor ke pihak polisi setiap kali kami cek-cok ..."To be continued.Menanggapi penjelasan yang cukup panjang lebar tersebut, Tria menatap Senja dalam-dalam.Sepintas nada suara Senja bahkan terkesan sedikit kesal atas laporan para tetangga, padahal dengan begitu banyak bagian wajahnya yang membiru itulah yang pastinya telah menguatkan tekad para tetangga untuk berinisiatif melaporkan kejadian penganiayaan suaminya kepada pihak yang berwajib.Tria sungguh tak habis pikir dengan jalan pikiran wanita dihadapannya.Padahal sudah jelas-jelas semua yang dilakukan para tetangga merupakan bentuk kepedulian mereka. Sayangnya, orang yang dikhawatirkan justru tidak bisa melihat niat baik orang lain terhadap dirinya, bahkan terkesan tidak tau cara menyayangi dirinya sendiri."Lagian, laporan atas suami saya juga sudah dicabut, Pak."Nada suara datar milik Senja seolah membuyarkan berbagai pemikiran Tria yang berkecamuk didalam benak, di saat sepasang mata elangnya terus terpatri pada seraut wajah mungil yang terbingkai hijab dengan begitu apik.Wanita itu bahkan
Ketiga orang tamu itu diantaranya adalah sepasang suami-istri lanjut usia yang pada beberapa bulan yang lalu telah diselamatkan oleh Andita dari insiden kebakaran pasar.Keduanya tak hanya datang berdua, melainkan dengan seorang pria paruh baya lainnya yang berpenampilan necis.Belakangan baru diketahui bahwa ternyata pria itu adalah seorang pengacara yang sengaja didatangkan sepasang suami-istri tersebut, dalam rangka kepengurusan seluruh berkas transaksi hibah atas kepemilikan sebidang tanah beserta bangunan lapak kecil mereka yang berlokasi di pasar tradisional yang baru saja selesai di renovasi kepada Satya.Sepasang suami istri itu telah memutuskan untuk hijrah dari kota kecil mereka dan pindah bersama anak-anak mereka yang telah sukses di kota besar.Keduanya pun memutuskan untuk menyerahkan kepemilikan kios mereka kepada Satya, sebagai bentuk ucapan terima kasih sekaligus ungkapan rasa penyesalan tak terhingga atas kehilangan Andita untuk selama-lamanya, yang telah rela bertaru
Tidak selevel.Iya, tentu saja.Pada kenyataannya Pelangi Senja hanyalah seorang gadis biasa lulusan SMA.Sehari-harinya aktifitas Senja hanya berjualan sandal di sebuah lapak kecil yang ada di pasar tradisional.Rasanya wajar jika kedua orang tua Yusuf Akhyar yang terkenal memiliki sikap angkuh, arogan dan tinggi hati itu tidak bisa begitu saja menerima sosok Senja, yang dimata mereka bukanlah siapa-siapa.Tapi lagi-lagi karena semua itu merupakan keinginan Yusuf sang anak semata wayang, maka kedua orang tua Yusuf pun tak kuasa berlama-lama menentang.Singkat cerita, mengingat keberadaan Senja sendiri yang merupakan anak yatim piatu, juga sebatang kara tanpa sanak saudara, maka sebuah lamaran resmi pun akhirnya dilakukan oleh keluarga besar Akhyar, untuk seorang Pelangi Senja yang kala itu hanya diwakili oleh keluarga Ustadz Ibrahim dan beberapa orang tetangga terdekat.Tanpa berlama-lama kemudian Senja pun berhasil dipersunting, oleh seorang Yusuf Akhyar.Saat itu Senja merasa sanga
Lirih pertanyaan Senja terdengar mencuat lemah, padahal selama ini mulutnya selalu terkunci rapat."Masih bertanya?" tantang Yusuf sembari tersenyum sinis, terlihat bahagia menyadari bahwa kali ini Senja mulai terpancing untuk menanggapi kegilaannya yang selalu."Katakan apa kekuranganku, Kak. Kalo memang aku yang salah, aku berjanji aku akan berusaha sekuat tenaga untuk memperbaiki ...""Banyaaaaak. Mana mampu kamu perbaiki semuanya?"Tatapan mengejek Yusuf jelas terlihat, saat menatap Senja dari atas sana dengan tatapan mata yang menyayat luka.Senja memilih untuk benar-benar mencabut soket listrik terlebih dahulu, yang semula menghubungkan aliran listrik dengan setrika yang tak lagi berminat ia sentuh, kemudian ia berdiri tegak sembari berusaha menentang kilau mata sang suami yang entah kenapa begitu cepat berubah seolah tak bisa ia kenali lagi."Banyak ...?" ulang Senja."Ya, banyak. Saking banyaknya aku malah kesulitan mencari di mana letak kelebihanmu sampai-sampai dulu aku bisa
Satriadi Narajendra, yang kerap disapa Tria, berasal dari keluarga terpandang, dan sejak kecil selalu menjadi anak yang berprestasi.Cita-cita Tria sejak dini adalah menjadi seorang Aparat Penegak Hukum, mengikuti jejak sang ayah yang saat ini mulai memasuki masa purna bakti.Sepertinya bagi Tria bukanlah hal yang sulit untuk mewujudkan cita-citanya menjadi seorang Perwira Polisi, karena selain pintar dan memiliki jasmani sehat yang membuat Tria menjadi salah satu lulusan terbaik di Akademi Kepolisian, latar belakang ayah Tria yang seorang Jenderal bintang dua tentu saja cukup berpengaruh pada jenjang pendidikannya.Dalam kehidupan percintaan, sudah pasti Tria juga digilai banyak wanita.Namun dibalik sejuta kelebihannya, ternyata Tria merupakan sosok laki-laki yang benar-benar setia.Sungguh pria idaman, bukan?Yah, tentu saja.Betapa beruntungnya seorang gadis yang bisa memenangkan hati pria seperti Tria, dan gadis beruntung itu adalah Calista, pujaan hati Tria yang cantik dan begit
"Nak, anggaplah semua ini merupakan bagian dari proses kehidupan yang harus kamu jalani. Ayah percaya, akan ada hikmah indah yang sedang menanti didepan sana, hanya saja kamu harus kuat, sabar, ikhlas serta tawakal dalam menjalani semua prosesnya terlebih dahulu. Satu hal yang harus kamu ingat, Tria, anakku, tak peduli apapun yang terjadi, ayah akan selalu bangga padamu!"Kalimat sang ayah terucap tidak hanya sekedar panjang lebar, melainkan begitu teduh dan menenangkan bathin.Pelukan hangat pada tubuh tinggi Tria juga berpengaruh besar dalam mendinginkan bara di hati.Sesaat kemudian, pria paruh baya itu harus rela melepas kepergian putra kebanggaannya di pintu terminal keberangkatan bandara Soekarno-Hatta.Yah, apa mau dikata.Sepertinya atas campur tangan ayah Arka yang memegang tampuk tertinggi di divisi propam, pada akhirnya sangsi demosi yang diterima Tria tak tanggung-tanggung.Tria harus menerima kenyataan bahwa dirinya kini dipindahtugaskan ke Polres Talaud, sebuah Polres ya
"Perlu bantuan, Komandan?"Tria tersentak untuk yang kedua kalinya."Egh, apa? Akh ... I-iya ..."Dengan nada suara yang tergeragap, Tria buru-buru mengangkat wajahnya yang baru saja mengalami keterpukauan hebat, manakala suara anak buahnya yang satu lagi berhasil mengusik kesenangannya dalam mengamati keindahan nyata yang merupakan ciptaan Sang Maha Kuasa, yang tadinya seolah tertutupi oleh kabut tebal sehingga Tria baru menyadarinya sekarang."Sebaiknya dibawa ke puskesmas terdekat apa gimana, Ndan?" saran polisi itu lagi."Iya, iya, udah bener saran kamu. Daripada kenapa-napa, mending dibawa ke puskesmas ...""Siap, Ndan!""Tolong siapin mobilnya aja, biar saya sendiri yang akan bawa ibu Senja ke puskesmas terdekat ..." desis Tria lagi sembari memberi perintah."Saya aja yang ambil mobilnya, Ndan ..." ungkap salah seorang anak buah Tria lainnya, berinisiatif."Ya udah, kalo begitu cepat siapkan mobilnya ..."Tanpa menunggu lebih lama, pria yang berucap barusan langsung bergegas men
"Nama ibu ini Pelangi Senja, dok, dan sesungguhnya ibu ini memang bisa dibilang bukan siapa-siapanya saya. Saya bahkan baru saja mengenalnya di kantor, dan memang benar dia baru saja mengalami KDRT. Tapi karena yang bersangkutan tidak berkeinginan sedikitpun untuk melaporkan pelaku yang tak lain merupakan suaminya sendiri apalagi sampai memperpanjang proses hukum dan bersedia menjalani visum, maka untuk saat ini kami hanya bisa menghargai keputusan yang bersangkutan terlebih dahulu. Perihal keputusan saya yang berinisiatif untuk membawanya ke Puskesmas ini, karena tadi ia sempat pingsan, sesaat setelah hendak meninggalkan Polsek ..."Usai berbasa-basi yang terkesan begitu cepat akrab dalam sekejap, Tria pun berucap panjang lebar, berusaha menjelaskan kejadian yang menimpa Senja sehingga membuatnya mengambil keputusan untuk membawa wanita itu langsung ke Puskesmas terdekat."Oh, ternyata seperti itu ..." dokter Richard pun mengangguk-anggukkan kepalanya, menandakan dirinya cukup paham