Share

5#Ayah Yang Entah Kapan Kembali

Mexsi duduk di atas tempat tidur memandangi meja belajarnya. Bukan, bukan meja belajar yang ia pandang. Tapi foto anak gadis yang sedang tersenyum manis menunggingkan gigi putihnya, ia tempelkan di ujung toa. Siapa lagi kalau bukan musuh bebuyutannya? 

Yang paling Mexsi sukai dari foto itu sebuah kumis hitam tebal menempel sempurna di bawah lubang hidungnya. Memakai kacamata bulat, dan tahi lalat besar di bawah mata sebagai pelengkap.

Terkadang Mexsi memuji dirinya sendiri, hanya dengan satu spidol hitam ia menciptakan sebuah karya. Hasil dari tangannya sendiri yang luar biasa, dari mana ia mendapatkan foto itu?

Entahlah...

Jika Mexsi marah atau kesal. Foto itulah yang akan menjadi korbannya, mengingat kejadian masa lalunya saat pertama kali mengenal Toa membuatnya kembali mematung.

"Gue gak percaya, dia bilang apa barusan," kata Mexsi ngedumel sendiri. Menggeleng-gelengkan kepalanya lagi dan lagi, masih tetap tidak percaya.

Gadis itu dengan tulus mengucapkan terima kasih? Daripada pusing akhirnya ia memutuskan merebahkan tubuhnya di atas kasur, tanpa memikirkan bunga yang baru ia beli berhamburan di pinggir jalan. Menghilangkan niatnya mandi kembang tujuh rupa yang beterbangan tertiup angin pelan.

***

Kayla duduk di bangku meja belajarnya, mulai membuka lembar demi lembar buku fisika. Saat membuka pada lembar berikutnya ia teringat pada suatu kejadian. Menempelkan siku lengannya di atas meja, tak sadar telapak tangannya menompa pipi kanannya mulai membayangkan malam yang dingin. Saat terjatuh bunga berwarna-warni berhamburan ke udara, jatuh ke bawah tertiup angin pelan, menimpa kepalanya dan Mexsi saat itu sedang membantunya hampir berdiri.

Tiba-tiba dijatuhkan begitu saja, tangannya turun langsung menggebrak meja, senyuman pada wajahnya kini telah hilang.

"Kesel banget gue, tapi... " ia mengernyit memegang bukunya sampai lecek, saat menyadarinya terkejut, "hampir aja robek, kenapa sih kepikiran itu orang yang nilai gue buruk, jadi gini kan." sesuatu mulai mengganggu pikirannya, telepon bergetar membunyikan suara lonceng.

Diraih ponsel itu dari dalam saku kantung celananya, di liriknya ke arah layar ponsel.

1 pesan W******p.

From : 08953368xxx

Kayla?

Kening Kayla berkerut heran saat dilihatnya ada sebuah chat wa masuk dari nomor tak dikenal.

To : 08952435xxx

Ya, ini siapa?

Send. Send...

Lima detik kemudian mendapatkan balasan chat.

Ini Will, apa kabar?

Will!

Bola matanya nyaris keluar saat membaca chat itu, bagaimana tidak. Sahabat kecilnya yang sudah lama pergi dari Indonesia dan selama bertahun-tahun berada di Australia tanpa ada kabar sekalipun, tiba-tiba dia mengirim sebuah chat. Kayla secepatnya membalas sambil senyum-senyum sendiri.

Alhamdulillah baik, lo ke mana aja. Baru ngabarin gue? Kapan balik?

Lima detik kemudian ponselnya berbunyi suara lonceng.

Syukurlah, nyokap sama bokap nahan hp gue, kata mereka supaya pelajaran gue gak terganggu. Jadi sorry baru bisa ngabarin lo, insya allah secepatnya.

Membaca balasan dari sahabat kecil yang sangat ia rindukan, tak terasa satu jam berlalu begitu cepat. Ngantuk berat, akhirnya tertidur di atas meja belajar. Ibunya mengetuk pintu namun Kayla tidak dengar, setiap hari Ibunya pulang larut malam. Bahkan hampir setiap hari tak pernah bertemu Ibunya. Meski mereka tinggal satu atap, tapi bagaikan terpisah. 

Ibunya mencoba membangunkannya menepuk-nepuk punggungnya pelan, agar pindah ke tempat tidur.

"Mama udah pulang, jam berapa?" ucap Kayla dalam keadaan matanya masih tertutup rapat.

"Baru saja datang, sekarang pindah jangan tidur di atas meja. Besok Mama temenin kamu check up, Mama udah minta izin ke wali kelas kamu."

"Check up lagi?" kedua bola mata Kayla membulat, "Kayla udah bilang beberapa kali, Kayla gak sakit, Mah?"

Membantu Kayla berdiri pindah ke tempat tidurnya. "Udah ngomongnya besok aja, kamu keliatan ngantuk berat."

Setiap kali harus check up, jika Kayla bertanya Ibunya hanya menjawab 'Berjaga-jaga aja, jika sakit langsung diobati', berbaring di atas kasur, Ibunya menarik selimut dan menutupi seluruh tubuh putrinya.

Setiap kali melihat Kayla tertidur pulas, ia takut suatu hari nanti putrinya tidak dapat terbangun kembali. Mengecup keningnya, lalu keluar dari kamarnya, tes setetes air mata jatuh dari kedua pipi Ibu Kayla. Berjalan masuk ke dalam kamarnya yang bersebelahan dengan kamar putrinya.

Tentu saja sedih jika harus melihat putrinya saat dia pulang sedang tertidur tanpa bicara banyak, tidak ada waktu untuk bersama putrinya bahkan melihat Kayla tersenyum hanya dari fotonya saja. Karena terlalu sibuk ia bekerja sangat keras, demi kebahagiaan putrinya kelak.

Terbangun lebih awal. Lebih pagi dari sebelumnya, tapi Kayla teringat perkataan ibunya hari ini. Ia ada jadwal pemeriksaan kesehatan. Menepuk jidatnya sendiri, lebih baik kembali tidur. Jika bukan karena ibunya, ia pasti sudah tidur sampai siang.

Kayla sudah rapi memakai baju Dres berwarna putih. Mendekati Ibunya yang sedang menyiapkan sarapan, menatapnya dan memeluk Ibunya.

"Good morning, Mom." seculas senyuman tampak terlihat dari mulutnya.

Memegang tangan Kayla yang melekat pada tubuhnya. "Sejak kapan jadi semanja ini, perasaan jarang kaya gini," kata Ibunya memandang putrinya keheranan.

"Mulai sekarang setiap pagi kalau kita bertemu, aku akan memeluk Mama seperti ini." Kayla memeluk Ibunya semakin erat sambil menutup mata.

Ibunya berusaha kuat dan tegar, membalas pelukan putrinya. "Mama adalah seorang Mama yang paling beruntung, memiliki putri sebaik dirimu."

"Aku lebih beruntung, karena menjadi putri Mama yang sangat menyayangiku, tidak seperti ayah yang membuangku begitu saja." wajahnya berubah cemberut menahan kesal.

Mendengar perkataan putrinya membuat ia merasa sedih. Selama ini tanpa ada kata suaminya pergi saja, meninggalkan mereka berdua. Entah di mana saat ini dia berada, yang jelas ia harus bisa melupakan masa lalu.

Ia harus tetap kuat, tetap tegar. Demi putri yang sangat ia sayangi, sangat berharga dalam hidupnya. Tetap saja, yang namanya kenyataan tak dapat mengubah takdir seseorang.

Hanya bisa saling menguatkan satu sama lain. Semoga saja Kayla tak terlalu memikirkan hal itu.

"Sudahlah, jangan dipikirkan ayo sarapan dulu," jawab Ibunya menyuruhnya makan. Agar tak terlalu memikirkan hal yang bersangkutan dengan suaminya.

"Baiklah Mah, lagi pula aku harus semangat. Kelak akan aku buktikan padanya, bahwa aku adalah anaknya yang sukses." ia mengangkat tangannya sambil menggenggam sendok makan.

Ibunya hanya bisa tersenyum menatapnya. 

"Ini baru putri Mmam," kata Ibunya melebarkan senyumnya.

Tapi senyuman Ibunya terlihat tampak terpaksa. 

"Aku ke kamar mandi sebentar," ucap Kayla berlari ke dalam kamar mandi.

"Jangan lama-lama, kita harus bergegas."

"Baiklah, tunggu hanya sebentar saja kok." mengatakannya dengan cepat.

Di dalam kamar. Kayla berdiri membelakangi pintu kamarnya. Kakinya begitu lemas, ia terduduk. Memegangi dadanya lalu bicara pelan.

"Senyuman palsu, semua yang Mama katakan palsu. Aku tahu Mama gak bahagia, tapi aku juga gak bisa melakukan apapun. Sungguh, aku ingin bertanya. Dari dulu aku ingin bertanya. Sebenarnya ayah meninggalkan kita karena apa?" ia meneteskan air matanya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status