Share

6#Check Up

Sampai di rumah sakit Kayla dan ibunya memasuki ruang pemeriksaan, putrinya di bius tanpa sepengetahuan Kayla. Memeriksa dan melakukan pengobatan dalam beberapa jam saat semuanya sudah selesai. Ibunya bicara berdua dengan dokter yang baru saja melakukan pengobatan pada putrinya, keluar dari ruangan dokter dengan wajah sedih.

Putrinya sadar memanggil ibunya.

"Mama," ucap Kayla suaranya terdengar lemas dan serak.

"Sayang kamu udah bangun." tanya ibunya dari kejauhan berlari kecil ke arahnya. Memegang tangan kanan Kayla.

"Kapan kita pulang, aku gak betah lama-lama di rumah sakit Mah." ia ingin turun dari ranjang.

"Sekarang sudah boleh pulang, ayo sini Mama bantu." ibunya memegang tangan Kayla perlahan mereka pergi keluar dari depan pintu rumah sakit.

Menuju parkiran pulang menaiki mobil Toyota berwarna biru. Sepanjang perjalanan Kayla menceritakan hari pertamanya masuk sekolah, hingga seorang lelaki yang duduk di sebelahnya berteriak.

Membuat ibunya tertawa terpingkal-pingkal mendengar cerita putrinya, bagaimana tidak? Dia memperagakan pada setiap bagian lelaki itu terus saja meneriakinya dengan wajah datar dan tatapannya yang sangat dingin.

"Dia berkata, 'Lo, kok ada di sini!' lalu setelahnya dia memanggilku, 'Si Toa Berjalan.' "

"Setelahnya apa yang terjadi?" tanya Ibunya penasaran dengan cerita putrinya.

"Kami pindah tempat duduk, aku dengan Tina. Dia duduk bersama Tino, meski demikian. Dia menggendongku sampai ke ruang uks, karena tiba-tiba pingsan," kata Kayla sambil tersenyum tipis.

Ibunya menghentikan mobil secara mendadak. Sampai tubuh keduanya sedikit condong ke depan. Kayla mengangkat wajahnya, menatapnya.

"Tapi kamu gak apa-apa kan? Kenapa gak bilang sama Mama kalau kamu pingsan?" tanya ibunya keningnya berkerut menatapnya.

"Mama kenapa? Aku baik-baik aja kok. Bukankah tadi sudah diperiksa oleh dokter Mala?" Kayla malah balik bertanya. Karena sungguh aneh, ibunya mendadak menghentikan mobilnya begitu saja.

"Walaupun begitu, kamu harus tetap memberi tahu Mama."

"Bagaimana caranya? Mama kan selalu sibuk. Jarang ada waktu, hanya untuk check up. Baru kita bisa bertemu, aku hanya tidak ingin membuat Mama khawatir- "

Ibunya memegang pundak Kayla. "Intinya apapun yang terjadi padamu, beri tahu Mama. Mama pasti ada waktu sayang, akan selalu ada buat kamu. Jadi, jangan khawatir. Maafkan Mama ya?"

"Mama gak perlu minta maaf, aku mengerti. Yang Mama lakukan demi aku, jadi jangan salahkan diri Mama sendiri."

"Terima kasih sayang." ia memeluk Kayla.

***

Mexsi memperhatikan pintu masuk kelas namun tidak ada tanda-tanda Kayla datang, tak sadar ia mengetuk-ngetuk meja. Bergidig merinding menghentikan ketukannya, dalam keadaan memegang tangan temannya.

Kenapa juga gue mikirin Toa. Dalam hatinya.

Mata Tino menyipit menatap teman sebangkunya yang sedari tadi memegang tangannya.

"Mexsi gue masih waras kali, lo pegang-pegang tangan gue," ucap Tino menatapnya sinis, mengarahkan pandangannya pada tangannya.

Mexsi mengikuti arah bola mata Tino, terkejut refleks membanting tangan Tino ke meja keras-keras.

"WADAAAW!" teriaknya kembali mengejutkan Mexsi sampai berdiri. "Jahat bener lo, sakit tahu, coba liat! Merah kan?"

Tino memegang tangannya, ikut berdiri, meringis kesakitan, mengibas-ngibas tangannya ke udara.

PLAK!

Tangan Tino terasa menampar sesuatu, keras namun terasa empuk. Saat melirik, ia terkejut, melihat wajah Tina berubah merah. Ternyata Tino tidak sengaja menabrakan tangannya ke wajah Tina, sebelum amarah Tina meledak ia secepatnya mencari alasan.

"Gue yakin, lo dateng ke sini pasti membawa kabar atau berita bagus, katakanlah," kata Tino memutar kepalanya untuk menatap Mexsi yang diam memperhatikan mereka.

"TI... " menarik napas berat, mengatur pernapasannya, menghembuskan sekeras mungkin. "NOOO!"

Membuat Tino menutup telinga, dengan kedua telapak tangannya.

Mexsi ikut menutup telinganya, tapi sesuatu mengganggu pikirannya. Teriakan Tina belum bisa menandingi Toa, mungkinkah dia merindukan sifat buruk musuh bebuyutannya.

Tina menjewer kuping sebelah kiri Tino, sampai memerah.

"Ampun Tina! Gue gak sengaja, serius." Tino meringis kesakitan.

Tina mulai menghembuskan napas sabar, melepaskan telinga sepupunya itu.

"Tino, di panggil sama guru BK," ucapnya singkat. "Lo gak ada habis-habisnya bikin masalah, gue yakin hukuman kali ini pasti berat satu kata buat lo... SUKURIN!"

"Terserah gue dong, masalah?!" Tino pergi dari sana dengan sangat bersemangat.

Amarah Tina hampir keluar dari batasannya, melihat Padil membuat Tina tersenyum. Mexsi melangkah pergi dari sana, hampir mendekati pintu keluar.

Padil membawa buku tugas teman sekelasnya, buku yang di bawanya hampir berjatuhan. Kayla memegang buku itu, Padil tersenyum padanya. Mexsi terdiam pada samping pintu sedikit lebih jauh dari mereka.

"Sini biar gue yang bawa setengahnya," pinta Kayla menatapnya.

Padil memberikan setengahnya pada Kayla yang bersedia membantunya, Tina ingin melangkah mendekati pujaan hatinya. Namun kebelet pipis, panggilan alam tidak bisa diganggu gugat.

Lelaki itu membulatkan matanya tak percaya. Toa membantu orang lain? Gak salah.

Menaruh buku-buku di atas meja guru.

"Thanks, udah bantuin gue, selama ini gak ada yang bantuin. Jadi beruntung banget lo ada di kelas ini," kata Padil menatapnya.

"Iya sama-sama, jangan bilang begitu gue gak sebaik itu. Karena ada seseorang yang menilai gue gak baik." matanya menatap ke arah Mexsi sangat tajam.

"Siapa sih yang nilai lo tanpa liat sisi baik lo, dia pasti buta mata,"-ia menunjuk kematanya-"sama buta hati,"-menunjuk ke dadanya-"lo udah baik, suka menolong dan cantik. Kenapa orang itu bego ya?"

Kayla mengangguk-angguk dengan senyuman, lalu berubah menjadi datar saat menatap Mexsi. Sedangkan yang ditatap, mengangkat sebelah alisnya kesal menatap Padil.

"Kemarin kenapa gak masuk?"

Pertanyaan Padil membuat Mexsi ingin membuka telinganya lebar-lebar, ingin tahu apa alasannya. Bukannya ia kepo, tapi ingin tahu saja. Jika gadis itu sampai sakit, ia akan menjadi orang yang pertama paling bahagia.

"Gue harus rutin check up."

Mexsi semakin penasaran. Tentu saja penasaran, bagaimana pun juga. Gadis itu adalah musuh bebuyutannya dari kecil, jika terjadi sesuatu padanya. Ia akan tertawa di atas penderitaannya.

"Ko check up, emang lo sakit apaan?"

"Gue juga gak tahu, yang jelas kata ibu gue 'Cuma jaga-jaga aja kalau sakit langsung diobatin.' "

"Oh gitu sebentar," Padil memandangi satu kelas. "Kita semua di suruh kumpul di tengah lapangan, jangan banyak tanya karena gue juga gak tahu ayo!"

Padil langsung keluar dari kelas. Kayla hanya melongo, bingung melihat Padil pergi ke tengah lapangan.

Belum juga beres bicara dengannya, main tinggal saja. Sifat Kayla yang dari dulu tak akan pernah mau di tinggalkan. Semua itu terjadi karena ayahnya yang secara tiba-tiba meninggalkannya.

Jadi wajar saja. Jika Kayla tak mau sampai di tinggalkan lagi, untuk yang kedua kalinya.

"Ada apa sih, sampai di suruh kumpul ke tengah lapangan?" Kayla ngedumel sendiri menatap yang lain keluar kelas.

Lisuni98

Wah ada apa ya? Kira-kira ada yang tahu mereka disuruh ngapain? See you, next part

| Like
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Andrie S
seruuuu sih bikin penasaran sukses ya say semangat
goodnovel comment avatar
Richard Mahendra
Jujur dari pertama saya membacanya ceritanya sangat menarik...gk bisa komen lebih banyak lagi soalnya gk bisa berkata-kata apa...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status