LOGIN"Lima ratus ribu dollar, tukar dengan tubuhmu. Atau tidak sama sekali." Clara Anderson hanya memiliki satu pilihan terakhir untuk menyelamatkan tunangannya yang koma karena kecelakaan di rumah sakit, yaitu meminta bantuan kepada direktur tempatnya bekerja, Daniel Addams. Tapi sang bos justru menyudutkannya dengan pilihan sulit. Nyawa sang tunangan, atau harga dirinya?
View More**
“Aku akan memberikanmu lima ratus ribu dollar tanpa perlu kau kembalikan. Dengan satu syarat.”
Clara Anderson menelan saliva. Mendadak saja kerongkongannya terasa begitu kering. Ia berdiri dengan kaki gemetar di depan meja kerja yang terletak di tengah ruangan besar itu. Setiap detik terasa seperti menunggu vonis hakim atas kejahatan yang tidak sadar sudah ia perbuat.
Di hadapannya adalah Daniel Addams, sang atasan yang duduk santai dengan jemari menopang dagu.
Pria itu memandang lurus dengan sepasang manik gelap tajam. Wajahnya begitu tampan namun datar, dingin tanpa emosi.
“Y-Ya Tuan Addams?”
“Tukar dengan tubuhmu. Tidur denganku, Clara Anderson.”
Perempuan dua puluh empat tahun itu tersentak. Sepasang mata birunya menatap tak percaya kepada Daniel. Benarkah pria dingin itu bisa bicara sembarangan seperti barusan?
“Apa maksud anda, Tuan Addams?” Clara mencoba memastikan.
“Kau tahu apa maksudku. Kau tidak bodoh.”
“Saya mohon maaf, tapi saya bermaksud mengajukan pinjaman kepada perusahaan secara resmi. Pihak finance bisa memotong setengah gaji saya setiap bulan untuk pembayaran—”
“Menurutmu, sudah berapa hutangmu kepada perusahaan?” Daniel memotong dengan suara penuh sarkasme. Ia menjentikkan map di atas meja, yang berisi track record pinjaman yang sudah diambil oleh Clara sebelumnya. Wajahnya tetap tanpa emosi seperti semula, tapi Clara merasa dirinya baru saja dicaci maki.
Perempuan itu meremas ujung blus yang ia kenakan. Bibirnya bergetar, namun ia tak bisa menyuarakan apapun.
Teringat pada pinjaman-pinjaman lamanya yang hingga detik ini masih berusaha ia bayar. Dan ya, jika ia mengajukan pinjaman lagi sebesar lima ratus ribu dollar itu, berapa yang akan ia terima dari sisa gaji bulanannya? Dan berapa lama pula ia harus mendekam di perusahaan ini untuk membayar?
Seumur hidup, itu pun jika ia berumur panjang.
Clara memang menempati posisi yang cukup lumayan sebagai staff administrasi di perusahaan entertainment ini. Tapi tetap saja, gajinya tidaklah sebesar itu.
Namun, tentu Clara tersinggung jika Daniel Addams menilainya demikian rendah. Apakah pria-pria kaya memang terbiasa menilai buruk perempuan sebab mereka memiliki kuasa? Daniel addams memang nyaris sempurna sebagai laki-laki. Berada pada usia dewasa muda –tiga puluh tahun, pemilik perusahaan bergengsi, dan memiliki fisik memukau serupa patung dewa. Namun satu hal, direktur muda itu tidak ramah kepada siapapun.
“Aku tidak punya waktu untuk menunggumu berdiri seharian di sana, Clara,” tegur Daniel lagi dengan ketus, membuat Clara terkesiap. “Penawaranku masih belum berubah. Jika kau menolak, tinggalkan ruanganku.”
“Maaf, Tuan Addams. Tapi saya bukan perempuan murahan. Anda salah jika menilai saya seperti itu.”
“Maka keluar dari sini sekarang juga. Kau membuang-buang waktuku yang berharga.”
Daniel kembali menatap lurus dengan sepasang mata hitamnya yang setajam pandangan serigala. Tak berkedip, memandang Clara yang rasanya sudah tidak sanggup berdiri. Aura dominan menguar dari sosok rupawan yang nyaris sempurna itu. Seperti menegaskan bahwa tidak akan pernah ada tawar-menawar dalam transaksi ini.
Clara mengerjapkan matanya yang terasa memanas. Ia menunduk dengan sopan sebelum berbalik meninggalkan ruangan. Dadanya terasa sesak dan nyeri karena kecewa. Penilaiannya salah kepada sosok yang selama ini dikagumi khalayak itu.
Tepat setelah Clara menutup pintu ruang direktur StarTech itu, ponselnya berdering. Ia menepi ke koridor sepi untuk mengangkatnya.
“Halo?”
“Clara! Datang ke rumah sakit sekarang!”
“Apa?” Kebingungan, Clara melihat layar ponselnya dan baru menyadari bahwa yang menelepon saat itu adalah nomor rumah sakit. “Ada apa?”
“Gerard kolaps lagi. Kondisinya sangat menurun. Pihak rumah sakit mempertimbangkan untuk operasi segera dalam beberapa hari mendatang. Ini satu-satunya jalan untuk menyelamatkan nyawanya!”
Jantung Clara terasa mencelos. Ia menutup mulut dengan telapak tangan sementara air mata yang sedari tadi tertahan mulai jatuh satu persatu. Suaranya lindap ditelan sesak.
“Clara, kau masih di sana? Kau dengar apa kataku? Sayang sekali, tapi untuk mempercepat prosedur tindakan, kau harus membayar biayanya di muka.”
Tubuh kecil Clara merosot di dinding koridor kantor yang dingin. Dunia di sekitarnya mendadak berputar dalam diam. Rasanya seluruh penghuni dunia lenyap dan ia ditinggal sendirian di dalam sana.
“Tidak bisakah kalian memberikan keringanan? Aku masih mengusahakannya ….”
“Clara, kau sudah tahu operasi tidak bisa dicover oleh asuransi. Pihak rumah sakit hanya bisa berusaha, tapi semua keputusan kembali kepadamu. Aku hanya menyampaikan saja.”
Clara mengangguk lirih. Lupa bahwa orang di seberang tidak bisa melihat gerak tubuhnya.
Air mata masih berjatuhan membasahi sepasang pipi Clara saat ia menggenggam ponsel dengan gelisah.
Tidak ada jalan lain, ia harus menyelamatkan hidup tunangannya yang saat ini terbaring koma di rumah sakit akibat kecelakaan beberapa bulan yang lalu.
“Gerard, maafkan aku. Maafkan aku ... aku sama sekali tidak bermaksud mengkhianatimu. Aku hanya tidak memiliki jalan lain lagi ....”
Perempuan itu menghapus sisa air mata di pipi. Ia menarik napas panjang sebelum membalikkan tubuh dan melangkah kembali ke ruangan yang sebelumnya sudah ia tinggalkan. Jemarinya yang gemetaran kembali terangkat untuk mengetuk pintu.
Begitu ia mendorong pintunya terbuka, seketika sosok di balik meja besar di tengah ruangan itu menghujamkan tatapan dingin. Ia tak mengatakan apapun, hanya diam memandang Clara yang melangkah masuk dengan takut. Tapi percayalah, ada kilat kemenangan yang terpancar dari netra hitamnya.
“Sudah kukatakan, perusahaan tidak akan memberimu pinjaman lagi, berapapun nominalnya," tutur Daniel tajam.
Clara membuka mulut. Suaranya seperti tersendat di tenggorokan. Ia tidak percaya kata-kata itu keluar dari mulutnya.
“Tu-Tuan Addams ... ji-jika saya menerima penawaran itu, kapan saya bisa menerima uangnya?”
Clara tidak tahu apa yang sedang dipikirkan Daniel. Pria itu tetap pada tempatnya. Diam tak bergerak pun menampakkan ekspresi apapun. Ia menatap lekat sosok gadis yang gemetaran di hadapannya dari ujung rambut hingga ujung kaki. Jujur saja, Clara risih ditatap dengan pandangan penuh penilaian seperti itu. Gadis itu gelisah menunggu bosnya bersuara.
Nah, sementara itu Daniel tidak mengerti mengapa Clara berpura-pura menampakkan ekspresi takut dan putus asa seperti itu. Apakah ia sengaja menjual kesedihan?
Bukankah perempuan ini memang sengaja menjajakan tubuhnya untuk memenuhi gaya hidup hedonis seperti halnya gadis-gadis jaman sekarang? Memangnya untuk apa lagi ia membutuhkan uang yang begitu banyak?
Clara mengangkat wajah dan melayangkan pandangan penuh tanya. Namun Daniel berdecih.
“Lakukan sekarang. Kau dapatkan uangnya jika kau bisa memuaskanku malam ini.”
***
**Clara menangis tersedu-sedu di depan wastafel toilet. Ia tidak peduli dengan beberapa pengunjung yang melemparkan pandangan ingin tahu kepadanya. Air matanya terus mengalir tak bisa ditahan, seiring dengan sesak hati yang terasa menghimpit. Yang ia tahu hanya ingin meluapkan emosi dan rasa sedih ini. Clara tidak bisa membohongi perasaannya. Ia merindukan Daniel. Ia tidak tahu apa dosa yang sudah ia perbuat di kehidupan yang lalu, hingga hari ini Tuhan mengutuknya dengan cara seperti ini. Jika saja perasaan cinta itu bisa dibeli, ia bersedia membayar untuk mengalihkan rasa itu kepada Gerard saja. Berapapun akan Clara bayar. Daripada menanggung rasa sakit karena cinta sepihak yang tidak terbalas seperti ini."Seharusnya aku membencimu bukannya malah menyukaimu," isaknya tertahan. "Aku sudah sakit karena berdusta kepada Gerard, sekarang masih harus menanggung patah hati karena dirimu, Tuan. Bukankah itu jahat sekali? Memangnya apa salahku sampai kau membuatku merasa seperti ini?""Ti
**"Kau berani melakukan hal sebusuk itu kepadaku? Kau benar-benar sudah bosan hidup?"Aidan tahu, bagaimanapun Daniel tidak akan mungkin benar-benar membunuhnya. Tapi tetap saja, nada suara dan sorot mata yang sedingin serpihan es kutub itu membuatnya gentar. Daniel bukan tipe yang meledak-ledak saat marah, namun percayalah, orang-orang yang marahnya tenang itu jauh lebih menakukan."Kau pikir kenapa? Kau mengkhianati Hailey, Dan! Gadis sebaik itu kau sia-siakan, apa itu namanya kalau bukan bodoh?""Tahu apa kau?" balas Daniel, masih dengan nada dingin yang penuh ancaman. "Kau pikir kau siapa, bisa ikut campur urusanku?""Aku hanya tidak tega melihat Hailey! Dia mendatangiku dan memohon bantuanku untuk memisahkanmu dengan gadis pengganggu itu. Kau dan Hailey sudah hampir menikah, Dan!""Kalau begitu kenapa tidak kau ambil saja dia, sana? Daripada kau melakukan hal busuk seperti ini, kenapa tidak kau nikahi sendiri saja dia?"Aidan tidak percaya Daniel akan mengatakan ini. Ia terngang
**Daniel masih mengingat-ingat, di mana kiranya ia pernah bertemu dengan wajah buruk ini. Pria tambun dan pendek dengan wajah penuh bekas luka itu familiar dalam ingatannya, tapi ia lupa siapa dia. Hingga kemudian si pria mengoceh lagi."Kau masih memelihara gadis itu, ha? Yah, dia memang cantik dan enak dilihat. Tapi tetap saja, kau itu kebagusan untuk gadis seperti itu. Nah, tapi jika kau sudah bosan dan berniat ganti mainan, kau bisa melungsurkannya kembali kepadaku."Mendengar itu, mendadak saja ingatan Daniel berputar dengan cepat. Ia sudah mengingat dengan baik siapa sosok mengganggu yang berdiri di luar mobilnya itu. Ia adalah bandit tua yang mana Daniel sempat menyelamatkan Clara darinya dulu. Markus Flint."Sedang apa kau di sini, ha?" Pria itu bertanya lagi dengan gayanya yang luar biasa memuakkan. Daniel sama sekali tidak berniat menjawab dan sudah hampir menghidupkan mesin mobilnya kembali ketika Markus menambahkan. "Tidak bersama Clara, eh? Ya, ya, mau bagaimana lagi. Ma
**"Dia terlihat mengerikan, sungguh. Seperti bisa mencekik siapapun yang dengan sengaja menyenggol tubuhnya. Percayalah, orang-orang sekantor tidak ada yang berani cari masalah dengannya belakangan ini. Yang berani berurusan dengannya cuma Mr. Killian, sekretarisnya. Nah itu juga masih dapat masalah yang tidak terduga."Clara mengerutkan alis mendengar cerita Em hari ini sepulang kantor. Waktu itu Clara sedang merapikan resume yang akan ia kirim untuk melamar pekerjaan di perusahaan lain. "Tapi bukankah dia memang tukang marah ya, Em?"Em menggeleng. "Tidak. Daniel Addams sebelum ini hanya tidak ramah saja, bukannya temperamental. Makanya seluruh penghuni kantor sekarang seperti kebakaran jenggot. Apapun yang kami lakukan tidak pernah benar. Beberapa artis bahkan memilih tidak datang ke perusahaan untuk sementara waktu."Clara mengalihkan pandangan dari Em. "Tapi Hailey tetap datang, kan?"Diamnya Em seperti mengkonfirmasi jawaban untuk Clara. Mendadak saja gadis itu merasa aneh. Sed
**"Aku sudah tidak bekerja lagi sekarang. Aku tidak punya pekerjaan."Hening sejenak antara dua insan itu, hingga suara kicau burung-burung kecil yang beterbangan di taman belakang ruang rawat Gerard terdengar jelas. Clara menghela napas sesaat dan menunduk. Entah mengapa tidak ingin tahu dengan bagaimana ekspresi sang tunangan saat ini."Aku melakukan kesalahan dan perusahaan tidak bisa memberikan dispensasi," lanjutnya, "Mereka menginginkan aku berhenti bekerja, maka aku harus berhenti."Clara menunggu apapun yang akan keluar dari bibir Gerard, tapi ternyata ia justru ditarik ke dalam pelukan hangat. Pria itu mendekapnya dan mencium puncak kepalanya berkali-kali."kupikir kenapa. Ternyata hanya itu?""Ini bukan hanya itu, Ger." Clara melepaskan pelukan. Ia mendongak, sepasang alisnya berkerut tidak setuju ketika bertukar pandang dengan satu yang lain. "Aku sekarang pengangguran dan kau bilang hanya itu?""Tidak, bukan begitu maksudku, Sayang. Tapi tolong jangan terlalu memikirkan
**Pagi itu, sinar matahari menembus tirai tebal yang sedikit terbuka di ruang tamu apartemen Aidan. Ruangan itu terasa tenang, hanya terdengar suara samar mesin kopi yang baru menyala dan detak jam dinding di sisi kanan. Daniel terbangun perlahan di atas sofa panjang berlapis kulit abu-abu, dengan kepala berat dan pandangan yang masih kabur. Ia mengerjap beberapa kali, mencoba memahami di mana dirinya berada.Aroma kopi bercampur dengan wangi sabun dan uap air yang menguar dari arah kamar mandi membuatnya semakin bingung. Apartemen itu terasa asing—ruangannya modern dan rapi, terlalu bersih untuk ukuran milik seseorang yang baru saja melewati malam yang kacau.Daniel bangkit setengah duduk, menatap sekeliling. Di meja kecil di depannya ada segelas air putih dan selembar kain hangat yang tampak baru dipakai untuk mengompres sesuatu. Ia mengernyit, mencoba mengingat bagaimana ia bisa sampai di tempat ini. Potongan gambar berkelebat di kepalanya—suara keras, amarah, dan Aidan yang menah






Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments