共有

Bab 2

作者: Anggun_sari
last update 最終更新日: 2025-11-26 16:01:40

“Americano double shot.”

Nara memutuskan untuk ke kafe selepas pulang bekerja. Perselisihannya dengan Giorgio tadi sukses membuat kepalanya pusing bukan main.

Sambil menunggu pesanannya dibuatkan, Nara memilih duduk di kursi yang kosong. Ingatannya terlempar di mana ia masih kecil dulu. Masa dimana ia sering bermain dengan Giorgio dan pria itu akan menggodanya hingga membuatnya menangis. Pernah sekali waktu Giorgio mengatakan bahwa pria itu akan menikahinya nanti ketika mereka dewasa. Dan sekarang semua itu terjadi. Candaan tak berbobot itu kini seperti bom waktu yang terus mendesaknya.

Kesal, marah dan jengkel, itulah yang terus dirasakannya sejak dia bertunangan dengan Giorgio. Musuh bebuyutannya itu justru harus menjadi suaminya. Pria yang akan dilayaninya seumur hidupnya, membayangkan saja sudah membuatnya bergidik ngeri.

“Sayang, aku suka deh sama konsep prewedding yang tadi. Lucu banget,” ucap seseorang tiba-tiba tepat di arah kanannya.

Seketika Nara menoleh, mendapati pria yang baru saja ada di benaknya berdiri di sana. Di sampingnya ada seorang wanita yang sedang bergelayut manja di lengan pria itu.

“Nanti kita juga prewed seperti itu ya, Sayang? Kamu bonceng aku pakai sepeda tua,” tambah wanita yang bernama Saras itu.

“Hem…,” jawab Giorgio singkat. Matanya menatap lurus wanita yang ada di depannya yang terasa familiar.

Nara yang mendengar celotehan dari Saras menggelengkan kepalanya. Ia tidak menyangka jika Giorgio ternyata belum memberi tahu kekasihnya bahwa dia akan segera menikah.

“Sayang? Kamu dengerin aku kan?” tanya Saras saat Giorgio hanya diam dan menjawab seadanya ucapanya.

Giorgio menghela napas panjang. “Dengar,” jawabnya singkat.

Saras kembali tersenyum. Ia semakin mengeratkan pelukannya pada lengan Giorgio. Bagi Saras memiliki kekasih seperti Giorgio adalah anugerah. Sudah tampan, kaya, mapan lagi.

“Hehe, aku jadi tak sabar membayangkannya. Aku ingin segera menikah dan hidup bersamamu,” kata Saras jujur.

Nara kembali menggelengkan kepalanya pelan, kali ini dia bahkan tersenyum miris mendengar ocehan Saras. Sungguh kasihan wanita itu, sampai detik ini belum tahu jika kekasihnya akan menikah dengan wanita lain.

Apa katanya tadi, prewed?

Lucu sekali.

“Oh ya Sayang, nanti kita undang orang ngga perlu banyak-banyak ya. Aku cuman mau menikah sederhana yang dihadiri oleh saudara dan keluarga aja. Gimana menurut kamu?”

“Hem…begitu juga boleh,” jawab Giorgio asal.

Saras mulai kesal. Mulutnya mencebik. “Ih… kamu dari tadi cuman iya iya aja. Kamu niat ngga sih nikah sama aku. Nyebelin banget!”

Giorgio menarik sudut bibirnya. “Kamu mau belanja? Kamu bisa pergi belanja jika mau,” tawar Giorgio.

Nara tersenyum kecut mendengar apa yang dikatakan oleh Giorgio. Ternyata laki-laki itu menggunakan uang untuk membungkam rengekan kekasihnya. Dan bodohnya wanita itu langsung diam dan kembali mengoceh tentang pernikahan impiannya.

“Benar Sayang, aku boleh belanja?” sahut Saras. Matanya berbinar. Sudah ada tas mahal yang diincarnya.

Giorgio mengangguk. “Beli apapun yang kamu mau,” katanya.

Saras bersorak gembira. Ia langsung mengecup bibir Giorgio karena senangnya. “Pacarku memang yang terbaik!” puji Saras.

“Aku jadi semakin tidak sabar menikah denganmu,” katanya Saras lagi.

“Kamu juga kan, Sayang?” ucap Saras. Wajahnya menatap Giorgio, tak sabar menunggu jawaban pria itu.

“Hem…,” jawab Giorgio singkat.

Kali ini Saras tidak lagi protes. Iming-iming belanja sudah menutup mulutnya, meski Giorgio menjawab pertanyaannya dengan singkat.

“Sayang, nanti kalau kita menikah, aku mau pakai gaun kayak princes boleh ya. Itu impianku sejak lama,” pinta Saras. Matanya mengerjap beberapa kali menatap Giorgio, mencoba merayu kekasihnya itu.

“Iya, terserah kamu saja,” jawab Giorgio.

Nara menghela napas panjang, jengah telinganya mendengar ocehan Saras yang terus membicarakan tentang pernikahan. Kenapa Giorgio tidak menikah saja dengan Saras, toh wanita itu sepertinya sudah siap lahir batin.

“Makasih ya Sayang, kamu baik banget sih,” ucap Saras.

Giorgio tidak menjawab. Ia hanya tersenyum tipis sementara matanya masih terus menatap ke depan. Dimana Nara jelas-jelas mendengar semua percakapan mereka, tapi wanita itu sekan tidak terganggu sama sekali.

“Nona Nara.”

Nara bernapas lega, akhirnya pesanannya selesai juga. Dengan langkah penuh semangat karena tak lagi mendengar ocehan Saras, Nara mengambil kopi pesanannya. Ia berjalan begitu saja melewati Giorgio yang terlihat cuek seolah mereka tidak saling mengenal. Namun, kenyataannya Giorgio terus memperhatikan Nara, tanpa wanita itu tahu.

“Lihat saja, aku akan membuatmu jatuh cinta padaku Nara Maheswara.”

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード

最新チャプター

  • Jangan Goda Aku, Pak Manager!    Bab 7

    “Ah…Sayang, perutku….”Nara mengulum senyum seiring dengan perginya Saras. Misinya benar-benar berhasil, padahal dia hanya memberikan dosis kecil pada makanan wanita itu.“Bisa tolong temani Saras?” pinta Giorgio pada teman Saras.Teman saras mengangguk. Ia segera pergi menyusul Saras yang berlari mencari toilet.“Kamu yang melakukannya?” tuduh Giorgio pada Nara saat tak ada siapapun di sekitar kita.“Melakukan? Melakukan apa?” sahut Nara bersikap seolah-olah tak tahu apa-apa.Giorgio menghela napas panjang. “Meletakkan obat pencahar itu, kamu yang melakukannya kan.”“Jangan asal menuduh. Siapa tahu kekasihmu itu memang tidak bisa makan makanan seperti ini,” sahut Nara masih tidak ingin mengaku. Biar saja. Salah sendiri siapa suruh mengajaknya makan padahal dia sudah memberikan kode yang jelas-jelas menolak.“Nara maheswara!”“Sayang, maaf ya perutku tiba-tiba saja sakit. Aku rasa sushinya bermasalah,” kata Saras yang tiba-tiba muncul bertepatan dengan Giorgio yang meninggikan suarany

  • Jangan Goda Aku, Pak Manager!    Bab 6

    Nara mengerutkan keningnya. Dari banyaknya orang, kenapa dia harus bertemu dengan Saras. Matanya melirik ke arah Giorgio, sementara kakinya melangkah lebih mendekat ke arah Giorgio. Dia ingin Saras tahu bahwa Giorgio akan menikah dengannya.“Kami sedang memilih cincin. Lihatlah. Apa cincin ini cantik?” jawab Nara menyahuti pertanyaan SarasGiorgio berdehem. “Ah…dia sepupuku. Dan aku sedang mengantarkannya memilih cincin untuk hadiah ulang tahun temannya,” jawab Giorgio dengan begitu santai.Nara mengangga, tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Giorio. Sepupu? Yang benar saja! Dari semua alasan kenapa Giorgio harus menjadikannya sebagai sepupu.Lalu kenapa juga dia tidak mengaku saja yang sejujurnya? Sebenarnya apa yang dia harapkan dengan berbohong terus seperti ini.“Sepupu? Benarkah?” sahut Saras seolah tak percaya. Saras berjalan mendekati Nara. matanya melihat dari ujung rambut hingga ujung kaki, seolah menilai wanita itu. Tatapannya sinis, tak ada senyum sedikitpun di sana.

  • Jangan Goda Aku, Pak Manager!    bab 5

    “Bagaimana dengan acaranya tadi?” tanya Arsi terlihat penasaran. Hari ini Arsi tidak bisa menemani Nara untuk melihat pameran pernikahan karena toko kue miliknya sedang menerima pesanan kue dalam jumlah besar, jadi dia harus standbay di toko. “Bagus,” jawab Nara singkat. Ia mengaduk-aduk minuman di depannya. Saat ini dia dan mamanya sedang makan malam di restoran favorit mereka. Arsi tersnyum senang. Ia menggenggam tangan putrinya. “Mama senang kalau semuanya berjalan lancar.” “Andai papamu tahu, dia pasti senang,” imbuhnya. Matanya sudah berair hampir menangis. Namun, ditahannya. Mendengar apa yang dikatakan mamanya, Nara membisu. Pikirannya kalut, antara ingin berhenti atau melanjutkan pernikahan ini. Bukan apa-apa, pernikahan adalah sesuatu yang sakral. Dia hanya ingin menikah dengan orang yang tepat. Dia tidak ingin bercerai dan menjadi janda. Bukan berarti Giorgio bukan orang yang tepat, hanya saja mereka tidak memiliki ketertarikan. Lagipula Giorgio juga sudah memiliki kek

  • Jangan Goda Aku, Pak Manager!    Bab 4

    “Bagaimana menurutmu? Apa kamu sudah mendapatkan dekorasi atau tema pernikahan yang kamu inginkan?”Siang ini Lita mengajak Nara untuk melihat pameran pernikahan. Disana banyak vendor yang menyediakan berbagai jasa pernikahan, mulai dari dekorasi, gaun pengantin, katering, fotografer, hingga perencanaan pernikahan atau WO (Wedding Organizer).Tak hanya itu dekorasi di sana juga seperti berlomba-lomba menunjukkan desain dan tema yang mereka bawa. Selain itu calon pengantin juga bisa melakukan konsultasi langsung dan bertanya sepuasnya pada ahli pernikahan mengenai detail layanan yang mereka miliki. Banyak promo menarik yang juga mereka tawarkan untuk para calon pengantin yang akan menggunakan jasa mereka.“Ini terlalu banyak, Tante. Saya bingung harus memilih yang mana,” jawab Nara jujur.Terlalu banyak vendor yang dilihatnya dan semuanya bagus-bagus. Andai saja dia menikah dengan lelaki yang dicintainya, tentu ini akan menjadi mudah baginya. Masalahnya dia sama sekali tak memiliki ga

  • Jangan Goda Aku, Pak Manager!    Bab 3

    “Astaga, kamu semakin ganteng aja.” Arsi–mama Nara memuji ketampanan Giorgio ketika pria itu baru datang bersama Lita–mama Giorgio.Nara berlagak seperti orang ingin muntah saat ibunya memujui ketampanan Giorgio. Dari segimanapun pria itu sama sekali tidak tampan, yang ada dia muak jika melihat pria playboy seperti Giorgio.“Mari masuk Jeng,” kata Arsi mempersilahkan Giorgio dan mamanya masuk.Nara yang memasang wajah datar saat menyambut kedatangan Giorgio dan Lita, dicubit pinggangnya oleh Arsi. Mata wanita berusia lima puluh tahunan itu melotot menatap putrinya.“Senyum, senyum!” ucap Arsi tanpa suara.Nara hanya memutar bola matanya. Tangannya mengusap pinggangnya yang terasa berdenyut nyeri.“Dia itu calon suamimu, bukan musuhmu. Jadi sambut dengan senyuman,” omel Arsi, suaranya berbisik karena Giorgio dan mamanya berjalan di depannya.“Masih calon, Ma, belum pasti,” sahut Nara seolah tak takut dengan tatapan tajam yang diberikan mamanya tadi.“Kamu!” Arsi sudah mengangkat tangan

  • Jangan Goda Aku, Pak Manager!    Bab 2

    “Americano double shot.”Nara memutuskan untuk ke kafe selepas pulang bekerja. Perselisihannya dengan Giorgio tadi sukses membuat kepalanya pusing bukan main.Sambil menunggu pesanannya dibuatkan, Nara memilih duduk di kursi yang kosong. Ingatannya terlempar di mana ia masih kecil dulu. Masa dimana ia sering bermain dengan Giorgio dan pria itu akan menggodanya hingga membuatnya menangis. Pernah sekali waktu Giorgio mengatakan bahwa pria itu akan menikahinya nanti ketika mereka dewasa. Dan sekarang semua itu terjadi. Candaan tak berbobot itu kini seperti bom waktu yang terus mendesaknya.Kesal, marah dan jengkel, itulah yang terus dirasakannya sejak dia bertunangan dengan Giorgio. Musuh bebuyutannya itu justru harus menjadi suaminya. Pria yang akan dilayaninya seumur hidupnya, membayangkan saja sudah membuatnya bergidik ngeri.“Sayang, aku suka deh sama konsep prewedding yang tadi. Lucu banget,” ucap seseorang tiba-tiba tepat di arah kanannya.Seketika Nara menoleh, mendapati pria yang

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status