Haura ditalak oleh sang suami karena dituduh mandul. Ia pun pindah ke tempat baru. Namun, siapa sangka perempuan itu justru bertemu Dean, brondong kaya yang terobesi padanya?! Dia bahkan tidak segan untuk melakukan hal tidak baik untuk mengikat Haura untuk tetap berada di sisinya! Lantas, akankah Haura akan menjadi milik Dean?
View More"Lebih baik kamu pergi saja dari sini! Buat apa punya istri cantik, tapi gak bisa ngasih keturunan!" Seorang lelaki melemparkan koper istrinya ke halaman.
"Yang, tolong jangan kayak gini! Ingat rumah tangga kita sudah berjalan hampir enam tahun lamanya." Istri dari lelaki tersebut terduduk di lantai rumah yang selama ini menjadi saksi bisu atas manisnya rumah tangga mereka.Hanya saja sekarang rumah tangga ini harus hancur, lantaran selingkuhan suaminya hamil dan dia tidak kunjung mengandung sampai sekarang. Dia dituduh mandul oleh suami berserta pelakor."Usir sama cerain aja, Yang! Aku gak mau dimadu, lebih baik aku gugurin aja anakmu ini!" selingkuhan lelaki tersebut mengancam dengan melirik sinis kepada istri sahnya."Jangan dong, Sayang! Aku sudah sangat lama nunggu kehadiran bayi kecil di rumah ini." Lelaki itu mengecup selingkuhannya di depan wanita yang masih berstatus istri sahnya, tanpa memikirkan perasaaan sang istri. "Haura Nafisah binti Wibowo Nugroho aku talak kamu! Sekarang kamu bukan istriku lagi! Aku bebaskan kamu dari rumah tangga ini, jadi kamu bisa pergi dari sini sekarang juga!" usir Niko, suami dari Haura."Kalau kamu usir aku, aku harus ke mana lagi? Kamu tahu 'kan aku hanya sebatang kara?" Haura menggigit bibir bawahnya, dia bingung mau ke mana setelah ini.Niko melemparkan ATM berserta beberapa barang yang lain untuk Haura mantan istrinya itu bertahan hidup. "Ini, atas kompensasi kamu menemaniku dari nol! Aku tahu kamu gak akan bisa hidup tanpaku karena hanya lulusan SD, jadi aku berikan rumah sekaligus satu toko untuk kamu mencari uang!""Yang, kok kamu kasih dia itu sih?" selingkuhan Niko yang bernama Lilis, dia merasa tidak terima harta milik ayah di rahimnya diberikan kepada mantan istri Niko tersebut."Biarlah, Sayang! Lagi pula dia sudah menemaniku dari nol, anggaplah itu bayaran atas dia mau menemaniku selama ini. Lagi pula, hartaku masih banyak buat calon anak kita ini." NIko mengelus perut Lilis yang masih rata."Yasudah. Kali ini aku maafkan, kalau gitu kita masuk saja ke dalam." LIlis merangkul mesra lelaki yang akan menjadi suaminya ini dalam waktu dekat. "makanya, jadi cewek jangan mandul!" Lilis masuk ke dalam rumah lalu mengunci pintu.Sedangkan Haura, dia masih duduk di halaman rumah yang susah payah dia bangun bersama dengan sang suami dulu, walau dia mendapatkan rumah pengganti tetapi tetap saja perasaannya menjadi sangat sedih sekali.Haura memilih memungut semua barang yang dilemparkan Niko, lalu memasukannya ke dalam mobil yang tentu saja adalah miliknya. Dia menyeka air mata yang tersisa di wajahnya, lalu mulai menyalakan mobil untuk melaju menuju rumah baru yang akan dia diami untuk sekarang dan ke depannya.Jujur, sekarang dirinya sangat kecewa sekali atas sikap suaminya yang menghianati dirinya, padahal dia mengorbankan semua dan terus bersama disaat lelaki itu susah. Namun, saat Niko sudah berada di atas, lelaki itu malah berselingkuh dengan pembantu mereka sendiri, betapa sakit sekali hati Haura. Apalagi kedua orang itu malah sempat-sempatnya mengejek dirinya mandul, padahal tidak ada bukti sama sekali."Aku gak nyangka kalau kamu akan menghianatiku seperti ini!" Haura memukul dasbor mobilnya dengan kuat.Dia terus melaju sampai tidak sadar sudah sampai di rumah baru yang akan dirinya tempati, wanita itu menurunkan semua barangnya sebelum membuka kunci. Lalu beranjak masuk sambil menatap ke setiap sudut rumah.*Haura sudah membersihkan dan merapikan barangnya, wanita itu merasa sangat lapar sekali lalu memilih untuk membeli makanan di sekitar sini. Dia memilih berjalan kaki saja, karena ingin menghirup udara segar sambil menjernihkan pikiran yang terasa sangat kusut sekali.Bruk!"Maaf, aku gak sengaja!" Haura meminta maaf kepada seseorang yang dia tabrak, tanpa melihat siapa gerangan orang tersebut."Kalau jalan, pakai mata dong!" terdengar suara sangat ketus sekali, membuat emosi Haura menjadi tersulut."Aku udah minta maaf, ya, jadi gak usah berkata kasar kayak gitu!" Haura mendongakkan kepalanya, ternyata yang dia tabrak adalah seorang lelaki tampan.Lelaki tampan itu menurunkan kacamatanya, mereka pun saling pandang sebentar karena sama-sama saling terpesona akan penampilan masing-masing."Maaf, aku kira siapa yang nabrak," lelaki itu mulai berkata dengan suara lembut."Gak papa! Lagian salah aku juga jalan gak pakai mata," ucap Haura yang mulai tidak terbawa emosi lagi."Penghuni baru, ya? Kenalin nama aku Dean Adirta." Lelaki yang bernama Dean itu mulai mengulurkan tangan kepada Haura."Haura." Haura membalas uluran tangan lelaki itu.“Kamu cantik banget,” gumam Dean.“Aku mau sibuk, sudah dulu, ya.” Haura langsung berjalan pergi meninggalkan lelaki itu.Dia tidak terlalu nyaman dengan lelaki lain karena baru saja diceraikan oleh suaminya secara lisan, perceraian mereka belum ‘lah sah secara hukum. Apalagi Dean lebih muda darinya dan terlihat seperti lelaki buaya, lihat saja tadi Dean itu sudah memujinya padahal mereka baru saja bertemu.*Setelah membeli makan, Haura memilih langsung pulang saja ke rumahnya, wanita itu akan membeli semua kebutuhan dapur besok saja, saat dia tidak lagi lelah dan tentunya suasana hatinya kembali membaik.“Wah, ada cewek cantik nih,” seseorang lelaki yang bertampang seperti preman mendekati Haura yang sedikit lagi sampai ke rumahnya.“Maaf, aku lagi buru-buru.” Haura mengacuhkan lelaki itu, dia merasa kalau lelaki tersebut berniat buruk kepadanya.“Aku lagi ngomong, kamu main pergi aja!” Lelaki itu mencekal tangan Haura, dia tersenyum sinis kepada wanita tersebut.“Lepasin gak, kalau gak aku teriak!”Mau tidak mau Haura keluar dari sana, " maaf ya maaf." wanita itu keluar dengan menangkupkan kedua tangannya.Lalu Haura berlari kecil menuju di mana tempat Elisa berada.Saat sampai di sana Elisa menatap aura dengan tatapan terkejut, membuat wanita itu menjadi risih dan menundukkan kepalanya."Enggak cocok, ya, Ma?" Haura bertanya dengan kepala menunduk, merasa gelisah karena takut tidak sesuai apa yang Elisa inginkan.Elisa tersenyum memandang Haura, " cantik kok menantu mama," pujinya."Emang bener? Tapi kenapa rasanya risih," tanya Haura sambil memperhatikan pakaian yang dipakai."Enggak cantik kok, masa sih mama bohong sama kamu?" Elisa mendekati Haura.Setelah setelah meyakinkan Haura kalau wanita itu cocok mengenakan pakaian berwarna merah muda tersebut, mereka pun memilih pergi ke salon bersama untuk melakukan perawatan.Selama hampir seharian penuh kedua wanita tersebut baru memilih pulang. Mereka memilih membeli makanan matang, lantaran merasa lelah bahagia di luar rumah."A
Rangga dan Elisa terkejut mendengar apa yang dikatakan oleh Dean, dengan cepat mengubah ekspresi wajah mereka kembali seperti biasa."Enggak masalah, semuanya bakalan baik-baik saja. Mama sama Papa bakal dukung apapun keputusan kalian." Elisa menggenggam jemari Haura dengan erat, memberikan kekuatan kepada sang menantu.Karena dia tahu betul perasaan Haura sekarang, sama seperti dirinya yang dulu mengetahui kalau kehamilannya sangat berisiko. Lantaran kandungan lemah, mungkin memang berbeda dengan kasus Haura. Namun tetap saja dirinya mengerti apa yang sekarang menantunya itu rasakan."Makasih, Mama dan Papa selalu dukung kami berdua." Haura membalas menggenggam erat jemari Elisa. " kalau begitu, gimana kalau kita pulang saja? Soalnya kan belum memasak buat makan pagi ini. Apalagi Papa sama Dean mau pergi bekerja," sambung Haura mengajak mereka semua untuk pulang."Mumpung udah di sini, gimana kalau kita makan di luar saja?" Elisa memandangi satu persatu ketiga orang yang berada di sam
Elisa sangat merasa bersalah melihat Haura yang terlihat sangat senang dia takut kalau semisalkan yang menanti itu tidak hamil sehingga dia mulai memikirkan kata yang tepat untuk mengatakan kepada Haura dengan pelan-pelan." Haura, coba kita periksa dulu ke rumah sakit. Biar tahu Hasilnya kayak gimana," Ucap Elisa dengan gelisah.Haura yang melihat Elisa gelisah membuat dia menganggukkan kepala. " Baiklah, Ma!""Kalau begitu memang bangun Papa dulu ya Sambil siap-siap kamu juga jangan lupa bangunin Dean supaya kita segera berangkat," ucap Elisa lalu pamit pergi ke kamar.Haura mengerti selalu segera menuju ke kamar untuk membangunkan sang suami, dia mengelus perutnya yang masih rata. Sambil terus berharap kalau di dalam perutnya itu ada bayi mungil yang bergerak-gerak di sana.Dengan penuh semangat Haura memilih membangunkan sang suami terlebih dahulu, dia mengguncangkan tubuh Dean perlahan." Dean, ayo bangun!" Haura mengguncangkan lagi tubuh dan secara perlahan." Ada apa, Haura? "
Tumpukan piring dan perkakas dapur yang kotor akibat Dean memasak di sana, belum lagi kompor terkena banyak noda. Sehingga membuat Haura jadi merasa terbakar, lantaran menahan amarah di dalam dada.Namun dirinya terpaksa menahan itu, lantaran ada kedua mertua sedang berada di sini, tidak ingin menunjukkan pertengkaran kepada Elisa dan Rangga. Haura pun memilih untuk menghembuskan napas secara perlahan, beeharap perasaan marah di dalam dada hilang."Dean, kamu seharusnya enggak usah masak. Bangunin aku aja kalau lapar," ucap Haura dengan menahan perasaan marah di dalam dada."Kamu kan lagi sakit, masa aku suruh masak?" Dean menatap bingung kepada Haura, merasa heran kepada wanita itu."Iya, benar kata Dean. Masa kamu lagi sakit disuruh masak, seharusnya Dean beli aja di luar," ucap Elisa menimpali.Elisa juga merasa sesak sekali dengan tumpukan yang berada di wastafel, ingin sekali dirinya memarahi sang anak. Namun karena Dean berniat baik, jadi untuk kali ini dia menahan perasaan kesa
Elisa langsung mendekati Dean untuk melihat apa yang terjadi, ternyata nasi yang dimasak lelaki tersebut menjadi bubur membuat dia menjadi tertawa dengan keras."Astaga, kok masak nasi aja malah jadi bubur?" Elisa tertawa dengan keras sambil memegangi perutnya yang terasa sakit."Hust, Ma! Haura lagi tidur di dalam kamar, nanti malah bangun," tegur Dean meminta kepada sang ibu untuk diam."Habisi, masak nasi aja sampai jadi bubur. Terus percaya diri banget masak, padahal ke dapur aja jarang," ejek Elisa yang tidak dapat menahan dirinya."Mau gimana lagi? Aku pengen masakin sesuatu buat Haura yang lagi sakit." Dean menundukkan kepalanya, merasa gagal ingin membuat sang istri terkesan."Kalau udah tahu enggak bisa masak, ya beli aja! Uang banyak kok, masa enggak mampu beli makanan matang," gerutu Elisa kesal, bisa-bisanya ingin memberikan makan menantunya dengan masakan tidak layak dimakan."Kalau beli makanan matang, buat apa aku capek-capek masak kayak gini? Tuh aku masakin dijamin en
Haura menganggukkan kepalanya, memang tubuhnya terasa tidak baik-baik saja sejak tadi malam."Sebaiknya kamu minum teh hangat dulu, makan walau sedikit agar minum obat dan cepat istirahat. Biar aku buatkan teh hangatnya dulu, kamu duduk aja di sana." Dean membuatkan segelas teh hangat untuk Haura.Sedangkan Haura terduduk lemas karena habis muntah tadi, rasanya dia kehilangan tenaga untuk sekedar berdiri atau melakukan apa pun. Beberapa menit kemudian, Dean datang membawakan segelas teh hangat untuk sang istri."Minum dulu, lalu setelahnya makan, ya!" perintah Dean terlihat sangat khawatir."Aku enggak nafsu buat makan," tolak Haura dengan wajah pucat."Sedikit aja, biar bisa minum obatnya. Pokoknya setelah aku beli obat di apotik, kamu harus udah kelar makan!" Dean bergegas mengambil kunci mobilnya, lalu pergi keluar.Memang karena rumah masih baru sehari ditinggali, wajar saja tidak memiliki kotak obat seperti di rumah Elisa. Sayur dan ikan saja dibelikan sang mertua, jadi bagaimana
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments