Haura menatap tajam kepada lelaki muda yang berani masuk ke dalam ruangannya dan mengelus rambutnya saat dia tertidur, menurutnya Dean sangat lancang sekali kepada dirinya.
"Maaf, aku gak bermaksud kayak yang kaku pikirin kok! Aku cuma mau ngambil ini doang." Dean menunjukan plastik kecil kepada Haura.Haura tersipu, karena ternyata bekas jajanan yang dia makan tadi malah menempel di rambutnya, membuat dirinya malu sekali sekarang.Karena tingkahnya seperti seorang anak kecil, sampai bekas bungkus jajanan saja malah menempel di rambut."Maaf, ternyata aku salah paham," gumam Haura lirih."Iya, gak papa. Lagian aku udah biasa digituin kok, jadi tenang aja," ucap Dean menanggapi dengan tersenyum tipis.Haura menjadi merasa bersalah mendengar hal itu, dia tidak bermaksud melakukannya dengan sengaja. Dirinya hanya kaget mendapati seseorang yang masuk tanpa izin dan bahkan mengelus rambutnya, bukankah itu adalah hal wajar? Karena diaKali ini Dean menanggapi dengan santai, bahkan matanya tidak berkedip sama sekali mengatakan kebohongan kepada Haura, “Tadi baru aja diantar sama temanku, dia bilang karena kerusakannya gak parah jadi cepat selesai. Kamu ingatkan cowok yang menyebut kamu pacarnya Zean?” “Oh, dia! Aku ingat,” sahut Haura asal. Sebenarnya wanita itu tidak mengingat nama dari temannya Dean, dia hanya mengingat rupa dari lelaki yang menyebutnya pacar seseorang tidak dikenal olehnya sendiri. Itu pun Haura mengingat lantaran merasa kesal dengan temannya Dean tersebut, datang-datang sudah mengooceh panjang lebar membuat kepalanya menjadi pusing saja. “Nah dia yang nganterin mobil ini, kebetulan pemilik bengkel ini omnya dia. Udahlah, kita gak usah bahas dia, nanti malah kemalaman.” Dean membukakan pintu untuk Haura. Dean ingin melakukan sesuatu hal yang akan membuat wanita cantik berada di sebelahnya ini akan terkesan dengan dirinya, jadi dia sengaja membukakan pintu seperti kepada wanita lain yang dia d
Haura memandang Dean, lelaki itu malah bersikap biasa saja saat ada seorang wanita cantik yang merangkul tangannya dengan mesra.Sedangkan Indra, lelaki itu malah menatap Dean dengan cemas, dia sangat gugup saat melihat wanita cantik itu mendekati Dean, padahal di samping temannya ada Haura."Siapa dia, Dean?" Wanita cantik itu menatap Haura, dia baru menyadari keberadaan wanita lain di samping Dean.Dean menoleh menatap Haura. "Tunggu sebentar di sini sama Indra, aku mau bicara sama Yirra dulu.""Baiklah," sahut Haura.Dean lalu beralih menatap Indra, dia mendekati temannya itu lalu berbisik di telinga Indra. "Tolong jagain Haura bentar, aku mau ngomong berdua sama Yirra.""Masa aku sih?" tanya Indra pelan.Indra tidak mau terlibat dengan urusan Dean, dia tidak mau kalau sampai harus menjadi pelampiasan para wanita yang mendekati temannya itu."Udah, jangan banyak nanya! Kalau kamu mau bantu aku, ntar aku traktir minuman apa pun yang kamu mau," bisik Dean pelan.Mendengar hal itu Ind
Kedua lelaki itu terkejut mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut Haura, karena terdengar seperti seseorang yang sudah sadar dari mabuk."Haura, apa yang Indra katakan itu bohong, jadi aku bisa jelasin semuanya ke kamu kalau misalkan kamu gak percaya sama aku." Dean menatap Haura dengan wajah memalas.Sedangkan Haura hanya tertunduk diam, wanita itu masih di papah oleh Indra. Membuat kedua lelaki itu semakin gelisah menunggu tanggapan apa yang keluar dari mulut janda cantik itu.Namun, sedari tadi menunggu malah tidak terdengar suara Haura sama sekali. Hanya terdengar suara napas wanita itu saja, karena sangat hening sekali sedari tadi."Eh, coba cek, Ndra!" perintah Dean yang merasa janggal."Gimana aku ngeceknya coba? Seharusnya kamu yang ngecek, udah tangan pegel dari tadi, ini disuruh ngecek lagi!" gerutu Indra.Dean menghela napas kasar, dia sedikit gugup disuruh untuk mengecek sendiri, tetapi Indra tentu saja tidak akan bisa dipaksa kalau sudah menolak. Kalau dia terus memak
Haura ingat betul kalau dirinya sering menaruh kunci di dalam tas, tetapi saat dirinya cari malah tidak menemukan kunci itu di sana. Jadi dia memilih untuk masuk ke dalam rumah, siapa tahu dia melupakan menaruh dan menaruh asal."Eh, kok masih enggak ada sih?" Haura menggaruk kepalanya. "apa jatuh di luar, ya?"Kali ini Haura memilih kembali mengelilingi setiap sudut rumah, sekaligus di halaman rumah dan di dalam mobil, intinya dia mencari setiap tempat yang kemungkinan dia kunjungi.Namun, tetap saja tidak menemukan kunci yang di cari, dia sekarang merasa pusing lantaran tidak menemukan kunci itu padahal hari sudah siang."Ke mana sih kuncinya?" Haura mengusap wajahnya kasar. "udahlah, aku kunci pagar depan aja!"Haura memilih menutup pintunya, lalu mengeluarkan mobil di dalam garasi dan tidak lupa mengunci pagar dengan gembok. Sebenarnya Haura terlalu malas untuk mengunci dengan gembok, karena harus memasukan tangan di dalam celah pagar
Haura dengan cepat menoleh ke asal suara itu, ternyata ada Lilis yang mendekatinya seorang diri sambil menatapnya dengan tatapan mengejek, Haura bingung ke mana mantan pembantunya itu menyembunyikan lelaki yang dia lihat tadi. “Kamu terlalu gatal, ya? Jadi enggak tahan lagi sampai mau main di toko baju punya orang,” ejek Lilis sambil tertawa kecil. “Aku enggak ngelakuin seperti yang kamu maksud, jadi jangan nuduh aku macam-macam!” hardik Haura tidak terima. “Ngaku aja kali! Ngapain lagi cewek sama cowok di tepat sepi kayak gini dengan posisi yang jelas banget mau ....” Lilis kembali tertawa kecil, dia sangat menikmati sekali mengejek Haura. Haura memang bersembunyi tepat di bagian toko yang sepi, dia memilih di sana karena takut membuat orang dan Lilis mencurigai dirinya, lantas dia akan ketahuan kalau sedang membuntuti mantan pembantunya itu. Namun, ternyata malah menjadi seperti ini, sekarang Haura dituduh melakukan hal tidak baik oleh Lilis
“Jelas lah gak sakit! Orang aku megangin kamu kok, biar enggak jatuh!” Perkataan Dean membuat Haura membuka matanya, dia melihat wajah lelaki muda itu sangat dekat sehingga membuat wajahnya menjadi bersemu merah.Posisinya sekarang tengah dirangkul oleh Dean dengan sebelah tangan di bagian pinggang, lelaki itu menangkapnya sebelum jatuh. “Betah amat aku pegangin,” ucap Dean tersenyum menyeringai. “Siapa juga betah? Aku masih kaget tahu!” Haura segera mendorong kasar Dean untuk menjauh darinya. “siapa sih yang buang kulit pisang sembarangan kayak gini? Kalau aku beneran jatuh, gimana?!” gerutu Haura sambil memungut kulit pisang itu, lalu membuangnya ke dalam tempat sampah. Dean hanya tersenyum dengan memperlihatkan barisan giginya yang putih. ‘Aku enggak tahu dia bakalan nginjak kulit pisang bekasku itu, tapi lumayan berguna juga buat rangkul pinggang dia,’ batin Dean senang, dia tertawa kecil melihat Haura salah tingkah.
"Udah!"Perkataan Dean membuat Yirra membuka matanya perlahan, dia menatap lelaki itu dengan tatapan bingung."Aku kira kamu mau ...." Yirra tidak meneruskan kalimatnya karena malu."Mau apa?" tanya Dean sengaja ingin menggoda Yirra."Em, e-enggak papa kok!" sahut Yirra gugup.Wajah Yirra sekarang memerah seperti tomat, wanita itu memang sangat menginginkan Dean melebihi apa pun. Walau dirinya sedang menjalin hubungan dengan lelaki lain, tetapi Yirra tetap menyukai Dean melebihi kekasihnya."Kamu kira aku mau melakukan sesuatu ke kamu?" Dean menaikan satu alisnya, sekarang lelaki itu sedang memancing Yirra untuk mengatakan lebih dulu."I-iya." Yirra memalingkan wajahnya.Dean tertawa kecil, dia memperlihatkan daun yang berada di rambutnya Yirra. Lelaki itu tadi mendekat bukan bermaksud buruk, dia hanya ingin membersihkan daun kering yang menempel di rambut Yirra."Eh, sejak kapan daun itu ada?" Yirra membersihkan rambutnya, takut kalau lebih dari satu."Enggak tahu! Mungkin tadi kamu
"Kalian bawa Yirra keluar dari sini, aku mau berikan pelajaran dulu sama cowok brengsek ini!" Jeffry melemparkan kunci kepada kedua temannya yang baru datang."Jeffry, jangan kayak gini!" teriak Yirra sambil memegangi tangan kekasihnya.Sayangnya Yirra kalah dengan tenaga lelaki yang sedang memeganginya. Dia ditarik paksa untuk masuk ke dalam mobil, seperti yang diperintahkan oleh Jeffry tadi.Sedangkan Jeffry, dia masih menatap tajam kepada lelaki yang sedang memandangnya dengan tatapan remeh."Padahal banyak banget cewek lain di sini, tapi kenapa kamu embat cewek aku sih?!" tanya Jeffry dengan penuh amarah."Cewek kamu kok yang mancing aku duluan, sebagai cowok yang normal, wajar dong kalau aku layani!" Dean berkata dengan wajah yang sangat menyebalkan bagi Jeffry.Jeffry pun tanpa sadar melayangkan bogem mentah kepada lelaki yang tidak tahu diri di depannya ini."Sialan! Kamu malah main kasar rupanya, baik akan aku layani!" Dean meregangkan otot-otot tangannya.Dean segera membalas