"Istriku sudah keluar kantor, Jun?"
"Sudah, Pak. Ibu bilang akan menunggu di tempat biasanya.""Ambil mobilnya aku akan menunggumu di depan," balas Saga dengan perasaan tak karuan. Dadanya bergemuruh dan tangannya gemetar untuk beberapa saat. Ia berjalan cepat menuju lobi, menunggu Juned mengambil mobil dari parkiran yang ada di basedment.Saga meraih ponselnya dari saku dan menghubungi istrinya."Nga, sudah di halte?" tanya Saga begitu Kenanga mengangkat telepon. Senyumnya langsung merekah di bibir Nanga yang kemerahan."Baru keluar dari lobi. Kamu di mana?""Lobi? Sebentar." Saga mempercepat langkahnya dan menemukan Kenanga baru saja selesai mengobrol dengan kawan kantor yang menawari tumpangan."Aku ada di belakangmu."
Kenanga langsung menoleh ke belakang dan mata yang sedang dimabuk cinta itu pun bertemu. Senyum merekah dari bibir keduanya. "Sampai kapan kau akan menatapku?""ASaga tidak henti-hentinya berdoa. Ia terus mondar-mandir di depan ruang operasi dengan perasaan kacau. Matanya memerah Semerah darah yang menempel pada jas yang dikenakannya. Begitu dokter Herlina keluar dari dari balik pintu, Saga mendekat dengan perasaan tak karauan pasalnya tadi tim dokter sempat menyuruhnya memilih. Menyelamatkan istri atau jabang bayi yang ada di kandungan Kenanga."Puji Tuhan bayi yang ada dikandungan istri Anda baik-baik saja. Ini adalah keajaiban!" kata dr. Herlina turut bahagia saat keluar dari ruangan. Ia melihat pria yang beberapa hari lalu berwajah sumringah hari ini dipenuhi kekalutan dan kekuatiran. Tuhan memang Maha membolak-balikkan keadaan. Kemarin ia membuat hambanya tertawa, hari ini membuatnya meregang nyawa."Alhamdulillah ... Istri saya akan baik-baik saja kan, Dok?"Dokter Herlina tersenyum ramah dan memegangi bahu Saga. "Kenanga sudah keluar dari zona bahaya. Sebentar lagi tim dokter pasti akan selesai m
"Kenangaaaaaa!" teriak Melia antusias ketika memasuki ruang rawat Kenanga. Setelah seminggu terbaring di rumah sakit, akhirnya dokter memperbolehkan dia mendapatkan kunjungan. "Aku takut banget tau gak waktu orang-orang bilang kamu jadi korban tabrak lari!" lanjutnya lagi menghambur ke pelukan Kenanga sementra Heni dan Adi berdiri tegak di belakang sambil membawa keranjang buah."Tiap hari dia nangis, Nga. Katanya mau nyantet tuh orang yang nabrak kamu!" sahut Heni.Kenanga terkekeh, dari semua teman kantornya, Melia lah teman yang cukup dengannya."Ehem!" Adi berdehem. "Lekas sembuh ya, Nga," ucapnya kaku dan rikuh melihat Kenanga yang mengamatinya. Gimana gak rikuh? Akhirnya setelah kecelakaan tempo hari seluruh karyawan PT. Sagara tahu siapa Kenang. Istri bos besar mereka. Dan sekali lagi laki-laki di sana patah hati. Jika saingannya adalah Saga, maka mereka kalah sebelum pertandingan dimulai."Thanks ya, Di.""Kali
Saga perlahan membuka mata. Kepalanya terasa nyeri dan tengkuknya pegal. Sialnya, dia merasakan tangannya terikat di sebuah kursi. Dia menggoyangkan kepala untuk mengusir pening. Ya siapa tahu juga bahwa pandangan mata yang agak kabur bisa kembali normal."Sudah bangun Pak Sagara? Anda mau sarapan apa? Sudah jam tujuh pagi!"Jam tujuh pagi? Sial! Saga mengumpat dalam hati. Berarti ia semalaman ada di di tempat ini? Kenanga pasti kuatir padanya. Bagaimanapun juga caranya dia harus cepat-cepat keluar dari sini."Apa maumu, Bram?" tanya Saga dengan sorot mata marah. "Uang? Perusahaanmu? Rumahmu? Akan kuberikan semua yang kau inginkan asal lepaskan aku sekarang juga. Aku harus segera ke rumah sakit. Istriku sedang menungguku pulang.""Hahahaha. Sangat mengharukan sekali. Istrimu? Kenanga adalah istriku sebelum kau merebutnya dariku!" balas Bram memukulkan tinjunya di perut Saga hingga lelaki itu mengeram kesakitan. "Sejak kapan kau men
"Apa yang sebenarnya terjadi, Jun?" tanya Kenanga pada Juned yang tertunduk lemah di depan ruang operasi. Sementara, Handoko tak kalah cemasnya duduk di samping Melati namun dia tak berani mengatakan apa-apa pada putrinya. Biarlah tanggung jawab itu diambil alih oleh Juned. Dia tak tega jika harus menghadapi Kenanga yang berurusan airmata."Maafkan saya ... Seharusnya saya di samping Pak Saga. Kalau saya tidak pergi ke Denpasar, ini pasti tidak akan terjadi.""Siapa yang melakukannya? Siapa yang ingin membunuh suamiku, Jun?" Tanpa menghiraukan perkataan Juned, Kenanga mengulangi lagi pertanyaanya.Lidah Juned kelu. Tak mampu menjawab pertanyaan perempuan yang duduk di kursi roda memegangi jas suaminya yang dipenuhi darah. Bagaimana dia harus menjelaskan bahwa yang ingin membunuh suaminya adalah mantan suaminya sendiri?Juned memukul-mukul kepalanya. Seandainya saja dia bisa menemukan bos-nya lebih cepat pasti semua ini tak akan ter
"Kamu yakin akan meninggalkan Mama sendirian?" tanya Kenanga mengerucutkan bibirnya. Sebenarnya dia tak setuju saat Arga meminta sekolah di Amerika. Dia masih kecil, belum bisa mandiri dan membutuhkan kasih sayangnya. Tapi, Arga bersikeras dan Saga juga mendukung. Dia bilang Arga akan belajar mandiri karena sekolahnya berada satu area dengan asrama. Namun, sebagai seorang ibu tetap saja dia kuatir."Mama kan ada Papa!" jawab Arga melihat ke arah Saga dengan tatapan permohonan agar menjaga ibunya dengan baik."Kalau kau butuh sesuatu, jangan malu untuk menghubungiku. Oke?""Baik, Pa."Saga memeluk putra sulungnya. Mencium kepalanya dan mengelus punggungnya. Dia tahu bahwa setelah kematian Bram, Arga menjadi lebih pendiam, lebih sering menyendiri. Saat melakukan tes kesehatan, untung saja dia sehat baik jiwa maupun raganya. Hanya saja, Arga mengatakan bahwa ia butuh waktu. Ia ingin hidup di tempat di mana dia tak memiliki kenangan bersama pa
"Pria mesum!" "Apa salahnya mesum dengan istri sendiri? Bukan lelaki namanya kalau tidak mesum."Haaaah. Kenanga membuang napas pelan dan masuk ke dalam mobil. Seluas apapun sebuah mobil, tetap saja ia merasa tidak nyaman. Ditambah lagi perutnya yang sudah mulai buncit. Dia heran kenapa orang-orang senang sekali bercinta di dalam mobil. Apa tidak pegal? Apalagi kaki harus ditekuk-tekuk, mau selonjoran susah karena sempit, belum lagi jika mobil bergoyang-goyang dan dilihat banyak orang. Ya, Tuhan! Kenanga merasa malu sendiri membayangkannya. Dan entah sejak kapan suaminya memiliki fantasi yang aneh-aneh?Begitu Kenanga duduk di kursi dengan tidak tenang, Saga menyalakan mesin dan pendingin mobil pun mulai menyentuh kulit Kenanga. Wanita itu mendesah pelan, mengamati suaminya yang dengan gerakan pelan tapi pasti, Saga menyusul ke mobil dan duduk di sampingnya."Suamiku, di rumah masih banyak tempat nyaman untuk kita tidur," ucap Kenanga menatap sayu ke mata
Kenanga baru saja selesai mengeringkan rambutnya ketika dia melihat Saga yang meringkuk di atas ranjang. Matanya terpejam dan terdengar suara dengkuran halus."Sayang, kau sudah tidur? Sekarang kan baru jam delapan," ucap Kenanga sambil memoleskan krim malam di wajahnya. Biarpun mau tidur, penampilan Kenanga harus cantik. Tubuhnya harus wangi. "Sayang? Jangan bilang kau masih marah?" tanya Kenanga menyemprotkan minyak wangi ke arah tubuhnya yang terasa segar. Karena pria itu tak menjawab, Kenanga mendesah dan berjalan ke arah ranjang."Baiklah, kalau suamiku masih marah, lebih baik aku tidur di kamar Arga!" ucap Kenanga lagi pura-pura mengambil bantal dan mau tak mau Sagara membalikkan badan dan membuka matanya."Siapa yang marah?""Tentu saja kamu. Siapa lagi? Memangnya aku punya banyak suami?"Saga menarik tangan Kenanga dan memintanya duduk di tepi rajang. Perlahan dia menggeser tubuhnya dan menaruh kepalanya di atas paha Kenanga."Kau sangat h
"Banyak sekali pohon mangganya, Pak Man?" Kenanga kaget waktu melihat kebun belakang rumah terdapat banyak pohon mangga, strawberry dan juga anggur."Pak Saga memindahkan semua pohon ini kemari, Nyonya. Beliau memilih pohon terbaik karena Anda suka makan buah.""Ehem!" Saga pura-pura batuk dan melirik Pak Man agar tidak banyak bicara."Saya ke depan, dulu. Ada pekerja baru yang akan menjaga rumah ini." Pak Man pamit meninggalkan teras belakang tempat di mana Maga dan Arga dulu sering bermain."Kapan kamu merancanakan ini semua?" tanya Kenanga menyandarkan kepalanya di bahu Saga. Mereka sedang duduk di anak tangga dan menikmati semilirnya angin."Sejak rumah ini jatuh ke tanganku.""Nanga ....""Hmmmm?""Mari hidup bahagia selamanya. Saat Arga sudah dewasa nanti, dia akan mewarisi perusaan Sagara dan milik Bram. Aku telah mengatur semuanya demi masa depan anak-anak kita.""Kamu memang papa yang baik. Mereka beruntung kamu