Share

3. Tidak Ada Kesepakatan!

last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-18 21:36:20

**

Daniel tidak bisa mempercayai penglihatannya, juga rasa sesak luar biasa yang mencengkeram inti tubuhnya di bawah sana. Ia mengernyit saat mencoba melepaskan diri dan menjauh dari tubuh gadis yang lebih muda darinya itu.

“Kenapa kau tidak mengatakannya?” Pria menawan itu bertanya dengan kesal, Hasratnya yang semula menggebu-gebu hingga ubun-ubun dan nyaris meledak, mendadak lenyap seperti balon gas yang bocor.

“Me-mengapa saya harus mengatakannya?” Clara bertanya dengan kebingungan. Ia meringis saat menggeser tubuh sebab sengatan rasa nyeri yang masih tersisa pada bagian bawahnya.

Gadis itu mengangkat wajah, memberanikan diri memandang sang atasan. Daniel hanya diam, namun netra hitamnya menyorot semakin gelap dengan sepasang alis berkerut. Ia tidak mengatakan apapun, namun tampaknya kecewa sekali.

“Tuan Addams?” Clara memanggilnya pelan. Ia ragu mengucap kata. “Apakah saya melakukan kesalahan?”

Sesungguhnya, Clara tidak mengerti apa yang membuat Daniel bereaksi seperti itu. Mengapa pria itu sangat kaget ketika mengetahui Clara masih perawan? Ah, apa yang Daniel pikirkan? Tentu saja Clara masih perawan. Sekalipun sudah berpacaran selama tiga tahun dan bahkan hampir menikah, Clara dan Gerard Reese tidak pernah melampaui batas. Percintaannya hanya sejauh berciuman dan berpelukan saja. Itu pun tidak terlalu intens.

Perempuan itu lantas menggeleng lirih untuk mengusir lamunan. Ia mengalihkan perhatian kembali kepada sang tuan.

“Tuan … lakukan saja. Anda bisa melanjutkannya sekarang. Saya tidak apa-apa.”

“Apa maksudmu tidak apa-apa?” 

Clara semakin heran saat Daniel bukannya melanjutkan, namun justru meraih bathrobe untuk menutupi tubuhnya dan melangkah pergi ke kamar mandi. Dengan sabarnya –atau dengan bodohnya– Clara menunggu hingga Daniel selesai. Pria itu sudah mengenakan kembali pakaiannya ketika keluar dari sana.

“Tuan–”

“Perjanjian batal. Pakai bajumu lagi dan keluar dari sini!”

“Apa?” Clara terbelalak. Ia panik, berusaha menutupi tubuh polosnya dengan selimut dan turun dari ranjang untuk menyusul Daniel.

“Tuan, maaf. Tapi apa maksud anda perjanjiannya batal? Bagaimana dengan uangnya?”

“Tidak ada perjanjian, maka tidak ada uang.” Daniel menatap Clara sekilas dengan mata hitamnya. 

“Tapi saya–”

“Lupakan saja dan anggap tidak pernah terjadi.”

Ia lalu melangkah pergi, keluar dari ruangan dan meninggalkan Clara sendirian yang terpana tak bisa bergerak. Kejutan buruk seperti ribuan jarum tajam yang menghujani seluruh tubuhnya.

“Anda tidak bisa seperti ini, Tuan. Kita sudah membuat kesepakatan. Tuan Addams ….” Clara tidak sempat melanjutkan kalimatnya sebab punggung Daniel baru saja menghilang di balik pintu.

Daniel meninggalkan Clara tanpa sepatah pun kata lagi. Ia membatalkan kesepakatan itu secara sepihak, tanpa peduli bagaimana nasib Clara selanjutnya.

Tanpa pernah gadis itu tahu, sebenarnya sang tuan juga sedang menghadapi kejutan yang sangat buruk.

“Sial!” Daniel mengumpat pelan sepanjang koridor hotel yang sepi. Ia berdecih sesekali. “Apa aku salah menilainya atau bagaimana?”

Daniel sungguh berpikir bahwa Clara hanya gadis murahan yang sangat menyukai uang hingga rela menukar tubuhnya.

Setelah sekian lama memperhatikan gadis itu diam-diam di kantor, Daniel pikir sifat lembut dan malu-malu itu hanya kedok untuk menutupi perilakunya yang buruk. 

Namun detik ini, semesta seperti mematahkan anggapannya dengan sempurna ; Clara masih suci dan belum tersentuh. Daniel merasa dirinyalah yang begitu brengsek karena sudah memperlakukan gadis itu seperti pelacur.

“Sial! Apa yang aku lakukan?”

*

Clara keluar dari hotel itu dengan pikiran kosong mengawang hingga ia tidak sadar sudah melangkah ke arah mana. Tahu-tahu saja ia sudah duduk di kursi bis kota yang melaju tenang dalam keremangan malam. Kilasan lampu-lampu jalan bergerak teratur seperti permainan cahaya. Clara tenggelam dalam lamunan berat.

“Tuan Addams membatalkan semuanya, jadi sekarang aku harus bagaimana?” Gadis itu berujar lirih sementara mengusap sudut matanya yang basah. “Aku tidak tahu harus mencari uang ke mana lagi. Selama ini perusahaan adalah tempat meminjam yang paling aman.”

Gadis itu mengerjapkan mata, menolak mentah-mentah ide liar yang baru saja melintas dalam kepalanya yang penuh sesak.

Ia teringat pada seorang kreditur gelap, tetangganya ketika masih tinggal dengan orang tuanya dulu. Clara diam-diam memeriksa ponselnya, dan mendapati nomor kreditur itu masih ada di daftar kontaknya.

“Aku tidak mau meminjam kepada lintah darat itu. Sama saja membunuh diriku sendiri pelan-pelan jika aku melakukannya.” Clara menggeleng kuat. Ia diam sejenak, pandangannya yang kosong jatuh pada kelebatan cahaya di luar jendela. “Tapi nyawa Gerard tidak bisa ditawar dengan apapun. Aku harus melakukannya, tidak bisa tidak.”

Maka kemudian Clara mengangkat ponselnya. Air matanya jatuh perlahan ketika dengung nada sambung terdengar dari seberang.

Nah, sebelum panggilan tersambung, Clara buru-buru membatalkan panggilan.

“Aku akan memikirkan cara yang lain dulu,” keluhnya lesu sembari beranjak. Bis kota sudah berhenti di halte yang paling dekat dengan rumah sakit.

Apa yang dilihat Clara selanjutnya, tidaklah membuat perasaannya membaik. Melalui dinding kaca ruang ICU, ia menatap nyalang pada sosok yang berbaring di antara hidup dan mati itu.

“Waktu kita tidak banyak, Clara.” Seorang perawat datang mendekat dan berkata pelan. “Jika kau ingin Gerard selamat, maka operasi harus segera dilakukan.”

Clara mengangguk lirih. Ia masih memandang kosong kepada pria di dalam ruangan itu.

Pria yang sudah menyelamatkannya dari kehancuran setelah kedua orang tuanya berpulang dengan mendadak karena kecelakaan mobil juga.

Gerard memberikannya tempat yang aman untuk berlindung dan berbagi rasa, mencintainya, menjaganya. Maka apa alasan Clara untuk tidak membalas kebaikan pria itu?

“Aku akan mengusahakan secepatnya.” Clara menghapus air mata yang tanpa sadar jatuh menuruni pipi. “Aku akan mendapatkan uangnya segera untuk operasi Gerard. Aku perlu menelepon seseorang, tunggu sebentar, ya?”

Perawat itu mengangguk sementara Clara melangkah pergi.

Ia menggenggam ponsel dengan hati remuk. Mendial nomor yang semula batal ia telepon.

Ah, Clara ….” Suara parau menjawab dari seberang sana. “Kau masih mengingatku, Darling?

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Jangan Jatuh Cinta Padaku, Tuan Addams   15. Insiden Pantry

    **Clara tercekat. Selama beberapa saat ia terdiam dengan bingung, hendak menjawab bagaimana. Ia berdehem, mencoba menampakkan sikap biasa-biasa saja.“Aku tidak tahu. Mungkin mereka hanya salah lihat saja.”Em terlihat tidak yakin.“Mana mungkin aku bersama direktur kita, kan? Itu … tidak masuk akal. Kau tahu, aku hanya pegawai biasa di perusahaan ini.”Rasanya Clara mau menghilang dari tempat itu saja saat melihat pandangan Emmeline yang penuh tuduhan.Sesudah ini, Clara semakin yakin untuk tidak berteman dengan gadis ini di kantor. Biarlah ia sekedar kenal sebagai rekan kerja saja.“Aku hanya ingin mengatakan ini kepadamu,” kata Em akhirnya setelah sekian menit. Ia menatap Clara dengan lurus dan tidak ragu-ragu. “Berhati-hatilah dengan langkahmu. Kau tahu kantor ini tempat seperti apa. Bahkan sebatang pulpen pun memiliki mata dan telinga.”Gadis bersurai hitam itu kemudian berlalu, meninggalkan Clara yang masih terpaku di dalam kubikelnya. Ingin rasanya memanggil kembali Em dan ber

  • Jangan Jatuh Cinta Padaku, Tuan Addams   14. Aku Melihatmu!

    **“Benar itu bos kamu di kantor, ya?”Clara menelan saliva. Sedikit rasa panik mulai merambat naik sebelum kemudian Gerard melanjutkan, “Padahal ini akhir pekan, tapi kamu masih dikejar-kejar pekerjaan ya, Sayang? Kasihan sekali. Boleh tidak kalau tidak usah diangkat saja teleponnya?”Rasa panik itu mendadak turun lagi. Clara membalas pandangan tulus Gerard dengan senyum simpul.“Tidak enak, Ger. Mungkin saja ada hal yang penting sampai harus menghubungiku selarut ini. Aku akan menjawabnya di luar, ya? Lanjutkan makan apelnya.”Gadis itu melesat keluar sebelum Gerard sempat memberi jawaban. Ia menjauh dari pintu dan memelankan suara ketika menjawab panggilan.“Ya, Tuan Addams?”‘Kau pikir jam berapa sekarang ini?’Clara membuka mulut namun batal menjawab. Ia menengok layar ponselnya untuk melihat jam. Sekarang masih jam sembilan lebih empat puluh menit.“Saya akan segera kembali, Tuan.”‘Aku tidak suka orang yang tidak disiplin.’“Ya, ya maafkan saya. Tapi ini masih belum jam sepuluh

  • Jangan Jatuh Cinta Padaku, Tuan Addams   13. Terus Bersamaku, Ya?

    ****Tapi Daniel memutuskan tidak usah mencari tahu saja saat ini. Ia pikir barangkali Clara masih repot dengan urusan apartemen lama yang mendadak harus ia tinggalkan. Gadis sepolos itu, mana mungkin punya urusan aneh-aneh di luar sana, kan? Kecuali mungkin bisa berurusan dengan anomali tua bangka seperti kemarin itu. Nah, Daniel cukup yakin Clara sudah tidak berhubungan lagi dengan rentenir itu sekarang.Akhirnya sang direktur hanya melangkah kembali memasuki kamar depan penthouse-nya yang biasanya kosong. Ia memandang berkeliling ruangan luas itu. Atensinya kemudian jatuh pada rak kayu di samping nakas. Semula tidak apa-apa di sana, karena Daniel tidak terlalu menyukai ornamen atau pajangan kecil. Namun baru saja, Clara meletakkan sesuatu. Sebuah frame foto kecil.Daniel mendekat dan mengangkat frame putih itu untuk melihat lebih jelas. Objek yang tercetak di sana adalah seorang pria, seorang wanita, dan di tengah-tengah keduanya jelas adalah Clara sendiri. Daniel mengasumsikan it

  • Jangan Jatuh Cinta Padaku, Tuan Addams   12. Calon Tunangan?

    **Clara tersinggung, tentu saja. Meski mungkin penampilannya terlalu sederhana, tapi keterlaluan jika seseorang menyebutnya asisten rumah tangga. Gadis itu mengatupkan mulut dan mengalihkan pandangan. Sakit hati yang terpaksa ia telan mentah-mentah rasanya pahit sekali.“Oh, bukan. Ini adalah Nona Clara … salah seorang bawahan Tuan Addams di kantor.”Clara terpaksa sekali mengalihkan pandang kembali kepada gadis secantik bidadari di luar mobil itu. Ia tersenyum dan menyapa demi kesopanan. “Selamat siang, Nona Williams.”Sialnya, Hailey mengabaikannya.“Oh, begitu?” katanya tak tertarik. “Kalau kau akan pergi ke apartemen, aku ikut ya? Daniel sudah lama sekali tidak membalas pesan atau menjawab teleponku. Aku tahu dia pasti merindukanku. Hanya sedang sibuk saja.”Clara tahu sopirnya keberatan. Tapi seperti halnya ia sendiri, tidak memiliki kesempatan untuk bersuara. Untung saja si artis cantik membawa kendaraan sendiri, sehingga tidak harus satu mobil dengan Clara.Setelah menempuh p

  • Jangan Jatuh Cinta Padaku, Tuan Addams   11. Dingin, Perfeksionis, dan Brengsek

    **"Tuan, sebentar ...." Clara berhasil melepaskan diri. Ia segera menjauh setelah berhasil mendorong dada bidang Daniel dengan kedua tangan.Pria ini memang agak gila, Clara rasa. Beberapa saat bersamanya, ia kini tahu ada sisi lain dari Daniel yang sangat berbeda dengan apa yang ia lihat di kantor sehari-hari. Selama ini yang Clara tahu, Daniel adalah laki-laki dingin dan seorang pemimpin yang perfeksionis. Kendati sering diterpa gosip miring dengan banyak wanita cantik, Clara sama sekali tidak mengira Daniel 'sebuas' ini.“Kau tidak dengar kata-kataku? Mengapa diam saja?”Clara terhenyak saat mendengar suara dingin itu lagi.“Lepaskan sendiri bajumu.”“Ta-tapi Tuan—”“Lupa dengan perjanjiannya?”Kali ini, Clara dengan mantap menambahkan, selain dingin dan perfeksionis, Daniel juga sangat brengsek.….Clara pergi beberapa saat kemudian, setelah Daniel berhasil mencuri kesempatan untuk 'mengerjainya' sekali lagi. Gadis itu berkata akan pulang dan mengemasi barang-barangnya. Maka Dani

  • Jangan Jatuh Cinta Padaku, Tuan Addams   10. Seperti Disandera

    **“Apa kau tidak salah alamat? Bisa-bisanya kau membawaku ke tempat kumuh seperti ini!”Daniel melayangkan protes dingin kepada sopirnya. Pria itu berdecak sebal ketika sekali lagi melihat ke luar mobil. Dalam mimpi pun ia tak pernah menginjakkan kaki ke tempat seperti ini.Pria itu jujur saja, agak heran dengan keputusannya sendiri yang memaksakan diri mendatangi tempat tinggal Clara hari ini, setelah si gadis tidak bisa dihubungi sama sekali. Daniel merasa dirinya nekat dan bodoh dalam waktu bersamaan.“Ini adalah alamat yang anda sebutkan tadi, Tuan. Saya sudah berkali-kali mencocokkan dengan maps. Kita tidak salah alamat.”Kernyitan dalam segera menghiasi kening Daniel. Apakah mungkin divisi personalia kantornya yang salah memberikan informasi tentang alamat Clara?Sekali lagi pria itu mengecek ponselnya, dan ternyata tidak salah.“Gadis itu tinggal di tempat seperti ini? Yang benar sajalah!”Sebenarnya, agak berlebihan jika Daniel bersikap seperti itu dan mengatakan bahwa tempat

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status