Share

2. Sebuah Kejutan

last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-18 00:06:07

**

Clara tercengang. Daniel Addams benar-benar serius dengan penawaran yang ia buat. Pria itu masih memandang lurus. Wajah rupawannya tenang dan percaya diri. Sama sekali tidak ada raut bercanda di sana.

“Malam ini?” Clara bergumam lirih. Mata birunya bergetar, jelas sekali ia sedang panik.

Daniel yang menangkap gestur ketakutan itu menjawab, “Aku tidak sedang memaksamu. Jika kau menolak–”

“Tidak, tidak Tuan. Baik, saya akan melakukannya malam ini.” Gadis itu memberanikan diri mengangkat wajah dan membalas pandangan tajam Daniel.

“Kau sepakat, kalau begitu?”

“Akan saya lakukan apapun selama saya mendapatkan uang itu.”

Daniel berdecih pelan. Sepasang mata hitamnya memandang penuh penghakiman kepada Clara.

Pria itu membenarkan pemikirannya sendiri, tentang Clara yang adalah gadis murahan nan hedonis. Lihat, ia menyetujui penawaran itu dengan begitu mudah untuk mendapatkan uang, kan?

“Hanya jika kau berhasil membuatku merasa puas malam ini, aku akan membayarmu penuh.” Daniel menjeda kalimatnya sejenak. Pandangannya kepada Clara kian buruk sekarang. “Jika servismu payah, bukan tidak mungkin aku akan menurunkan harganya.”

“Tuan Addams, itu keterlaluan,” tukas Clara cepat. Ia merasa sangat tersinggung. Sekalipun Daniel memiliki harta tak terhitung, Clara pikir ia tetap tidak berhak memperlakukan orang lain seperti itu.

“Itu persyaratanku. Terserah kau mau mengambilnya atau tidak.”

Nyaris saja Clara menghentakkan kaki dan menangis saking putus asanya. Meski ternyata yang bisa ia lakukan hanya menghela napas dan menerima keputusan Daniel mentah-mentah. Gadis itu menunduk, merasa kalah.

“Baiklah, Tuan. Anda bisa menilainya sendiri nanti.”

“Bagus.” 

Tanpa Clara sadari, Daniel sedang melayangkan seringai diam-diam. Wajah dingin tanpa ekspresi miliknya masih sama, namun sepasang netra hitamnya seolah menyala bagai bara api.

Daniel mengambil ponsel mahalnya dari atas meja dan melakukan percakapan telepon selama beberapa saat. Kedengarannya sedang membuat reservasi hotel atau semacam itu. Mendadak saja, Clara merasa begitu naif.

Apa yang sedang aku lakukan?” batinnya putus asa. “Menukar tubuhku dengan lima ratus ribu dollar milik pria arogan dan angkuh ini? Apa aku sudah kehilangan akal sehat? Ya, sepertinya memang begitu.

Maka beberapa saat kemudian, Clara sudah duduk dengan luar biasa gelisah di dalam Cadillac Escalade milik Daniel. Mobil itu melaju dengan anggun di tengah senja yang tengah memeluk kota dengan cahaya jingga nan hangat.

Suasana sedamai itu sama sekali tidak bisa menentramkan hati Clara. Benaknya dipenuhi banyak hal. Bagaimana keadaan tunangannya di rumah sakit saat ini? Apa yang harus ia lakukan dengan Daniel nanti?

Jantung Clara seperti akan meledak saat ia sampai di suite presidential room yang sudah dipesan Daniel. Pintu ruangan itu terbuka, menampakkan pemandangan spektakuler di dalamnya. Sebuah kamar mewah dengan dinding kaca yang menampilkan hamparan city light di baliknya. Dekorasi mewah dan cahaya redup yang nyaman seperti menegaskan, bukan sembarang orang bisa memasuki kamar ini.

“Apa yang kau lakukan? Aku tidak akan pernah membayarmu jika kau hanya berdiri seperti patung.”

Clara hampir menangis. Ia melangkah pelan, mendekati Daniel yang sudah lebih dulu duduk bersandar di headboard ranjang besar di tengah ruangan.

“Tanggalkan bajumu sekarang! Apa yang kau tunggu?”

“Tuan Addams, izinkan saya mandi sebentar. Saya—emm ... agak berkeringat.”

Clara meremas-remas ujung blusnya. Itu kebiasaan yang sulit ia hapus ketika sedang gugup. 

Gadis itu sesekali mencuri pandang ke arah sang atasan yang hanya diam, menatapnya dengan sepasang mata menyipit penuh curiga. Barangkali ia berpikir Clara hanya akan mempermainkannya dan berencana kabur lewat jendela kamar mandi. Maka, sebelum sang tuan mengatakan sesuatu yang mungkin menyakitkan, Clara buru-buru mengkonfirmasi.

“Saya hanya akan mandi sebentar, Tuan Addams. Saya tidak akan lari atau sesuatu. Kita … sudah membuat kesepakatan, kan?”

“Cepatlah!”

Clara tidak menunggu Daniel berubah pikiran. Ia berlari ke kamar mandi untuk mengguyur kepalanya yang berisik. Air mata menetes seiring derasnya shower yang mengalirkan air ke sekujur tubuh.

“Ya Tuhan, apa yang aku lakukan? Aku tidak percaya aku akan menyerahkan tubuhku kepada orang asing demi uang. Gerard, maafkan aku. Jika kau sembuh nanti, tolong jangan jijik kepadaku ....”

Entah berapa lama Clara menghabiskan waktu di kamar mandi. Sebab ketika ia keluar dari sana, Daniel sudah menyambutnya dengan tatapan dingin penuh amarah.

“Jangan membuatku menunggu,” desis Daniel tajam. “Kau pikir dirimu siapa? Kau pikir siapa yang sedang kau hadapi?”

Pria tampan itu tidak memberi Clara kesempatan. Ia merampas tali bathrobe hingga fabrik putih itu terbuka dan terhempas ke lantai. Menampakkan pemandangan luar biasa yang membuatnya lupa bernapas.

Sang direktur tidak mengira, di balik penampilannya yang sangat sederhana dan bahkan nyaris lusuh, Clara menyimpan harta karun seperti itu. Lekuk tubuhnya terbentuk sempurna, dibalut kulit putih mulus tanpa cela. Sepasang buah ranum yang menggiurkan tampak menonjol, berusaha Clara tutupi dengan tangan kosong. Tentu saja itu sia-sia.

“Sial!”

Daniel merasa monster pada bagian bawahnya bangun dan hidup sempurna. Gejolak panas memenuhi tubuhnya dengan cepat.

Pria itu menarik simpul dasinya hingga lepas, kemudian membuka kancing kemeja dengan serampangan. Sebelum Clara bisa berpikir apa yang harus ia lakukan, tubuh polosnya sudah dihempaskan jatuh ke atas ranjang oleh Daniel.

“Argh ... Tuan— Tuan, jangan!” Clara meronta. Panik dan ketakutan, ia sama sekali tidak mengira Daniel akan melakukannya begitu saja tanpa pemanasan atau hal-hal semacam itu.

“Diam!”

“Tu-Tuan, bisakah anda pelan-pelan … i-ini sangat sakit ….”

Dua tetes air bening jatuh menuruni pelipis Clara seiring rasa sakit menyengat yang ia rasakan pada bagian bawahnya kala Daniel bergerak masuk. Gadis itu mencengkeram seprai erat-erat, menggigit bibirnya sendiri untuk mencegah dirinya menjerit. 

Seumur hidup, baru kali ini Clara merasakan sakit yang demikian. Ia ingin bergerak menjauh dan merangkak pergi, namun Daniel sedang menindihnya dengan sekuat tenaga.

"Tuan ... sakit sekali ...."

Dan bersamaan dengan itu, Daniel Addams menerima kejutan yang mungkin tidak akan ia lupakan seumur hidup.

Sepasang mata hitamnya menatap tak berkedip pada noda merah menyala yang mengotori seprai sutra di bagian bawah tubuh Clara. Pandangan itu lantas bergulir kepada wajah si gadis yang merah padam berurai air mata.

“Clara Anderson,” desisnya dengan suara menggeram, “Kau masih perawan?”

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Jangan Jatuh Cinta Padaku, Tuan Addams   15. Insiden Pantry

    **Clara tercekat. Selama beberapa saat ia terdiam dengan bingung, hendak menjawab bagaimana. Ia berdehem, mencoba menampakkan sikap biasa-biasa saja.“Aku tidak tahu. Mungkin mereka hanya salah lihat saja.”Em terlihat tidak yakin.“Mana mungkin aku bersama direktur kita, kan? Itu … tidak masuk akal. Kau tahu, aku hanya pegawai biasa di perusahaan ini.”Rasanya Clara mau menghilang dari tempat itu saja saat melihat pandangan Emmeline yang penuh tuduhan.Sesudah ini, Clara semakin yakin untuk tidak berteman dengan gadis ini di kantor. Biarlah ia sekedar kenal sebagai rekan kerja saja.“Aku hanya ingin mengatakan ini kepadamu,” kata Em akhirnya setelah sekian menit. Ia menatap Clara dengan lurus dan tidak ragu-ragu. “Berhati-hatilah dengan langkahmu. Kau tahu kantor ini tempat seperti apa. Bahkan sebatang pulpen pun memiliki mata dan telinga.”Gadis bersurai hitam itu kemudian berlalu, meninggalkan Clara yang masih terpaku di dalam kubikelnya. Ingin rasanya memanggil kembali Em dan ber

  • Jangan Jatuh Cinta Padaku, Tuan Addams   14. Aku Melihatmu!

    **“Benar itu bos kamu di kantor, ya?”Clara menelan saliva. Sedikit rasa panik mulai merambat naik sebelum kemudian Gerard melanjutkan, “Padahal ini akhir pekan, tapi kamu masih dikejar-kejar pekerjaan ya, Sayang? Kasihan sekali. Boleh tidak kalau tidak usah diangkat saja teleponnya?”Rasa panik itu mendadak turun lagi. Clara membalas pandangan tulus Gerard dengan senyum simpul.“Tidak enak, Ger. Mungkin saja ada hal yang penting sampai harus menghubungiku selarut ini. Aku akan menjawabnya di luar, ya? Lanjutkan makan apelnya.”Gadis itu melesat keluar sebelum Gerard sempat memberi jawaban. Ia menjauh dari pintu dan memelankan suara ketika menjawab panggilan.“Ya, Tuan Addams?”‘Kau pikir jam berapa sekarang ini?’Clara membuka mulut namun batal menjawab. Ia menengok layar ponselnya untuk melihat jam. Sekarang masih jam sembilan lebih empat puluh menit.“Saya akan segera kembali, Tuan.”‘Aku tidak suka orang yang tidak disiplin.’“Ya, ya maafkan saya. Tapi ini masih belum jam sepuluh

  • Jangan Jatuh Cinta Padaku, Tuan Addams   13. Terus Bersamaku, Ya?

    ****Tapi Daniel memutuskan tidak usah mencari tahu saja saat ini. Ia pikir barangkali Clara masih repot dengan urusan apartemen lama yang mendadak harus ia tinggalkan. Gadis sepolos itu, mana mungkin punya urusan aneh-aneh di luar sana, kan? Kecuali mungkin bisa berurusan dengan anomali tua bangka seperti kemarin itu. Nah, Daniel cukup yakin Clara sudah tidak berhubungan lagi dengan rentenir itu sekarang.Akhirnya sang direktur hanya melangkah kembali memasuki kamar depan penthouse-nya yang biasanya kosong. Ia memandang berkeliling ruangan luas itu. Atensinya kemudian jatuh pada rak kayu di samping nakas. Semula tidak apa-apa di sana, karena Daniel tidak terlalu menyukai ornamen atau pajangan kecil. Namun baru saja, Clara meletakkan sesuatu. Sebuah frame foto kecil.Daniel mendekat dan mengangkat frame putih itu untuk melihat lebih jelas. Objek yang tercetak di sana adalah seorang pria, seorang wanita, dan di tengah-tengah keduanya jelas adalah Clara sendiri. Daniel mengasumsikan it

  • Jangan Jatuh Cinta Padaku, Tuan Addams   12. Calon Tunangan?

    **Clara tersinggung, tentu saja. Meski mungkin penampilannya terlalu sederhana, tapi keterlaluan jika seseorang menyebutnya asisten rumah tangga. Gadis itu mengatupkan mulut dan mengalihkan pandangan. Sakit hati yang terpaksa ia telan mentah-mentah rasanya pahit sekali.“Oh, bukan. Ini adalah Nona Clara … salah seorang bawahan Tuan Addams di kantor.”Clara terpaksa sekali mengalihkan pandang kembali kepada gadis secantik bidadari di luar mobil itu. Ia tersenyum dan menyapa demi kesopanan. “Selamat siang, Nona Williams.”Sialnya, Hailey mengabaikannya.“Oh, begitu?” katanya tak tertarik. “Kalau kau akan pergi ke apartemen, aku ikut ya? Daniel sudah lama sekali tidak membalas pesan atau menjawab teleponku. Aku tahu dia pasti merindukanku. Hanya sedang sibuk saja.”Clara tahu sopirnya keberatan. Tapi seperti halnya ia sendiri, tidak memiliki kesempatan untuk bersuara. Untung saja si artis cantik membawa kendaraan sendiri, sehingga tidak harus satu mobil dengan Clara.Setelah menempuh p

  • Jangan Jatuh Cinta Padaku, Tuan Addams   11. Dingin, Perfeksionis, dan Brengsek

    **"Tuan, sebentar ...." Clara berhasil melepaskan diri. Ia segera menjauh setelah berhasil mendorong dada bidang Daniel dengan kedua tangan.Pria ini memang agak gila, Clara rasa. Beberapa saat bersamanya, ia kini tahu ada sisi lain dari Daniel yang sangat berbeda dengan apa yang ia lihat di kantor sehari-hari. Selama ini yang Clara tahu, Daniel adalah laki-laki dingin dan seorang pemimpin yang perfeksionis. Kendati sering diterpa gosip miring dengan banyak wanita cantik, Clara sama sekali tidak mengira Daniel 'sebuas' ini.“Kau tidak dengar kata-kataku? Mengapa diam saja?”Clara terhenyak saat mendengar suara dingin itu lagi.“Lepaskan sendiri bajumu.”“Ta-tapi Tuan—”“Lupa dengan perjanjiannya?”Kali ini, Clara dengan mantap menambahkan, selain dingin dan perfeksionis, Daniel juga sangat brengsek.….Clara pergi beberapa saat kemudian, setelah Daniel berhasil mencuri kesempatan untuk 'mengerjainya' sekali lagi. Gadis itu berkata akan pulang dan mengemasi barang-barangnya. Maka Dani

  • Jangan Jatuh Cinta Padaku, Tuan Addams   10. Seperti Disandera

    **“Apa kau tidak salah alamat? Bisa-bisanya kau membawaku ke tempat kumuh seperti ini!”Daniel melayangkan protes dingin kepada sopirnya. Pria itu berdecak sebal ketika sekali lagi melihat ke luar mobil. Dalam mimpi pun ia tak pernah menginjakkan kaki ke tempat seperti ini.Pria itu jujur saja, agak heran dengan keputusannya sendiri yang memaksakan diri mendatangi tempat tinggal Clara hari ini, setelah si gadis tidak bisa dihubungi sama sekali. Daniel merasa dirinya nekat dan bodoh dalam waktu bersamaan.“Ini adalah alamat yang anda sebutkan tadi, Tuan. Saya sudah berkali-kali mencocokkan dengan maps. Kita tidak salah alamat.”Kernyitan dalam segera menghiasi kening Daniel. Apakah mungkin divisi personalia kantornya yang salah memberikan informasi tentang alamat Clara?Sekali lagi pria itu mengecek ponselnya, dan ternyata tidak salah.“Gadis itu tinggal di tempat seperti ini? Yang benar sajalah!”Sebenarnya, agak berlebihan jika Daniel bersikap seperti itu dan mengatakan bahwa tempat

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status