Adiknya selangkah mendekati kakaknya. "Maksudmu kau menemukannya, di mana? Apa dia baik-baik saja, katakan padaku?" "Hey! Berhentilah bicara omong kosong. Bagaimana mungkin aku tahu, kau sendiri tidak memberi tahuku siapa namanya." Sergah Adam mencegah adiknya memikirkan gadis itu. Terakhir kali. Adiknya sampai hampir gila, bahkan ingin loncat dari teras rumahnya sendiri karena dilarang mengejar gadis itu. Lebih baik ia secepatnya menghentikan topik itu, lebih cepat lebih baik."Keyla Prawijaya!" Teriak adiknya.Adam menoleh. "Siapa?""Gadis itu. Gadis yang ada dalam buku diaryku, jika kau mengetahui keberadaannya. Tolong beri tahu aku, sungguh aku sudah lelah mencarinya sampai ke Singapura. Tapi keberadaannya sulit untuk ditemukan, jadi ... jika kau tahu, jangan rahasiakan dia dariku. Aku janji tidak akan melakukan hal gila, seperti waktu itu." "Will, sebenarnya aku hanya bercanda. Haha." Adam terpaksa berbohong pada adiknya. Ia belum siap memberi tahukan keadaan gadis itu, takut
"Bagus, sikap patuh seperti itu baru anak didik yang baik." Adam langsung pergi dari sana.Keyla berpikir sebaliknya. Biarlah saja dia pergi, biarkanlah seperti apa yang diinginkannya. Kali ini Keyla mengalah untuk menang, karena apa? Jam kelas mereka kan berbeda. Suasana hati Keyla tidak terasa buruk, apa ia merindukan mengerjai seseorang? Ia menggelengkan kepalanya. Cukup! Jangan sampai ia memikirkannya lagi, Keyla hanya ingin melupakan segalanya tentang dirinya.Kelas terakhir. Keyla membereskan bukunya, dihadapan sudah ada tiga orang gadis di sana. Tentu saja Fatin dan juga kedua temannya. Namun, seseorang melewati mereka dan kini orang itu berada tepat dihadapannya. Lelaki itu memberikannya beberapa tumpuk buku, Keyla langsung memegang buku-buku itu. Ketiga gadis itu hanya melongo melihat dosen tertampan dan juga termuda di fakultasnya, kini menghampiri Keyla.Adam menoleh, Keyla tidak "Kenapa diam saja? Ayo cepat jalan!""Dengarkan penjelesanku dulu, tap, " ucapan Keyla terpoton
"Dengar baik-baik, jika tidak menuruti permintaanku. Maka, bukan hanya Fatin dan kedua temannya yang akan dendam padamu. Namun, semua mahasiswa yang berada di sekolah ini sepertinya aku tidak perlu menjelaskannya padamu." Adam mengatakannya dengan penuh percaya diri tingkat dewa."Iya, iya baiklah. Jadi lepaskan tanganku sekarang," ucap Keyla berdecih keheranan dengan tingkah lakunya.Sebenarnya Keyla masih sangat penasaran dengan laki-laki bernama Adam William itu, sampai sekarang ia belum berhasil menemukan jawaban atas rasa penasarannya yang dulu. Ia bermaksud meluapak masalah itu sebelum ia sendiri menjadi gila karena memikirkannya terus-menerus, namun kini bertambah satu hal lagi yang membuatnya menjadi lebih penasaran. Keyla memastikan oh ya, ia punya janji makan siang dengan orang tua murid yang akan menjadi murid lesnya. Adam mengantarnya ke sebuah lestoran yang dekat dengan rumahnya, tapi pertanyaannya sekarang. Kenapa orang yang sangat menyebalkan itu duduk disebelahnya? Ap
Keyla mengangkat wajahnya kembali. "Iiih, siapa yang mau jadi wanitamu?""Tentu saja kamu," ucap Adam sedikit menggodanya."Aku bukan wanitamu!" Teriak Keyla sampai suaranya keluar dari mobil.Adam menutup telinganya. "Pokoknya aku mau mengantarmu sampai depan rumahmu, jika tidak aku akan membuatmu terkejut.""Terkejut, dengan cara?" tanya Keyla polos, ia sedikit tersenyum malu mungkinkah Adam akan memberikan hadiah."Membuat nilaimu masuk dalam tingkat D semua, pasti kau akan terkejut.""Sial! Harusnya aku tak percaya padamu, baiklah belok ke kiri, lalu ke kanan dan ikuti saja jalannya. Ada rumah berwarna putih cream, ya di situlah rumahku. Tamat ...." Keyla mengatakannya dengan mata hampir tertutup pipinya sedikit bulat, sambil menggerutu di dalam hati.Tiba di depan rumah Keyla, lelaki itu langsung pamit ia ingin secepatnya bersiap-siap untuk makan malam. Keyla memegang gagang pintu. "Aku pulang.""Mama sedang masak." Ibunya masih memperhitungkan mau masak apa. Ibunya sedang membua
"Tidak?" Keyla mengerutkan kening, itu bukan jawaban yang diharapkannya."Tidak.""Kenapa?""Kenapa harus?""Lalu apa rencanamu, dengan mengatakan hal itu?""Tidak ada rencana apa-apa.""Aneh.""Tidak aneh."Keyla menatap Adam dengan mata yang disipitkan, Adam balas menatapnya sambil tersenyum. Laki-laki itu punya senyum yang menular, begitu melihat senyumannya Keyla tidak bisa menahan diri untuk tidak tertawa."Biar aku bertanya satu hal," kata Keyla sambil mengangkat jari telunjuknya."Rupanya kau penasaran sekali dengan perkataanku," kata Adam sambil menunduk dan menyantap makanannya."Aku memang mudah penasaran. Itu salah satu kelemahanku," ujar Keyla riang, seakan ia sendiri tidak menganggap hal itu suatu kelemahan. "Kata ibuku aku bisa berbahaya bagi umum kalau aku sedang penasaran.""Aku yakin ibumu benar.""Asal kau tahu saja, kau benar-benar membuatku penasaran. Maka dari itu, jawab saja pertanyaanku. Setelah itu aku tidak akan bertanya-tanya lagi," Keyla berjanji dan memasan
Adam hanya bisa menekuk kedua alisnya, ia sangat kasihan pada Keyla. Ia tak menyangka sebelumnya, ternyata ini yang selama ini membuatnya murung mungkin tempat ini adalah tempat kenangan Keyla saat bersamanya. Lalu kenapa dia menembak seseorang yang sangat dicintainya? Apa mungkin nanti ia tanyakan sendiri pada Will, tapi apakah Will tidak akan curiga dengan pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut dengan gadis itu."Keyla! Aku gak mau melihat kamu sedih. Aku hanya ingin kamu tersenyum, jangan menyalahkan dirimu atas apa yang sudah terjadi. Berhentilah menghukum diri sendiri!" Teriak Adam menghela napas lalu menatap Keyla segan sambil memegang tangannya.Keyla menatapnya. "Aku, apa aku bisa memaafkan diriku sendiri? Setelah apa yang sudah aku lakukan terhadapnya."Adam mengangkat alis. "Tentu saja, lagi pula dia sudah jauh darimu. Cobalah memaafkan dirimu sendiri, dan buka lembaran hidup yang baru bersama orang-orang terdekatmu dan aku.""Tapi, bukankah sudah terlambat. Kita akan mati di
Ibu Keyla menunggunya di ruang tamu. "Sudah pulang, gimana seru kencannya?""Nanti aja bahasanya. Mama aku mau istirahat.""Baiklah." Keyla terlihat sangat lelah, ia ke kamar mandi, mencuci wajahnya lalu tidur. "Keyla aku sungguh mencintaimu, maukah kamu menikah denganku?" tanya Adam sambil membuka kotak kecil yang berisi cincin. Keyla akan menerima lamarannya. Tiba-tiba saja Mexsi datang, menghancurkan acara lamaran itu.Mexsi menggandeng tangan Keyla. "Jika kamu tidak jadi milikku, maka kita harus mati bersama.""Apa maksudmu Mexsi?" tanya Keyla yang di bawa pergi ke tengah jalan.Mobil truk lewat. Mexsi menahannya di sana lalu ...."Aaaaa!" Teriak Keyla.Tengah malam Keyla terbangun, ia mengelus dadanya sendiri. "Menakutkan, kenapa harus bermimpi seperti itu." Ia mengatakannya dengan mata tertutup lalu tertidur kembali.Pagi hari ia sudah bersiap-siap untuk ke kampus, ibunya menyiapkan sarapan untuknya sebelum berangkat bekerja. Keyla merasakan apa yang dulu dirasakan kakaknya Kay
Adam menurunkan tangannya, Keyla melotot menatapnya. Lalu gadis itu memalingkan wajahnya, tentu saja ia sangat malu terhadap lelaki itu. Adam keluar terlebih dahulu dari mobil, tentu saja Keyla ikut keluar langsung lari tanpa bicara sepatah katapun dari Adam."Kenapa dia tiba-tiba lari, padahal aku hanya ingin." Adam menyentuh bibirnya sendiri lalu tersenyum manis. 'Kali ini jidatmu yang aku cium, lain kali pasti kudapatkan bibirmu.' Pikir Adam tersenyum sendiri berjalan ke ruang dosen.Mahasiswa yang lain saat ini sedang mengucapkan selamat pagi padanya, mendapatkan jawaban "pagi juga" sambil tersenyum tipis. Karena suasana hatinya saat ini sedang bagus, tentu saja semua gadis yang memberinya salam ikut tersenyum dan kegirangan haus kasih sayang. Adam tidak menyadari bahwa salah satu di antara anak didiknya ada yang sampai kejang-kejang bahkan pingsan, yang ia tahu ialah baru saja mencium jidat lebar gadis itu, rasanya sangat manis. Padahal kan tak ada rasanya sama sekali, tapi bagin