MasukReid tidak berhenti, ia terus berlari dan memastikan mereka ada di jarak paling aman dari tempat kejadian perkara.Barulah saat mereka berada di jalur pejalan kaki yang tidak sekacau persimpangan jalan itu, Reid melambatkan derapnya.Pria itu menurunkan Samantha di bangku yang ada di sana, memintanya untuk duduk.Reid tampak memeriksa kaki Samantha yang berdarah, tapi syukurnya itu tidak terlalu dalam.“Robin bagaimana, Pak Reid?” tanyanya.Wajah robin yang bersimbah darah itu menghantuinya. Matanya basah, ia tidak bisa berpikir selain pada keselamatan Robin.“Saya melihat mobilnya dicongkel tadi, Nona. Sepertinya dia bisa dikeluarkan.”Mereka melihat sebuah mobil ambulans yang melaju kencang di hadapan mereka. Sirinenya seperti meminta tolong pada semua pengendara yang kebetulan lewat untuk sementara menyisih.“Tunggu di sini sebentar, akan saya belikan minuman,” pinta Reid.Ia bangun dari hadapan Samantha, meninggalkannya yang tergugu dalam tangis dan amarah.Kenapa?Kenapa truk ter
Samantha terpaku di tempat ia duduk. Air matanya tanpa sadar mengalir saat ia mengenali siapa pengemudi yang telah menyelamatkannya itu.Seorang pria yang sepertinya melihat mobilnya dalam bahaya dan memilih untuk menjadi perisai meski itu harus mengorbankan dirinya sendiri.“ROBIN!”Samantha gemetar, ia mendengar suara ledakan dari seberang sana. Beberapa puluh meter di belakang truk yang lajunya telah berhenti itu.Sebuah mobil terbakar, asap abu-abunya mengepul di udara. Kekacauan terjadi pada pagi yang harusnya tenang ini.Samantha ingin segera keluar dan memastikan keadaan Robin baik-baik saja.Tapi bagaimana caranya?Bahkan hanya untuk bergerak pun mereka kesulitan.Mobilnya terhimpit dengan mobil lain. Kecelakaan beruntun ini adalah sebuah momok yang tak mereka duga dalam perjalanan.“Nona?” panggil Reid dari balik kemudinya.Pria itu menoleh ke belakang, pada Samantha yang pandangannya tidak beralih dari Robin sama sekali.“Nona baik-baik saja?” tanyanya memastikan. “Nona terl
Setelah diperbolehkan pulang dari rumah sakit, Samantha rasa ... Damien itu menjadi sedikit lebih manja padanya. Sudah beberapa hari ini Damien tidak pergi ke kantor dan melakukan segala hal tentang bisnisnya itu dari rumah. Baik—Samantha tahu ia masih dalam proses pemulihan. Hanya saja ... jika Damien di rumah, jantung Samantha lah yang dibuat tidak aman. Kapanpun, di manapun ... ciuman yang harusnya hanya sebagai pemanis saja malah jauh dari kenyataannya. Banyak percintaan panas yang terjadi setelah ciuman itu mendarat. Dari ranjang ke sofa. Dari meja kerja Damien hingga ke Jacuzzi hangat mereka. Tak ada satu pun kenikmatan yang ditolak oleh Samantha. Ini seperti sebuah ‘pelampiasan’ batin setelah berhari-hari menghabiskan waktu di rumah sakit dengan keterbatasan interaksi intim. Pagi ini, Samantha akan pergi dengan Reid. Ada kegiatan di kementerian perdagangan di mana Harvest Table menjadi salah satu partisipannya. Tim sudah ia siapkan sejak beberapa hari yang lalu. Mereka
.... Anna sedang berada di dalam Harvest Table pada siang menuju sore ini. Ia sebenarnya sudah bersiap pulang. Tapi Reid memintanya mengirimkan beberapa soft file sehingga ia tinggal lebih lama. Belakangan ini, suasana hatinya membaik. Rasa bersalah yang bebrapa saat lalu merundungnya perlahan menghilang. Ia mulai melakukan apa yang dikatakan oleh Samantha. Yakni mensyukuri apapun kebaikan yang terjadi hari ini. Bahwa saat badai berlalu, maka mereka akan melihat pelangi lagi. Setelah menghabiskan beberapa hari di rumah sakit untuk merawat Giovanni yang babak belur dalam misinya menangkap wanita bernama Giselle, ia semakin siap untuk menjadi Nyonya Renaud. Surat-surat pernikahannya sudah hampir lengkap. Seperti yang telah ia dan Giovanni rencanakan sebelumnya, mereka akan menikah di kantor catatan sipil. Ia tidak sabar untuk menunggu hari itu. Terlebih, ia mendengar dari Giovanni bahwa akan ada hari bahagia lain untuk Samantha dan Damien. Resepsi mereka sedang dalam tahap pembica
Saat Eliza menyeringai, Robin terlihat mendengus. Kedua bola matanya berputar dengan malas sebelum ia menjawab, “Aku pikir kamu sudah tidak waras, Eliza! Kamu bilang apa? Membunuh Samantha?” “Aku tidak akan mengambil keputusan itu kalau kamu bersedia untuk melakukan yang aku mau, Robin! Kamu cukup merebut Samantha dari Damien. Jebak dia, tiduri dan sebarkan fotonya, mudah, ‘kan? Tapi kamu menolaknya!” “Untuk apa aku melakukan itu?” Robin bersedekap dan Eliza sangat muak dengan ketenangan yang diberikannya itu. “Aku sudah bilang padamu, Eliza,” tekannya. “Aku tidak akan merusak hidupnya karena aku tahu dia sangat bahagia. Kecuali dia menderita dalam pernikahannya dengan Damien, pasti aku sudah merebutnya tanpa kamu suruh pun!” “Kamu—“ “Seandainya dulu aku bertemu dengannya saat dia disia-siakan oleh Erick, aku pasti membawa Samantha pergi! Tapi situasinya tidak begitu sekarang, jadi berhentilah memintaku untuk melakukan hal tidak masuk akal itu!” Tawa Eliza terdengar, renyah dan
“Kamu benar-benar angkuh, Samantha!”Eliza mendesis kesal seraya menendang buket bunga yang sebagian mengenai kakinya itu.“Apa yang kamu sombongkan itu bukan milikmu. Itu milik Damien.”“Apa karena kamu tahu semua itu milik Damien jadi kamu mendekatinya dan ingin merebutnya juga?”“Kamu—“Bibir Eliza mendadak kebas. Apa yang dikatakannya dikembalikan oleh Samantha secara kontan dan tanpa basa-basi.“Tetap saja kamu itu hanya perempuan yang kebetulan saja beruntung karena dinikahi olehnya!”“Kalau kamu mau, akan aku katakan padamu apa saja yang aku dapatkan setelah pergi dari Erick! Aku pastikan jauh itu jauh lebih besar dari yang kamu bayangkan, yang seandainya kamu di posisiku pun belum tentu kamu bisa melakukannya!”Masa bodohlah jika Samantha dianggap semakin angkuh oleh Eliza.“Berhentilah melakukan hal seperti ini, Eliza! Sebagai orang yang sudah berpengalaman menghadapimu, aku tahu apa tujuanmu ke sini. Memalukan sekali ... bahkan setelah kamu diberi kesempatan untuk pergi dari







