Share

Jangan Bangunkan Singa Tidur
Jangan Bangunkan Singa Tidur
Penulis: Lujengg_

PART 1

JANGAN BANGUNKAN SINGA TIDUR

#JBST

 

PART 1

 “Mbak Rahayu, denger-denger Delisa mau menikah yaa?” tanya Bu Sutik, tetanggaku. 

 

 

“Iya buu, akhir bulan ini doain lancer yaa?” jawabku seadanya. 

 

 

Sebenarnya aku malas meladeni orang ini. Disini Bu Sutik terkenal sebagai ratu gossip. Kabar apapun yang ia dengar akan langsung tersebar ke seluruh desa. Lagaknya macam wartawan orang ini. Yang tak aku sukai jika bertemu aka ada saja yang dia bicarakan. 

 

 

Kalau Cuma ngasih info penting sih gak masalah naah mulutnya ituloh gak berhenti menyebar fitnah. Aku sendiri bukan tipe wanita suka gosip. Aku lebih suka berada didalam rumah buat kue, membaca cerita di KBM APP, merajut dan yang pasti aku tak suka keluar rumah jika tidak ada kepentingan. 

 

 

“Denger-denger hamil duluan yaa mbak? Pulang dianterin sama calon mertuanya. Duuhh padahal pamitnya kuliah tapi pulang-pulang malah bawa hadiah.” Ucapnya nyinyir 

 

 

Bukankan sudah kukatakan bagaimana perangainya? Memang anakku hamil duluan. Usia kandungannya 7 bulan sekarang. 

 

 

Tapi dimana etikanya orang ini? Pantas menanyakannya didepanku langsung dengan nada merendahkan seperti itu? 

 

 

"Mohon maaf Bu Satik, jika perkataan saya kurang sopan. Masalah yang terjadi dikeluarga saya mohon Ibu tidak usah ikut campur. Apalagi ibu mengatai anak saya seperti itu. Tolong dengan sangat bicaranya dijaga didepan saya Bu." ucapku tertahan

 

 

"Loohh mulut-mulut saya yaa terserah saya dong Mbak mau ngomong gimana. Kenyataannya kan memang anaknya situ kelakuannya nggak baik. Katanya kuliah dapat beasiswa eh ternyata hamil juga." nyinyirnya.

 

 

"Sepertinya Bu Satik perlu berkaca. Saya mau tanya Bu, Ayahnya Dira itu siapa? Kok selama ini saya nggak pernah lihat." ucapku tenang

 

 

SKAKMAT!!! 

 

 

Mukanya langsung merah padam mendengar ucapanku barusan. Dia kira aku akan diam saja direndahkan seperti ini?  Hey! Meskipun aku orangnya pendiam bukan berarti aku harus diam jika dihina! 

 

 

Siapa juga yang tak tau dengan Bu Satik? Beliau dulu hamil tanpa diketahui siapa yang menghamilinya. Sedang sedari kecil hanya hidup berdua dengan emaknya. Yang kasihan justru Dira, anaknya itu sampai berusia 20 tahun tak pernah tau siapa bapaknya. 

 

 

“Sebaiknya sebelum Bu Satik mengurusi permasalahan oranglain lebih baik berkaca dulu yaa? Siapa tau mirip dengan orang yang diomongin. Saya permisi.” Ucapku seraya meninggalkannya di halaman rumahku. 

 

 

Siapa yang perduli jika kata-kataku menyinggung perasannya. Jika tak ingin sakit hati jangan menyakiti! 

 

 

*** 

 

 

Namaku Sri Rahayu, orang-orang biasa memanggilku Bu Rahayu. Sekarang usiaku 43 tahun. Aku seorang ibu rumah tangga, suamiku Idris Raharja melarangku untuk bekerja setelah menjadi istrinya. 

 

 

Suamiku ini seorang pengusaha meubel. Kami menikah 21 tahun silam di kampung halamanku, Desa Ardirejo salah satu desa yang terletak di Kabupaten Malang. 

 

 

Selama ini sudah banyak suka duka yang kami alami Bersama. Tapi kali ini di usia pernikahanku yang ke-21 Allah menguji kesabaran kami dengan telak. 

 

 

Putri sulungku, Delisa Rahmawati ku antar ke tempat kuliahnya 1 tahun yang lalu ke Kota Surabaya. Jarak antara Kota Malang dan Surabaya yang lumayan jauh membuatku harus merelakan putri sulungku untuk ngekos disana. Sebenarnya berat tapi keadaan yang memaksa harus berpisah untuk sementara. 

 

 

Dua minggu yang lalu Delisa pulang tapi diantar oleh Pak Rahmat ayah dari Saputra pacarnya. Yang membuatku shock berat dan membuat darah tinggiku langsung naik seketika adalah Delisa pulang dengan keadaan hamil besar. 

 

 

Orangtua mana yang tak kecewa? Anak yang kugadang-gadang akan mengangkat derajat orangtua malah melempar kotoran ke wajah kami. 

 

 

Awalnya aku memang kecewa, benar-benar kecewa. Aku merasa telah gagal mendidik putri sulungku. Bahkan Mas Idris tak menyapanya sampai sekarang. Itu malah membuat hatiku teriris. 

 

 

Tapi mau ku bolak-balik bagaimana pun. Delisa tetap anakku. Darah dagingku. Aku tak akan tega semakin membuatnya tertekan jika aku ikut-ikutan mendiamkannya. 

 

 

“Ibu ….” Panggil Delisa pelan. 

 

 

Aku yang sedang selonjoran di kamar menyuruhnya untuk mendekat kearahku. 

 

 

“Ibu maaf ….” Ucapnya pelan. 

 

 

Matanya berembun. Sekecewa apapun aku padanya, aku tak akan tega melihatnya terluka. Aku memang kecewa tapi anakku pasti menderita. 

 

 

“Kenapa kakk? Loh kok malah nangis? Jangan nangis nanti dede bayinya ikut sedih.” Ucapku seraya mengelus perut buncitnya. 

 

 

Aku merasakan tendangan, semoga kamu sehat-sehat didalam cucuku. Ada rasa terharu dihatiku, sebentar lagi putriku akan menjadi ibu. 

 

 

“Tuuhh dede bayinya nendang. Kalau udah lahir pasti udah ngomong dia. Bunda jangan nangis nanti adek ikutan nangis.” Hiburku 

 

 

Meskipun Delisa hanya tersenyum kecil setidaknya ia merespon candaanku. Aku akan selalu menghiburnya meskipun aku sendiri terluka akan perbuatannya.

 

 

 “Ibu maaf gara-gara Delisa Ibu jadi dihia sama orang-orang. Rasanya Delisa udah nggak punya muka lagi didepan Ayah dan Ibu.” Ucapnya sesenggukan. 

 

 

Aku menariknya ke dalam pelukanku. Bagaimanapun aku tak ingin dia stress. Ohh anakku, malang nian nasibmu nakk. 

 

 

“cup-cup sayang jangan nangis. Ibu ngga papa kok biarpun dihina orang ibu tak perduli. Ibu makan tak minta mereka. Jadi biarkan mereka berkomentar apa saja jangan didengarkan. Mereka berhak berbicara dan kita berhak tidak mendengarkan.” Ucapku menenangkan. 

 

 

Sungguh yang kutakutkan adalah Delisa stress atau merasa tertekan. Itu bahaya bisa menyebabkan terhambatnya perkembangan janin, air ketubannya bisa keruh dan kemungkinan setelah melahirkan nanti bisa terkena baby blues. 

 

 

“Udah nangisnya kak, jangan seperti ini terus kasihan dede bayinya. Daripada nangis terus mending makan manggis yang ibu beli tadi deh lebih bermanfaat bikin perut kenyang.” Candaku 

 

 

“Ngaak mau, aku masih mau dipeluk ibu.” Jawabnya manja 

 

 

Kuciumi pelipisnya berulangkali. Aku berusaha menguatkannya, mensupport dia. Karena jika bukan aku mau siapa lagi? Memang ini konsekuensinya jika hamil diluar nikah. Semoga kamu kuat nak… 

 

 

“Adek kenapa sembunyi disitu? Sini kita pelukan biar kaya Teletubbies.” Seruku pada Diandra. Diandra Siswanti, putri bungsuku yang kini berusia 13 tahun. 

 

 

Kami berpelukan, saling menguatkan satu sama lain. Kuciumi kedua putriku bergantian. Tak hanya putri sulungku yang menderita putri bungsuku pun pasti shock dengan keadaan ini. Ya Allah semoga kau segara selesaikan cobaan ini. 

 

 

“Kalian anak-anak ibu, darah daging ibu. Ibu tak akan segan-segan mengeluarkan taring jika ada yang mengusiik kalian.” 

 

.

.

.

 

❤❤❤

 

Bersambung ...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status