Share

3#Siapa Yang Menolong?

Menaiki tangga lantai tiga menuju atap gedung, Mexsi sampai di sana mendengar suara tangisan dari ujung samping sebelah kanan. Menjulurkan kepalanya, menengok dan memeriksa, dari kejauhan melihat sosok gadis berambut panjang hitam lebat meneteskan air mata. Matanya membulat, tatapan berubah menjadi terenyuh saat mengetahui siapa yang menangis hingga tersedu-sedu.

Gadis yang selama ini ia benci, dan terkenal tukang pembuat masalah bisa-bisanya menangis.

Terlintas dalam pikirannya, apakah tadi tanpa sengaja dia jadi penolong Toa? Tidak benar.

Berdecih malas ia turun dari sana dengan wajah kesal, satu-satunya tempat yang paling hening di sekolah kini tak ada bedanya. Duduk memikirkannya, baru pertama kali Mexsi melihat musuh bebuyutannya menangis, cukup menyenangkan ternyata Toa bisa nangis.

Kerasukan setan apa itu cewek? Jadi pemaaf begitu. ck, ck, ck. Menggeleng-gelengkan kepalanya keheranan.

Duduk di bawah tangga asyik memikirkan gadis itu menangis tanpa ia sadari Kayla turun dari sana. Tidak lama kemudian gadis itu melangkah turun dari tangga.

Pandangan Kayla tiba-tiba memudar, pandangannya seketika memutih lalu berubah menjadi abu-abu sampai akhirnya memejamkan mata. Ia tumbang menimpa punggung Mexsi yang duduk di bawah tangga, terkejut akan hal itu Mexsi yang mengira sedang di jaili secepatnya berdiri dari sana, sembari memegang lengannya. Agar tidak kabur saat di introgasi nanti. Kayla masih setengah sadar, wajahnya tampak memucat.

Mereka berdiri saling berhadapan, Melepaskan genggamannya dari lengan gadis itu, Mexsi syok mengetahui tangan siapa yang ia pegang.

Kayla menggigil, kakinya melemas tepat saat bola matanya bertatapan dengan Mexsi samar. Kakinya langsung lemas dan tubuhnya langsung ambruk jatuh ke depan menimpa dada Mexsi. kedua tangan Mexsi memeluknya refleks. Kedua bola matanya hampir keluar.

Tidak lama kemudian bel masuk berbunyi mengejutkan dirinya yang sedang menahan tubuh Kayla dalam dekapannya.

Merasa kasihan ia mengangkat tubuh Kayla dengan kedua tangannya, melangkah turun tiba-tiba terhenti.

Gawat!

Kalau sampai ada yang liat dia gendong Toa, bisa turun drastis harga dirinya, belum lagi para penggosip diluaran sana, yang kepo akan dirinya.

Rasa kasihannya hanya dapat bertahan kurang-lebih beberapa detik saja. Menurunkan Kayla, mendudukannya di tangga, bersandar pada bahu tangga, kedua kakinya telentang. Ia meninggalkannya di sana, turun dari tangga seorang diri.

Toa pikir dia bego? Dengan cara pura-pura pingsan! Dia akan merasa simpatik, terus mulai jailin dia lagi pada akhirnya. Ck, jangan harap! ungkap batinnya tanpa dosa.

***

Sudah setengah jam berlalu, batang hidung Kayla tidak terlihat sama sekali.

Tina bertanya pada teman sekelasnya tentang keberadaan Kayla. "Kalian ada yang liat Kayla, gak?"

Mereka bertiga serempak menggeleng-gelengkan kepalanya tidak tahu.

Mexsi melirik jam di dinding sekolah. Toa ko gak balik-balik ya? Apa jangan-jangan beneran pingsan? Kenapa juga dia mikirin orang yang tak pernah penting dalam hidupnya... hampir satu jam berlalu Mexsi meminta izin pergi ke kamar kecil pada Bu Riska.

Saat keluar dari toilet Mexsi akan kembali ke kelas kakinya terasa berat, ia sedikit penasaran tanpa sadar kedua kakinya melangkah menuju tangga lantai tiga. Sampai di atas tangga lantai dua, kakinya terasa kaku malas untuk mengecek keadaan di sana. Membalikan badan.

Bolehkah bertanya, kenapa dia harus repot-repot datang ke sini? Tapi... rasa penasarannya tak mampu dibiarkan begitu lama. Membalikan badannya kembali menatap tangga atas lantai tiga, lari menaiki tangga ternyata Kayla masih dalam keadaan saat ia meninggalkannya di sana, punggungnya bersandar pada bahu tangga.

Mexsi membungkuk, kedua tangannya lurus akan menyentuh tubuh gadis yang tergeletak di sana. Namun terhenti, saat menatapnya.

Apakah dia benar-benar pingsan?

Bimbang...

Mexsi berdiri memegang bahu tangga, ia tidak mungkin menolongnya. Buat apa? Lagian dia bukan siapa-siapa, ia melirik kembali. Terlihat Kayla tidak dalam keadaan baik-baik saja. Mexsi mendengus kesal langsung mengangkatnya bergegas turun dari sana, masuk ke dalam ruangan UKS.

Merebahkannya di atas ranjang UKS, tidak ada yang melihat kejadian itu karena kelas sedang berlangsung alias sepi. Mexsi akan kembali ke kelas, kakinya terasa kaku berbalik menatap Kayla. Apa yang sebenarnya dia lakukan, seharusnya membiarkan gadis itu di sana akan jauh lebih baik bukan? Dan melihat keadaannya seperti menderita seharusnya membuat ia merasa senang, apa pedulinya! Mungkin sedikit peduli saat melihat gadis yang Mexsi benci menangis, cuma bilang bisa jadi.

Melangkah menuju ruang kelas, menatap Tina ragu akan memberitahunya. Menarik napas berat menghembuskannya.

Tina melihat kedua bola mata Mexsi menatapnya dengan serius langsung terpaku, napasnya seakan-akan sulit, lehernya bagaikan tercekik, tidak sanggup membalas tatapan Mexsi. Bagaimana tidak? Semua gadis yang berada di kelas, menatap Tina dengan tatapan membunuh. Karena mereka berharap Mexsi akan menjadi milik mereka, hanya bisa menunduk.

"Teman sebangku lo, gue liat pingsan... ada yang bawa dia keruang uks," kata Mexsi.

Sebelum Tina menjawab, Mexsi kembali duduk.

"Apa?!" jerit Tina. Mendekati Bu Riska meminta izin menemani teman sebangkunya, Bu Riska memperbolehkannya.

Guru magang yang cantik, seksi dan baik hati. Perkenalkan Riska dalam beberapa hari saja sudah menyita perhatian para kaum Adam, apalagi Tino. Ia tidak akan rela, bila harus membolos dalam pelajaran guru idamannya itu. Jika ketingalan pelajarannya sekali saja, bagaikan tidak makan dalam satu minggu lebay bukan?

Tina lari menuju ruang UKS, melihat teman sebangkunya terbaring lemah di atas ranjang.

Kayla perlahan membuka mata, terlihat samar-samar, berusaha melihat siapa yang berada di sampingnya. Matanya terbuka menengok ke arah Tina yang sedang memegang teh hangat di tangannya.

"Lo udah sadar, gue khawatir banget sama lo. Meski baru kenal, tapi gue yakin lo cewek baik-baik, yang akan menjadi sahabat gue sampai akhir hayat hehehe... minum dulu tehnya."

Kayla mengangguk.

Tina membantunya duduk bersandar di tembok, beralaskan bantal.

"Lo ko bisa pingsan gitu, dan yang jadi pertanyaan gue. Siapa yang udah bawa lo ke sini? Apa jangan-jangan- "

"Gue juga gak tahu, tapi gue jatuh menimpa seseorang... sepertinya dia cowok, soalnya gue lihat dia samar-samar... tapi gue yakin kalau dia itu pasti cowok," potong Kayla mengangkat ringan bahunya berdecih kegelian. "Dia pasti gendong gue sampai ke sini, gue harus tanya. Tapi sama siapa? Ck."

"Apa jangan-jangan Mexsi, soalnya dia yang kasih tahu gue kalau lo di sini."

"Serius!" Kayla menatapnya.

"Terus dia bilang apalagi"

"Gak si, cuma bilang 'teman sebangku lo, gue liat pingsan ada yang bawa dia keruang uks,' suka kali dia sama lo, dia diam-diam ngikutin dan kebetulan liat lo dalam keadaan sakit. Wah!"

Mengejutkan teman sebangkunya sampai Kayla mengelus dada.

"Lo baru satu hari di sini, langsung dapat cowok aja, ganteng lagi," kata Tina menepuk pundak Kayla. "Jujur, gue iri sama lo. Kenapa? Gue itu udah lama sekolah di sini, tapi pangeran gue susah didapetin hatinya."

Memutar bola matanya malas. "Apaan sih Tina, gue niat sekolah bukan nyari jodoh. Lagian gue yakin ko bukan Mexsi, pasti orang lain. Lo liat sendiri pas dia teriakin gue, terus bilang gue 'Toa Berjalan,' dia juga bilang kalau cuma liat gue pingsan, bukan bawa gue ke sini."

Terlihat temannya tersenyum mengejek.

"Pokoknya gue harus cari tahu siapa yang udah tolongin gue, gak enak kalau belum bilang terima kasih sama dia," jawabnya tanpa ba-bi-bu. "Iya, harus."

"Iya, iya terserah lo aja. Tapi lo harus hati-hati, biasanya kasus kaya gini... "

Kayla menatapnya serius. "Apa?"

Tina ikut menatapnya serius, mereka saling tatap cukup lama.

"Sebuah bertanda... lo bakal dapat pasangan hidup." Tina tersenyum puas.

"Duh Tina, udah ah. Gue cape bahas yang gak penting kaya gitu, cari topik lain aja."

"Ah masa, yang bener?"

"Tin- "

"Ciyeee, ciyeee, yang lagi jatuh cinta. Bakal jadi gosip teristimewa sepanjang hari, sama-sama anak baru! Saling jatuh cinta. Pasti meledak, gue jadi selebritas deh, karena bakal banyak yang bertanya-tanya tentang kalian."

"Udah jangan bikin gue bete."

"Bete apa seneng? Apalagi berbunga-bunga?"

Kayla berpura-pura lemas, badannya merosot, berbaring kembali, menutup matanya. Malas mendengarkan ocehan temannya jika terus diladenin yang ada makin parah pertanyaannya. Cukup tahu Tina cerewet, cerewet banget.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status