Share

PART 2

Author: Lujengg_
last update Last Updated: 2021-08-20 11:17:54

JANGAN BANGUNKAN SINGA TIDUR

#JBST

 

PART 2

 

Tok Tok Tok

 

 

“Masuk.”

 

 

Kulihat Delisa berdiri diambang pintu kamarku. Berdiri gelisah dengan jari-jemari saling meremas.

 

 

Aku dan Mas Idris saling pandang. Kami hentikan diskusi bagaimana acara akad-an akhir bulan ini.

 

 

“Delisa boleh masuk Yah, Bu?” tanyanya pelan.

 

 

Mas Idris yang akan beranjak meninggalkan kamar segera kucekal tangannya. Kuberi isyarat agar tetap berada di tempatnya semula.

 

 

Perasaanku mengatakan ada yang disembunyikan oleh Delisa. Aku tau benar bagaimana kebiasaannya jika sedang menyembunyikan sesuatu.

 

 

“Ayah jangan pergi izinkan Delisa berbicara seius.” Ucapnya pelan.

 

 

Delisa berjalan mendekat dan duduk disampingku. Berkali-kali ia melirik takut pada Ayahnya.

 

 

“Mau bicara apa kak?” tanyaku lembut.

 

 

“De-lisa—” ucapnya gugup

 

 

“Delisa—”

 

 

“Ngomong aja yang jujur sayang nggak papa kok.” Ucapku meyakinkan keraguannya.

 

 

“Delisa nggak mau menikah dengan Saputra.” Jawabnya lirih.

 

 

BRAK!

 

 

Bantal yang dipegang Mas Idrismelayang menyerempet bahu Delisa. Kutatap dengan Nyalang suamiku yang sekarang wajahnya berubah merah padam.

 

 

“Kurang puas kamu lemparkan kotoran ke wajah Ayah dan Ibu? Dan sekarang kamu ingin melahirkan anakmu tanpa suami? Maumu apa Delisa?” ucapnya mendesis.

 

Kuusap lengan suamiku berupaya untuk menenangkannya.

 

 

“Ayah sabar dulu, dengarkan penjelasan dari Delisa terlebih dahulu Yah.” Ucapku berusaha menenangkannya namun tanganku malah ditepis kasar olehnya.

 

 

“Ayah bukan Ibu yang punya tingkat kesabaran tinggi! Ayah tak bis ajika harus menutupi rasa kecewa Ayah hanya dengan diam! Anak ini sudah sangat kurang ajar! Seharusnya dia dirajam bukan malah dibela seperti ini!” ucapnya berapi-api.

 

 

Delisa yang sesenggukan melihatku dan Ayahnya bertengkar malah mendekat kearah Mas Idris dengan badan bergetar.

 

 

“Ayah dengerin penjelasan Delisa dulu Yah. Delisa mohon maaf.” Ucapnya seraya memegang tangan Mas Idris.

 

 

Plak! Plak!

 

 

“Seharusnya aku tak membesarkanmu! Jika tau akan terjadi seperti ini kubunuh sja sewaktu kau masih bayi!”

 

 

“YAH!”

 

 

Kutarik Delisa kedalam pelukanku yang masih menangis sesenggukan. Bahkan tangisnya malah terdengar lebih pilu.

 

 

“Jangan sakiti anakku! Kamu boleh marah tapi jangan sampai tanganmu menyentuh anakku!” ucapku mendesis.

 

 

“Anak ini lebih baik mati saja! Percuma dibesarkan jika bisanya hanya membuat malu!” ucapnya kasar.

 

 

Mas Idris berusaha menarik Delisa dari pelukanku. Sekuat tenaga kulindungi Delisa dari Ayahnya yang kalap.

 

 

Ya Allah lindungilah Anakku dari kemurkaan Ayahnya.

 

 

“Cukup Yah! Kalau kamu mau pukul Delisa pukul saja aku! Mau tampar? Ayo tampar aku!”

 

 

Wajah Mas Idris sungguh menyeramkan. Wajahnya merah padam dengan gigi saling beradu, kepalan tangannya menunjukkan betapa beliau sangat berusaha keras untuk menahan amarah yang hinggap dijiwanya. Sebenrnya aku juga takut, tapi aku harus kuat agar bisa melindungi putriku.

 

 

Ditengah ketegangan ini aku dikejutkan dengan badan Delisa yang berangsur-angsur bersandar penuh padaku. Badannya lemas. Dan matanya pun terpejam.

 

 

Astaga! Putriku pingsan. 

 

 

“Yah Delisa Yah!” seruku

 

 

“Delisa pingsan!” ucapku panik.

 

 

Mas idris melunak. Aku dibantu membaringkan Delisa dengan perlahan. Melihatnya seperti ini malah membuatku semakin menangis sesenggukan.

 

 

Selamatkan anakku Ya Allah…

 

 

“Kita bawa ke ruamh sakit saja!” putusnya.

 

 

“Kamu panggil diandra aku akan siapkan mobil!” titahnya padaku.

 

 

Fikiranku benar-benar kalut. Aku tak bisa berfikir jernih sekarang. Segera kutinggalkan Delisa dikamar dan menghampiri Diandra di kamarnya.

 

 

Tok tok tok

 

 

“Dii….”

 

 

Tok tok tok

 

 

“Diiii sudah tiduurrr?

 

 

Tok tok tok

 

 

Ceklek! Pintu terbuka dari dalam. Bersyukur Dii belum tidur.

 

 

“Ibu ada apa? Kok mukanya panik gitu?” tanyanya padaku.

 

 

“Kakakmu pingsan.” Ucapku dengan derai air mata.

 

 

“Sekarang ada di kamar ibu.”

 

 

Diandra sontak melebarkan matanya dan berbegas berlari menuju kamarku. Aku mengikutinya dari belakang. Diandra berusaha membangunkan kakaknya yang terbaring lemah dengan menggoyangkan tubuhnya.

 

 

“Ayah kemana Bu?” tanyanya dengan mata berembun.

 

 

“Nyiapin mobil.” Jawabku pelan.

 

 

Mas Idris setengah berlari menuju kamar. Menggendong Delisa seorang diri menuju mobil. 

 

 

Kami memasuki mobil dengan sedikit tergesa. Aku duduk dibelakang memangku kepala Delisa.

 

 

30 menit kemudian kami smpai di Rumah Sakit Kota. Dengan gesit Diandra masuk kedalam memnggil perawat yang sedang bertugas.

 

 

Aku dan Diandra dibantu oleh dua perawat mendorong brankar ke ruang UGD. Sepanjang jalan hatiku gelisah. Aku takut terjadi apa-apa dengan anak dan cucuku.

 

 

“Mohon maaf Ibu, Adik dilarang ikut masuk kedalam. Sebaiknya tunggu diluar.” Ucap seorang perawat berlesung pipit yang tadi ikut menolongku mendorong brankar.

 

 

“Bagaimana dengan Delisa?” tanya suamiku dengan ngos-ngosan.

 

 

Pasti ia berlari dari parkiran kemari.

 

 

“Delisa didalam sedang ditangani Dokter.” Ucapku sesenggukan.

 

 

“Ibu jangan nangis. Sebaiknya kita doakan agar Kak Isa baik-baik saja sekarang.” Ucap Diandra menenangkan.

 

 

“Sebenarnya Di nggak percaya kalau Kak Isa punya pacar. Sedari kecil Di sangat dekat dengan Kak Isa. Kak Isa tidak mungkin berbuat seburuk itu Yah, Bu. Apalagi akhir-akhir ini Di sering mendapati Kak Isa menangis dan merintih kesakitan ditengah tidurnya. Bahkan Di pernah melihat seperti bekas luka cambukan dipunggung Kak Isa.”

 

.

.

.

 

Bersambung …

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Jangan Bangunkan Singa Tidur   PART 22

    JANGAN BANGUNKAN SINGA TIDUR#JBSTPART 22“Bagaimana Nyonya Nafisa yang terhormat, apa anak buahmu sudah sampai dengan selamat?” tanyaku sarkas kemudian aku tertawa. “Kamu mencoba main-main denganku?” tanyaku lagi“Oh, jadi kamu sudah tau? Bagaimana keadaan bocah kecil itu? Ia baik-baik saja? Atau ada yang terluka?” tanyanya beruntun disertai tawa.“Tentu saja aku tau, bahkan aku sudah memberi pelajaran untuk anak buahmu. Tinggal dirimu, suamimu lalu anakmu.” Jawabku santai. “Oh tidak-tidak. Bagaimana kalau aku membuat perhitungan terlebih dahulu untuk anak perempuanmu? Hmm… Adik perempuanku mengalami lecet-lecet dibeberapa bagian tubuhnya, bagaimana kalau itu juga ku lakukan pada anakmu?” tanyaku seraya tertawa kecil, mendengar nafasnya yang mulai berat aku semakin semangat untuk membuatn

  • Jangan Bangunkan Singa Tidur   PART 21

    JANGAN BANGUNKAN SINGA TIDUR#JBSTPART 21“Tuan, saya mau melaporkan hal penting.” Suara Anton disebrang telfon terdengar sangat serius. Anton merupakan bodyguard yang ku suruh mengawasi Ayah dan Ibu jika aku tidak bisa ke rumah sakit. Tidak hanya itu, anak buah Anton juga ada yang mengawasi disekitar rumah dan mengawasi Diandra jika ke sekolah. Semua itu ku lakukan secara diam-diam, Ayah maupun Ibu tidak ada yang tau. Awalnya aku hanya ingin memantau keadaan disekitar rumah, namun, setelah kedatangan Papa. Aku jadi meningkatkan kewaspadaan. “Ada apa?”“Maaf tuan, saya lalai menjalankan tugas. Nona Diandra tertabrak mobil, sekarang sudah dibawa ke UGD oleh warga.” Jawabnya lugas, rahangku mengetat. Anton ceroboh, umpatku. “Saya sudah menfoto plat nomor mobil tadi tuan, firasat saya ini bukan kecelakaan biasa. Tapi sudah direncanakan.” I

  • Jangan Bangunkan Singa Tidur   PART 20

    JANGAN BANGUNKAN SINGA TIDUR#JBSTPART 20Dari yang aku pelajari dari situs web di internet, Ibu memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan anak laki-laki. Ini disebabkan hubungan pertama yang dimiliki anak laki-laki adalah ibunya. Jika anak laki-laki memiliki hubungan emosional yang baik dengan sang ibu, biasanya ia akan baik secara akademis, emosional, perilaku, dan menunjukkan resistensi terhadap tekanan teman sebaya.Kecerdasan emosional yang diajarkan seorang ibu kepada anak laki-laki, pada akhirnya memastikan anak tidak hanya dapat memahami perasaannya sendiri, tetapi juga memiliki wawasan yang luas, empatik, dan memiliki belas kasih sayang terhadap orang lain. Ini menjadi keunggulan besar bagi anak laki-laki untuk menuju kehidupan yang sukses.Selain itu, Ibu memiliki peran penting di mata anak laki-laki

  • Jangan Bangunkan Singa Tidur   PART 19

    JANGAN BANGUNKAN SINGA TIDUR#JBSTPART 16Semalam hujan turun dengan deras, membuat suasana pagi ini menjadi lebih sejuk, sisa-sisa air hujan pun masih menempel di dedaunan maupun rumput yang ada di halaman rumah.Biasanya jika hari minggu pagi, kami sekeluarga akan jalan kaki bersama-sama ke pasar tradisional. Tidak terlalu jauh, jaraknya dari rumah kurang lebih 2 kilometer. Jika bukan hari minggu kami tak akan bisa jalan-jalan bersama, Diandra masih harus sekolah, Ayah bekerja, juga Delisa yang masih diluar kota.Minggu pagi ini aku menyempatkan membersihkan halaman depan. Ada pohon mangga besar, jika waktu musim berbuah pohon mangga ini berbuah lebat, rasa buahnya pun manis. Selain itu, banyak bunga juga yang tumbuh subur, Delisa sangat suka bunga, apalagi bunga anggrek putih. Dulu, setiap sore ia y

  • Jangan Bangunkan Singa Tidur   PART 18

    JANGAN BANGUNKAN SINGA TIDUR#JBSTPART 18Seminggu ini, keadaan Delisa sudah membaik. Selang oksigen yang biasanya menempel dihidungnya pun sudah dilepas.Beberapa hari ini, Delisa sudah mulai terapi berjalan. Agak susah, sebab lebih dari sebulan Delisa tidak menggerakkan badan sama sekali. Aku, Mas Idris, Saputra juga Diandra bergantian menemani juga membantunya dalam melakukan terapi.Ternyata Delisa tak melupakan aku, ibunya, ia masih mengingatku dengan jelas. Bahkan kemarin ia menangis tersedu-sedu dipelukanku, apalagi melihat Mas Idris, ia semakin menangis tergugu. Mungkin Delisa ingat, terakhir sebelum ia koma, Delisa hampir dipukuli Mas Idris yang hampir kalap.Sebenarnya ada yang mengganjal dihatiku, keadaan Delisa yang terl

  • Jangan Bangunkan Singa Tidur   PART 17

    JANGAN BANGUNKAN SINGA TIDUR#JBSTPART 17Uang memang bisa membeli kemewahan, tetapi juga mampu menyamarkan kebaikan. Anggapan tersebut bisa jadi benar.Nyatanya, makin berkuasa dan banyak uang, maka orang makin rentan berperilaku tidak sopan dan melanggar aturan.Salah satunya wanita angkuh didepanku ini. Apa ia pikir segalanya dapat dibeli dengan uang? Termasuk harga diri, meski diriku bukan orang kaya, aku tidak silau dengan uang yang ditawarkan olehnya.Dengan susah payah, aku berusaha merubah sikap Saputra yang semula dingin, yang kini menjadi hangat. Bagaimana bisa aku mempertaruhkan hidupnya hanya demi segepok kertas merah?"Apa tidak sebaiknya kita berkenalan dulu? Rasanya tidak etis,

  • Jangan Bangunkan Singa Tidur   PART 16

    JANGAN BANGUNKAN SINGA TIDUR#JBSTPART 16Semalam hujan turun dengan deras, membuat suasana pagi ini menjadi lebih sejuk, sisa-sisa air hujan pun masih menempel di dedaunan maupun rumput yang ada di halaman rumah.Biasanya jika hari minggu pagi, kami sekeluarga akan jalan kaki bersama-sama ke pasar tradisional. Tidak terlalu jauh, jaraknya dari rumah kurang lebih 2 kilometer. Jika bukan hari minggu kami tak akan bisa jalan-jalan bersama, Diandra masih harus sekolah, Ayah bekerja, juga Delisa yang masih diluar kota.Minggu pagi ini aku menyempatkan membersihkan halaman depan. Ada pohon mangga besar, jika waktu musim berbuah pohon mangga ini berbuah lebat, rasa buahnya pun manis. Selain itu, banyak bunga juga yang tumbuh subur, Delisa sangat suka bunga, apalagi bunga anggrek putih. Dulu, setiap sore ia y

  • Jangan Bangunkan Singa Tidur   PART 15

    JANGAN BANGUNKAN SINGA TIDUR#JBSTPART 15“Boleh saya masuk?” Padahal anak-anak sekolah belum berangkat sekolah, tetapi aku dibuat tercengang melihat lelaki paruh baya ini kembali berdiri dihadapanku. Kali ini bukan di rumah sakit, melainkan didepan rumahku.“I-ya, silahkan.”Lelaki paruh baya itu masuk lalu duduk di sofa ruang tamu tanpa ku persilahkan terlebih dahulu. Sungguh tak beretika“Ayah, ada tamu.” Teriakku pada Mas Idris yang ada di dalam kamar.Mas Idris menatapku bingung sebab ia tak mengenali tamu yang ku maksud. Tentu saja bingung, Mas Idris tak bersamaku kemarin saat lelaki paruh baya ini berkunjung ke rumah sakit.“Dia, ayahnya Saputra Yah.” JelaskuDengan sopan Mas Idris bersalaman dengan lelaki paruh baya itu, yang tak lain adalah Pak Dimas. Ayah kandung Saputra.&ld

  • Jangan Bangunkan Singa Tidur   PART 14

    JANGAN BANGUNKAN SINGA TIDUR#JBSTPART 14“Seindah itukah alam tidurmu Nak? Mengapa kamu lama sekali tidurnya, Ibu sudah rindu dengan kemanjaan Isa, rindu masakan Isa, Ibu rindu.” Isakku didepan Delisa yang masih tertidur dengan lelapEntah mengapa hari ini aku begitu cengeng, biasanya aku terlihat tegar. Aku takut, jika aku tak terlihat tegar didepan orang-orang yang bertumpu padaku, mereka akan semakin down dengan keadaan ini.“Saputra sekarang sudah bisa mengaji, sudah bisa sholat. Tidakkah kamu ingin segera bangun dan mendengarkan sendiri bagaimana kekasihmu mengaji?” isakku lagi“Ibu sudah tau---”“Ibu sudah tau penyakit yang di derita Saputra.”“Sexsual Sadism. Kelainan seksual dimana penderitanya mendapat kepuasan dengan menyakiti atau melukai serta mempermalukan seseorang.”“M

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status