Laura tertawa lepas sembari menonton televisi di ruang tamu rumahnya, wanita itu sedang libur bekerja hari ini, manajernya—Hani mengatakan bahwa Laura perlu cuti untuk beristirahat dikarenakan wanita itu sedang hamil. Laura juga sebenarnya tidak peduli, sebab seberapa banyakpun ia libur atau menganggur uangnya tidak akan pernah habis. Ya, uang ayahnya—Hans selagi pria itu masih hidup ia tidak perlu khawatir akan jatuh miskin.Sedari tadi pun, kerjaannya hanya makan dan makan, efek hamil membuatnya terlalu malas untuk bergerak apalagi melakukan pekerjaan rumah. Oh ya, jangan lupa, selama ia masih tinggal di rumah mewah ini ia tidak perlu berbuat apa-apa. Tinggal duduk manis, semua sudah tersaji di meja. Pelayanan di rumah inilah andalannya."Nona, peralatan mandinya sudah siap, jacuzzinya juga sudah saya campur dengan mawar kesukaan Nona," ujar seorang pelayan wanita, ia membungkuk sopan.Laura mengangguk malas, sangat terpaksa untuk mandi, jika saja hari ini ia tidak berencana pergi ke
Halo semuaaa cerita Melumpuhkan Hati CEO ini tersedia di KaryaKarsa ya dengan judul "Janda Lumpuh Miliki CEO" ****Seorang wanita mengelus kepala gadis kecil berumur lima tahun yang sedang terlelap, wanita itu bernama Anjani Zelena, cantik rupanya namun, tak secantik alur kehidupannya. Sejak dua tahun lalu mengalami kecelakaan yang menyebabkan satu kakinya lumpuh, Anjani juga harus menelan pil pahit saat Aldevaro, suaminya menjadi korban meninggal dunia. "Bu Ani," panggil Ratih—asisten rumah tangganya di ambang pintu. Anjani menoleh dan seketika langsung menyatukan telunjuk ke bibir, "Shtt. Jangan berisik, Bi. Clara sedang tertidur." Bi Ratih lantas mengangguk. Sekarang bicaranya lebih memelan. "I-iya, Bu. Maaf. Saya cuma mau bilang ada temannya Ibu di bawah, mbak Farah.""Baiklah. Saya akan segera turun, Bi. Bibi siapkan saja minuman untuk Mbak Farah.""Siap, Bu." Kemudian Bi Ratih meninggalkan kamar.Anjani menghela napas, lalu mengecup pipi Clara penuh sayang. "Bunda ke bawah du
Halo semuaaa cerita Melumpuhkan Hati CEO ini tersedia GRATIS di KaryaKarsa ya dengan judul "The Boss Owns Me". Kunjungin profil aku @xerniy Yuk Coba Cek di KaryaKarsa, harga lebih murah tentunya, cuman bayar 25.000 kalian sudah bisa baca SEMUA CHAPTERnya di KaryaKarsa, yuk cus ke KaryaKarsa sekarangg****Hari ini sungguh melelahkan untuk Bian. Bagaimana tidak? Seharian di kantor ia mengadakan sampai 3 kali meeting penting dengan perusahaan lain. Tapi ya mau bagaimana lagi, itu tugasnya menjadi seorang CEO di perusahaan Pradipta. Pria 27 tahun itu melonggarkan dasi yang terasa mencekik di lehernya. Bian lalu duduk dengan nyaman di kursi kebesarannya seraya menopang kaki ke atas meja, sungguh bossy. "Siang, pak," Sapaan itu bermuara dari Vanya—sekretarisnya yang suka melenggang masuk tanpa mengetuk pintu. Bian seketika melipat tangan di dada dan berdecak malas, "Ini terakhir kalinya saya melihat kamu masuk tanpa mengetuk pintu. Mengerti?" "Hehe, iya, Pak." Vanya hanya menyengir, be
Halo semuaaa cerita Melumpuhkan Hati CEO ini tersedia GRATIS di KaryaKarsa ya dengan judul "The Boss Owns Me". Kunjungin profil aku @xerniy Yuk Coba Cek di KaryaKarsa, harga lebih murah tentunya, cuman bayar 25.000 kalian sudah bisa baca SEMUA CHAPTERnya di KaryaKarsa, yuk cus ke KaryaKarsa sekarangg****Permasalahan diselesaikan secara baik-baik. Kini Anjani, Bian dan Clara duduk satu meja. Walau Bian terlihat ogah-ogahan."Saya benar benar minta maaf atas kesalahan anak saya, Pak," kata Anjani. Ia duduk di samping Clara yang memeluknya. Bocah itu masih terlihat ketakutan karena raut datar Bian. Bian berdehem singkat dan menetrasilir kecanggungan. "Sudahlah. Saya bosan mendengar itu dari mulut kamu.""Tapi baju bapak kotor. Apa perlu saya cuci dulu?" Bian menggeleng. "Tidak usah. Itu hanya akan membuang waktu. Biar saya ganti di kantor saja." Ia melirik sekilas Clara. "Kenapa anakmu itu?" "Dia masih ketakutan, Pak." Anjani mengelus kepala Clara dan meminta gadis itu berhenti meme
"Babe, lo jadi datang nggak?" tanya seseorang di seberang, mengejutkan Bian yang baru saja menekan speaker gawainya di nakas.Siapa lagi orang itu kalau bukan Laura, Wanita paling Bian hindari di dunia ini. Dia wanita yang sombong dan bersikap sangat manja. Bian benci tipe wanita seperti itu.So, for your information, Laura merupakan anak salah satu rekan bisnis mendiang ayahnya—Baskara. Persahabatan mereka dulu begitu erat sekaligus berarti, sampai Baskara tak tanggung-tanggung berpesan agar menikahi anak rekan bisnisnya itu saja. Tidak boleh wanita lain.Menghela napas pelan lalu melepas kaos kakinya sambil duduk di tepi ranjang Bian bergumam malas, "Hm.""Astaga, Bi. Jangan malas gitu dong. Kamu tamu VIP, kedatangan kamu spesial banget buat aku," rengek Laura manja."Memang saya peduli? Kamu bukan siapa-siapa buat saya. Bahkan cuma orang asing." Bian menegapkan punggungnya, berbicara lebih tegas."Ish. Aku ini calon tunangan kamu, ingat nggak sih, Bi?" Semakin diladeni maka wanita
Tragedi tersebut terjadi sangat cepat. Mobil itu berhenti setelah menabrak paha Anjani cukup keras. Sekarang Anjani terduduk di aspal bersama tongkatnya yang patah.Si pemilik mobil terlihat sejenak menyembulkan kepala dari balik kaca mobil, matanya seketika membulat."Ya ampun, ibu nggak papa? Kita ke rumah sakit ya bu," ucap bi Ratih bersimpuh di depan Anjani. Bahkan sopir pribadinya ikut keluar dari mobil. Mereka membantu Anjani berdiri."Aku nggak papa, Bi." Anjani menggeleng pelan. Sungguh, ia tidak merasakan apa pun pada kakinya. Toh, kaki yang lumpuh itu sudah mati rasa jadi efeknya mungkin hanya lebam biru.Anjani juga syok. Telapak tangannya sedikit perih, dan benar setelah Anjani lihat ada beberapa luka goresan kecil di sana."Gimana bisa enggak, Bu. Itu kaki kanan ibu baru di terapi kemarin, bahaya," tukas bi Ratih, bertepatan seorang pria berjas abu menghampiri.Anjani tercengang menatap pria itu, begitu pun yang ditatap, dia tidak lain adalah Bian Pradipta. Pria arogan yan
Anjani duduk di sofa. Jangan kira ia merasa kesakitan tapi justru ia tidak merasakan apa-apa. Sedari tadi Bi Ratih dan sang supirlah yang terus memaksa agar ia dibawa ke dokter saja.Anjani tentu menolak. Luka lebam ini tidak terlalu besar untuknya sampai harus mengeluarkan uang banyak."Saya ambilin obat ya, bu," kata Bi Ratih.Anjani mengangguk pelan sembari tersenyum. "Iya, Bi. Terima kasih ya."Bi Ratih pun pergi menuju dapur untuk mengambil obat. Tak lama wanita itu kembali dan langsung mengoleskan salep lebamnya ke paha Anjani penuh hati-hati. Sementara Anjani menempelkan kasa yang telah ditetesi obat merah ke telapak tangannya yang lecet."Bapak tadi sombong banget ya, Bu. Bukannya minta maaf malah marah-marah ke ibu. Bibi mah kalo jadi ibu langsung bibi laporin ke polisi," ungkap bi Ratih. Maklum dia pasti kesal kalau ada yang menganggu Anjani. Mengingat Anjani telah ia anggap sebagai a
Masih berkelut dengan berita tentang Anjani dan Bian yang menggemparkan media masa. Bahkan pagi sekali Sani rela datang ke apartemen Bian demi membahas hal itu. Sani kepalang penasaran, maka daripada pusing membuat asumsi sendiri Sani memilih menemui Bian secara langsung. Ya walaupun nanti di kantor mereka pasti bertemu. Sebenarnya juga Sani ingin bertanya mengenai pesta pertunangan Bian bersama Laura yang gagal sebelumnya. Namun Sani kira hal itu tidak terlalu penting, jadi dia memutuskan bertanya kronologi pemberitaan tentang bosnya itu dan Anjani saja. Terlebih ini menarik. Jarang-jarang Sani mendapati wajah Bian muncul di televisi sebagai pelaku tabrak lari."Anjani Zelena. Usia 26 Tahun. Dia memiliki seorang putri bernama Clara." Sani membaca berita di website itu, lalu tertawa pelan sembari melirik Bian yang sedang memasang dasi menghadap cermin. "Cantik dong walau udah janda." Ia mulai mencari informasi mengenai Anjani. Lebih tepatnya Sani mengagumi keberanian wanita itu keti