Home / Romansa / Jangan Mencintaiku / 5#Ayah Yang Entah Kapan Kembali

Share

5#Ayah Yang Entah Kapan Kembali

Author: Lisuni98
last update Huling Na-update: 2021-09-07 17:10:11

Mexsi duduk di atas tempat tidur memandangi meja belajarnya. Bukan, bukan meja belajar yang ia pandang. Tapi foto anak gadis yang sedang tersenyum manis menunggingkan gigi putihnya, ia tempelkan di ujung toa. Siapa lagi kalau bukan musuh bebuyutannya? 

Yang paling Mexsi sukai dari foto itu sebuah kumis hitam tebal menempel sempurna di bawah lubang hidungnya. Memakai kacamata bulat, dan tahi lalat besar di bawah mata sebagai pelengkap.

Terkadang Mexsi memuji dirinya sendiri, hanya dengan satu spidol hitam ia menciptakan sebuah karya. Hasil dari tangannya sendiri yang luar biasa, dari mana ia mendapatkan foto itu?

Entahlah...

Jika Mexsi marah atau kesal. Foto itulah yang akan menjadi korbannya, mengingat kejadian masa lalunya saat pertama kali mengenal Toa membuatnya kembali mematung.

"Gue gak percaya, dia bilang apa barusan," kata Mexsi ngedumel sendiri. Menggeleng-gelengkan kepalanya lagi dan lagi, masih tetap tidak percaya.

Gadis itu dengan tulus mengucapkan terima kasih? Daripada pusing akhirnya ia memutuskan merebahkan tubuhnya di atas kasur, tanpa memikirkan bunga yang baru ia beli berhamburan di pinggir jalan. Menghilangkan niatnya mandi kembang tujuh rupa yang beterbangan tertiup angin pelan.

***

Kayla duduk di bangku meja belajarnya, mulai membuka lembar demi lembar buku fisika. Saat membuka pada lembar berikutnya ia teringat pada suatu kejadian. Menempelkan siku lengannya di atas meja, tak sadar telapak tangannya menompa pipi kanannya mulai membayangkan malam yang dingin. Saat terjatuh bunga berwarna-warni berhamburan ke udara, jatuh ke bawah tertiup angin pelan, menimpa kepalanya dan Mexsi saat itu sedang membantunya hampir berdiri.

Tiba-tiba dijatuhkan begitu saja, tangannya turun langsung menggebrak meja, senyuman pada wajahnya kini telah hilang.

"Kesel banget gue, tapi... " ia mengernyit memegang bukunya sampai lecek, saat menyadarinya terkejut, "hampir aja robek, kenapa sih kepikiran itu orang yang nilai gue buruk, jadi gini kan." sesuatu mulai mengganggu pikirannya, telepon bergetar membunyikan suara lonceng.

Diraih ponsel itu dari dalam saku kantung celananya, di liriknya ke arah layar ponsel.

1 pesan W******p.

From : 08953368xxx

Kayla?

Kening Kayla berkerut heran saat dilihatnya ada sebuah chat wa masuk dari nomor tak dikenal.

To : 08952435xxx

Ya, ini siapa?

Send. Send...

Lima detik kemudian mendapatkan balasan chat.

Ini Will, apa kabar?

Will!

Bola matanya nyaris keluar saat membaca chat itu, bagaimana tidak. Sahabat kecilnya yang sudah lama pergi dari Indonesia dan selama bertahun-tahun berada di Australia tanpa ada kabar sekalipun, tiba-tiba dia mengirim sebuah chat. Kayla secepatnya membalas sambil senyum-senyum sendiri.

Alhamdulillah baik, lo ke mana aja. Baru ngabarin gue? Kapan balik?

Lima detik kemudian ponselnya berbunyi suara lonceng.

Syukurlah, nyokap sama bokap nahan hp gue, kata mereka supaya pelajaran gue gak terganggu. Jadi sorry baru bisa ngabarin lo, insya allah secepatnya.

Membaca balasan dari sahabat kecil yang sangat ia rindukan, tak terasa satu jam berlalu begitu cepat. Ngantuk berat, akhirnya tertidur di atas meja belajar. Ibunya mengetuk pintu namun Kayla tidak dengar, setiap hari Ibunya pulang larut malam. Bahkan hampir setiap hari tak pernah bertemu Ibunya. Meski mereka tinggal satu atap, tapi bagaikan terpisah. 

Ibunya mencoba membangunkannya menepuk-nepuk punggungnya pelan, agar pindah ke tempat tidur.

"Mama udah pulang, jam berapa?" ucap Kayla dalam keadaan matanya masih tertutup rapat.

"Baru saja datang, sekarang pindah jangan tidur di atas meja. Besok Mama temenin kamu check up, Mama udah minta izin ke wali kelas kamu."

"Check up lagi?" kedua bola mata Kayla membulat, "Kayla udah bilang beberapa kali, Kayla gak sakit, Mah?"

Membantu Kayla berdiri pindah ke tempat tidurnya. "Udah ngomongnya besok aja, kamu keliatan ngantuk berat."

Setiap kali harus check up, jika Kayla bertanya Ibunya hanya menjawab 'Berjaga-jaga aja, jika sakit langsung diobati', berbaring di atas kasur, Ibunya menarik selimut dan menutupi seluruh tubuh putrinya.

Setiap kali melihat Kayla tertidur pulas, ia takut suatu hari nanti putrinya tidak dapat terbangun kembali. Mengecup keningnya, lalu keluar dari kamarnya, tes setetes air mata jatuh dari kedua pipi Ibu Kayla. Berjalan masuk ke dalam kamarnya yang bersebelahan dengan kamar putrinya.

Tentu saja sedih jika harus melihat putrinya saat dia pulang sedang tertidur tanpa bicara banyak, tidak ada waktu untuk bersama putrinya bahkan melihat Kayla tersenyum hanya dari fotonya saja. Karena terlalu sibuk ia bekerja sangat keras, demi kebahagiaan putrinya kelak.

Terbangun lebih awal. Lebih pagi dari sebelumnya, tapi Kayla teringat perkataan ibunya hari ini. Ia ada jadwal pemeriksaan kesehatan. Menepuk jidatnya sendiri, lebih baik kembali tidur. Jika bukan karena ibunya, ia pasti sudah tidur sampai siang.

Kayla sudah rapi memakai baju Dres berwarna putih. Mendekati Ibunya yang sedang menyiapkan sarapan, menatapnya dan memeluk Ibunya.

"Good morning, Mom." seculas senyuman tampak terlihat dari mulutnya.

Memegang tangan Kayla yang melekat pada tubuhnya. "Sejak kapan jadi semanja ini, perasaan jarang kaya gini," kata Ibunya memandang putrinya keheranan.

"Mulai sekarang setiap pagi kalau kita bertemu, aku akan memeluk Mama seperti ini." Kayla memeluk Ibunya semakin erat sambil menutup mata.

Ibunya berusaha kuat dan tegar, membalas pelukan putrinya. "Mama adalah seorang Mama yang paling beruntung, memiliki putri sebaik dirimu."

"Aku lebih beruntung, karena menjadi putri Mama yang sangat menyayangiku, tidak seperti ayah yang membuangku begitu saja." wajahnya berubah cemberut menahan kesal.

Mendengar perkataan putrinya membuat ia merasa sedih. Selama ini tanpa ada kata suaminya pergi saja, meninggalkan mereka berdua. Entah di mana saat ini dia berada, yang jelas ia harus bisa melupakan masa lalu.

Ia harus tetap kuat, tetap tegar. Demi putri yang sangat ia sayangi, sangat berharga dalam hidupnya. Tetap saja, yang namanya kenyataan tak dapat mengubah takdir seseorang.

Hanya bisa saling menguatkan satu sama lain. Semoga saja Kayla tak terlalu memikirkan hal itu.

"Sudahlah, jangan dipikirkan ayo sarapan dulu," jawab Ibunya menyuruhnya makan. Agar tak terlalu memikirkan hal yang bersangkutan dengan suaminya.

"Baiklah Mah, lagi pula aku harus semangat. Kelak akan aku buktikan padanya, bahwa aku adalah anaknya yang sukses." ia mengangkat tangannya sambil menggenggam sendok makan.

Ibunya hanya bisa tersenyum menatapnya. 

"Ini baru putri Mmam," kata Ibunya melebarkan senyumnya.

Tapi senyuman Ibunya terlihat tampak terpaksa. 

"Aku ke kamar mandi sebentar," ucap Kayla berlari ke dalam kamar mandi.

"Jangan lama-lama, kita harus bergegas."

"Baiklah, tunggu hanya sebentar saja kok." mengatakannya dengan cepat.

Di dalam kamar. Kayla berdiri membelakangi pintu kamarnya. Kakinya begitu lemas, ia terduduk. Memegangi dadanya lalu bicara pelan.

"Senyuman palsu, semua yang Mama katakan palsu. Aku tahu Mama gak bahagia, tapi aku juga gak bisa melakukan apapun. Sungguh, aku ingin bertanya. Dari dulu aku ingin bertanya. Sebenarnya ayah meninggalkan kita karena apa?" ia meneteskan air matanya.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Jangan Mencintaiku   123#Aku Masih Mencintaimu

    Kepala Keyla sulit sekali bergerak, ia tak mampu menengok ke belakang. Ia berjanji tidak akan menangis lagi, tetapi sulit baginya berhenti. Lelaki itu melingkarkan tangannya pada tubuh Keyla, lalu mendekapnya tanpa ragu dari belakang."Kau jahat sekali, kenapa berpura-pura tidak mengenaliku?" tanya Mexsi menopang dagunya di atas pundak Keyla. "Kau tahu aku begitu menderita, setiap hari harus meminum obat dan melupakan semua hal tentangmu." "Ba .. gaimana mungkin, kau mengingatku kembali. Harusnya kau tetap melupakanku, Mexsi!" Jerit Keyla dengan wajah sedih."Itu kah maumu?" tanya Mexsi mundur selangkah. Keyla tetap tidak berani berbalik, apalagi menatap wajahnya. "Baik kalau begitu, aku pergi .... "Keyla tiba-tiba saja memegang lengannya sambil menunduk, tangannya bergerak sendiri tanpa meminta izin pada pemiliknya. "Aku ... Aku takut menembakmu, aku sangat takut kehilanganmu.""Tatap mataku, Keyla," kata Mexsi. Gadis itu hanya dapat menggeleng. "Kubilang tatap mataku, Keyla!" Teri

  • Jangan Mencintaiku   122#Keputusan Bersama

    Tina dan Ino terdiam sesaat, mereka berharap kalau Keyla tidak memikirkan perkataan Tino. Mereka meyakini jika sampai percaya maka apa yang akan terjadi pada sahabatnya, tiba-tiba saja Keyla berdiri, menatap segan ke arah Tino. "Keyla mau ke mana?" tanya Ino pelan."Keyla, di sini aja ya. Gak usah dengerin apa yang barusan Tino bilang, kita kan tahu kalau dia suka bercanda. Dan selalu membangkitkan emosi kita, iya kan Ino?" kata Tina melirik pelan ke arah Ino."Oh iya haha." Ino sedikit tertawa sambil memukul pelan pundak Tino.Selama ini Mexsi yang menemani Kayla dalam keadaan sesulit apapun, bahkan sampai detik-detik terakhirnya saja. Mexsi mampu membuat bahagia di masa sulitnya, apakah Keyla menyadari hal itu. Tentu saja, Keyla sangat memahami hubungan mereka berdua. Satu hal lagi yang belum Keyla tahu. "Gue sama Mexsi udah saling benci pada saat usia kanak-kanak."Tina langsung bertanya. "Apa penyebab kalian saling membenci?"Ino dan Tino hanya menatap ke dalam mata Keyla sambil m

  • Jangan Mencintaiku   121#Pesan

    Hanyut dalam dekapan ibu Ino membuat Keyla semakin tak sanggup menahan air matanya. Cukup lama ia menahannya, terbendung sudah hampir meluap keluar. Air matanya mengalir deras turun melewati pipinya yang kini memerah, ia tidak tahu kalau selama ini ia butuh dipeluk oleh seseorang dalam keadaannya yang sedang mencari informasi terkait kematian kakaknya.Ibu Ino berniat menceritakan sedikit tentang semasa hidup Kayla, waktu itu di mana geng Sarah menghancurkan usahanya. Sebagai ibu pemilik kantin di sekolah Ino dulu, Ibu Ino melepaskan pelukannya. Menatap Keyla yang saat ini sedang mengusap air matanya. "Kakakmu Kayla adalah gadis yang sangat baik, dia sangat berjasa bagi kami." Tiba-tiba saja ibu Ino membahas tentang kakaknya."Benarkah?" Kedua bola mata Keyla berbinar-binar saat mengatakannya."Tentu saja, Kayla maju digaris paling depan. Saat kantin kami sedang diobrak-abrik oleh Sarah dan teman-temannya, Kayla sempat terluka dia tidak menyerah sedikit pun. Demi membantu kami, dia sa

  • Jangan Mencintaiku   120#Keputusan Yang Tepat

    Ibunya mendongak ke atas menatap wajah putranya. "Aku tahu betul, jika tangan Bunda bergetar seperti ini. Artinya Bunda berbohong, apakah sangat sulit bagi Bunda memberitahuku yang sebenarnya?" tanya Mexsi masih tetap memegang tangan ibunya."Bunda sudah memesan tiketnya, lebih baik kita bergegas. Nanti ketinggalan pesawat.""Cukup Bunda!" Mexsi sedikit meninggikan suaranya, tapi masih dalam batas wajar. Ia melangkah pergi ke depan pintu."Mau kemana?" tanya ayahnya yang baru saja sampai di depan pintu."Ayah, cegah dia Yah. Mexsi kita mau pergi, dia tidak ingin ikut bersama kita kembali ke Singapura. Ayo Ayah cegah dia," kata istrinya merasa ketakutan yang amat sangat dalam.Suaminya menggeleng. "Biarkan saja.""Apa maksud Ayah?""Biarkan saja Mexsi tinggal dan melanjutkan studynya di sini."Mexsi berhenti melangkah, membulatkan matanya, menengok ke arah ayahnya sedang bicara. Ternyata ayahnya malah memilih membela dirinya ketimbang ibunya sendiri. Selama ini, ayahnya selalu tunduk d

  • Jangan Mencintaiku   119#Terlihat Mencurigakan

    Puk. Sekotak kecil menimpa kepalanya, sampai Mexsi mengelus kepalanya beberapa kali tanpa bersuara. Kotak kecil itu patah, sehingga terlihat isinya sedikit. Ia memegang kotak itu lalu memperhatikannya dengan seksama, nampak tidak asing baginya. Ia mengambil buku diary ingin membuka selembar kertas. "Mexsi!" Jerit ibunya dari luar kamar. Mexsi sampai menjatuhkan buku diary milik kakaknya, ia jongkok mengambil buku diary itu. Ibunya langsung merebut buku itu darinya, ia mengangkat kedua alisnya."Bunda kembalikan, buku diary itu milikku." Pinta Mexsi merengek dengan sedikit bergurau."Nggak, mulai detik ini, buku diary ini. Milik Bunda," jawab ibunya tersenyum masam."Kenapa begitu?" Mexsi menaikan sebelah alisnya karena tak terima buku itu tiba-tiba diambil ibunya."Gak usah banyak tanya, kalau kamu mau buku diary ini. Maka kembalilah ke Singapura, Bunda pasti memberikannya padamu." Ibunya melangkah pergi dari sana setelah mengatakannya.Mexsi hanya terdiam sambil memikirkan segala ke

  • Jangan Mencintaiku   118#Rumah Tak Terhuni

    "Biar gue tarik kata-kata gue waktu itu, beres kan?" jawab Keyla lalu bertanya padanya."Bisa gak, jangan egois. Ambil keputusan secara sepihak begitu, kita.""Kenapa, kenapa, nyawa kalian bisa dalam bahaya jika terus bareng gue. Kalian tahu sendiri kan, ayah gue udah jadi korban. Dan gue gak mau kehilangan lagi, gue mohon sama kalian jangan pedulikan untuk kali ini saja, jangan menoleh. Cukup berpaling aja," ungkap Keyla yang bersungguh-sungguh takut kehilangan lagi.Tina dan Ino terdiam sesaat, lalu Tina maju selangkah menujunya. "Terus lo pikir kita juga mau gitu kehilangan sahabat kita lagi?""Kenapa kalian sampai segitunya, harusnya kalian gak usah melakukan hal ini.""Karena kita ini sahabat," jawab Ino dengan tersenyum sambil menutup matanya."Huaaaa!" Keyla menangis sejadi-jadinya di tempat itu. Tina dan Ino kembali saling pandang, mereka memeluk Keyla bersamaan. Mereka menumpahkan kesedihan, kerinduan, serta persahabatan menangis bersama di sana. Beberapa saat Ino menghapus a

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status