“Untuk apa nenek sihir itu datang ke rumah kita?” tanya Leonardo dengan eskpresi tidak senang saat mengetahui Malini datang ke sana. Dia merasa geram melihat perempuan yang sudah memperlakukan adiknya dengan tidak baik.“Sudah tidak apa-apa. Kakak tidak perlu ikut campur. Biar aku sendiri yang menghadapinya,” kata Regita menenangkan.Regita meminta Leonardo untuk memberikan kebebasan padanya untuk menghadapi sang ibu mertua. Dia sendiri tidak tahu bagaimana Malini bisa mengetahui alamat rumah keluarganya dan dengan tujuan apa dia datang ke sana. Dia tidak membiarkan Leonardo masuk terlalu jauh karena masalah itu masih dalam ranah rumah tangganya.Leonardo pun mengikuti keinginan Regita. Dia pun berangkat ke kantor dan meninggalkan Regita bersama Malini di rumah. Namun dia berpesan agar Regita segera menghubunginya jika tamunya itu berbuat buruk.Regita mempersilahkan Malini duduk di ruang tamu. Malini tampak kagum karena luas ruangan dan desain interiornya jauh lebih bagus dibandingka
“Joe, apa ada pekerjaan dalam waktu dekat ini?” tanya Regita saat menghubungi salah satu teman dalam lingkaran mafianya.Kekesalan perempuan itu memuncak setelah bertemu dengan Malini. Ibu mertuanya itu datang dengan sebuah permintaan yang merendahkan Regita. Malini meminta Regita menggoda dan membujuk Marvin agar memberikan jabatan yang lebih tinggi pada Raka.Perkataan Malini seolah memposisikan Regita seperti perempuan murahan. Regita tidak bisa menerimanya. Dia merasa emosi tapi berhasil membuat Malini pergi dari rumahnya tanpa keributan.Setelah Malini pergi, Regita merasa dirinya butuh pelampiasan. Beberapa hari belakangan situasi yang dia hadapi memang cukup kacau. Kabar perselingkuhan yang menyebar, kedatangan ibu mertuanya yang tidak tahu diri serta kesalahan satu malam yang terjadi antara dirinya dengan Marvin.Semua itu membuat Regita merasa frustasi. Marvin juga tidak pernah menghubunginya lagi setelah kejadian malam itu. Sementara ibu mertuanya datang menawarkan kembali p
“Lepaskan perempuan itu.”Suara berat seorang pria mengalihkan perhatian semua orang yang ada di sana termasuk Regita. Regita mengenali pemilik suara itu. Dia sendiri heran bagaimana pria itu bisa muncul di tengah-tengah mereka.“Marvin?” ujar Regita memastikan saat jarak Marvin sudah semakin dekat.“Kau terlalu nekat untuk bermain-main dengan hal besar seperti ini. Silahkan jadi pemberani tapi jangan bodoh,” kata Marvin meremehkan Regita. Regita kesal tapi tidak bisa membantah karena kali ini dia hanya berharap pada Marvin untuk membantunya bebas.Regita hanya menjadi penonton karena selanjutnya Marvin lah yang mengambil alih peran. Regita tidak tahu apa saja yang Marvin rundingkan. Tapi pria itu berhasil membebaskannya tanpa kekerasan. Semua tampak mudah bagi pria itu. Sepertinya Marvin memberikan sejumlah uang sebagai jaminan.Dua pria bertubuh kekar yang memegangi Regita langsung menjauhkan dirinya. Mereka membiarkan Regita pergi bersama Marvin. Marvin menyuruh Regita masuk ke da
“Aku suka janda nakal seperti dia.”Ucapan Marvin sontak membuat Regita menatap dengan penuh ancaman pada pria itu. Dia khawatir Marvin membuka rahasia mereka pada Leonardo. Sementara Marvin hanya tertawa karena kelucuan sikap Regita.“Lebih baik kau pulang saja sekarang,” ucap Regita ketus.“Kenapa kau bersikap tidak sopan pada orang yang sudah menyelamatkanmu,” tegur Leonardo.“Dia menyelamatkan tapi juga menjatuhkan,” balas Regita yang kemudian berlalu begitu saja meninggalkan dua pria itu.Regita berlalu ke kamarnya. Sementara Leonardo meminta maaf atas sikap kurang baik yang ditunjukkan sang adik. Marvin jelas tidak keberatan dan menganggap sikap Regita hanya sebagai candaan.Melihat interaksi yang sedikit berbeda antara adiknya dan Marvin, Leonardo pun mempertanyakan hal itu. Leonardo menatap curiga pada Marvin. Dia tahu betul awalnya Marvin dan Regita seperti musuh yang sulit didamaikan. Tapi hari itu Leonardo mendapati sikap keduanya yang terlihat lebih akrab.“Sebenarnya apa
“Apa maksud Tante Malini berkata seperti itu?” ujar Nadia merasa terkejut dengan perkataan perempuan yang sudah ia anggap sebagai calon ibu mertuanya.“Iya. Apa maksud perkataan Mama?” imbuh Raka turut mempertanyakan hal yang sama.Mereka berdua menuntut penjelasan dari Malini. Berbeda dengan Regita yang sudah bisa memahaminya karena sebelum itu Malini memang sempat menemuinya langsung dan menawarkan agar tidak jadi bercerai. Apa pun yang terjadi di hadapannya hari itu hanya Regita anggap seperti drama.“Iya, Raka. Mama sadar bahwa Mama sudah salah karena berusaha memisahkanmu dengan Regita padahal kalian masih saling mencintai. Tolong sebelum terlambat, pertimbangkan lagi semua keputusan ini dengan baik dengan mediator nanti ya,” kata Malini sembari bergelayut pada lengan putranya.Raka tampak kebingungan dengan perubahan sikap ibunya yang tiba-tiba. Ekspresi Nadia juga tidak jauh berbeda. Bahkan ketidak percayaannya lebih kentara. Dia mulai memikirkan bagaimana nasibnya jika sampai
“Mama tidak rela melihat Regita bersama pria itu. Pokoknya kamu tidak boleh melepasnya dengan mudah, Raka. Perceraian kalian tidak boleh terjadi,” ucap Malini setibanya di rumah. Malini masih geram dengan tindakan Regita dan Marvin. Dia lupa bahwa Nadia masih bersama mereka dan dapat mendengar semuanya.“Apa maksud Tante Malini berkata seperti itu? Awalnya tante yang mendesak agar mereka berpisah dan Raka bisa menikah denganku. Tapi kenapa sekarang tante justru menyuruh Raka untuk kembali bersama perempuan itu lagi,” protes Nadia. Sebenarnya dia sudah ingin angkat bicara sejak awal Malini mengatakan hal itu di tempat mediasi.“Nadia, ini masalah keluarga yang cukup pelik. Sebaiknya kamu tidak perlu terlalu ikut campur dulu,” kata Malini semakin membuat Nadia marah.“Kenapa seakan-akan tante ingin membuangku sekarang? Apa karena Regita sudah berubah menjadi perempuan cantik dan kaya raya? Itu sebabnya Tante Malini ingin agar mereka tidak jadi bercerai?” cecar Nadia.“Lebih baik kau pul
Regita melempar tasnya ke sembarang arah. Hari itu dia benar-benar merasa lelah. Dia mendaratkan tubuhnya pada kasur king size di kamarnya. Tangannya memijat pelipis karena kepalanya terasa berdenyut.Hari itu dia berhasil menghadapi orang-orang dramatis dengan memainkan drama juga. Tidak hanya kata-kata pedas, dia juga nyaris mendapatkan tamparan dari Malini. Dia menolak kesempatan untuk mengembalikan hubungan pernikahannya dengan Raka.Regita kemudian bangkit dan berjalan membuka laci meja. Di sana dia menyimpan satu foto pernikahannya dengan Raka. Dua tahun yang lalu mereka mengikat janji untuk terus bersama dan saling mencinta. Tapi nyatanya semua tak berumur panjang sesuai harapan.Sekarang Regita mengerti bahwa cinta saja tidak cukup dalam sebuah ikatan pernikahan. Sejatinya pernikahan hanya seperti sebuah keputusan besar untuk seumur hidup yang diambil melalui serangkaian kompromi dengan orang lain. Seharusnya Regita sadar tidak memaksakan hubungan yang sejak awal tidak bisa di
“Apa tadi Om Recky ke sini?” tanya Marvin memastikan.“Iya. Tadi Om Recky ke sini dan bermain sebentar denganku. Dia mengatakan bahwa aku akan segera mendapatkan ibu baru,” tutur Nathan dengan polosnya. Tapi penuturan Nathan membuat Marvin merasa geram.Marvin meminta Nathan untuk pergi bermain bersama Suster Gabby. Dia ingin berbicara cukup serius dengan Regita. Marvin meminta Regita untuk tidak mudah terpancing dan percaya jika kembali mendapatkan pesan atas nama dirinya.“Jadi maksudmu bukan kau yang mengirimkan pesan itu padaku?” tanya Regita merasa aneh.“Regita, terkadang kita tidak bisa mudah percaya begitu saja pada apa pun,” kata Marvin.“Tapi siapa yang sudah menjebakku untuk datang ke sini jika pesan itu bukan darimu?”“Intinya lain kali jangan mempercayai pesan apa pun yang dikirimkan atas namaku, kecuali panggilan yang bisa langsung kau dengar suaraku sendiri,” ujar Marvin meminta Regita agar lebih berhati-hati. Dia tidak menyebutkan langsung siapa pelaku yang dia curigai