Home / Romansa / Jangan Pegang, Coach / Bab 56 : Partnership Atau Relationship

Share

Bab 56 : Partnership Atau Relationship

Author: Mey_Lee
last update Last Updated: 2025-09-07 06:02:39

Jumat Pagi – Kafe Dekat Hotel Rafael

Mey datang sepuluh menit lebih awal. Seperti biasa, dia pilih meja yang “aman”—posisi strategis dengan view luas, gampang akses keluar, dan nggak terlalu mencolok. Kebiasaan yang kebentuk dari hubungan profesionalnya yang… well, complicated.

Rafael muncul tepat waktu. Rapi banget dengan gaya business casual khas Eropa. Cara jalannya percaya diri, effortless, bikin ruangan seolah otomatis ngasih ruang buat dia. Masih sama seperti dulu, alasan kenapa kerja bareng di Singapura

"Mey." senyumnya familiar, hangat, tapi juga ter kontrol. Dia duduk santai di depannya. “Kamu kelihatan oke. London cocok banget buat kamu.”

“Thanks. Kamu juga,” jawab Mey, suaranya datar.

“Trip bisnis ke Eropa lumayan sih buat nambah koneksi.”

Small talk itu rasanya agak canggung, apalagi setelah berbulan-bulan jarang komunikasi. Keduanya jelas tahu mereka ketemu bukan cuma buat basa-bas
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Jangan Pegang, Coach   Bab 59 : Antara Karier dan Hasrat.

    Selasa Pagi - Kantor Sementara Rafael.Mey datang dengan mata sembab dan kopi extra strong dalam genggaman. Semalam tidurnya berantakan—mimpi campur aduk antara bayangan suami lama, Rafael, dan Priya yang tersenyum tapi mata kosong."Morning meeting as scheduled," kata Rafael begitu Mey masuk, suaranya formal banget, kayak kemarin malem di bar nggak pernah kejadian."Morning."Meja meeting udah disiapkan rapi. Laptop, dokumen, proposal client—semua tertata profesional. Rafael duduk di ujung meja, kemeja biru navy, rambut rapi, parfum samar yang familiar. Seolah nggak ada drama kemarin, seolah telepon dari Priya cuma interupsi biasa."Kita mulai dari client pertama," Rafael buka laptop. "PT Garuda International. Mereka butuh repositioning brand buat market Eropa."Mey duduk berseberangan, jaga jarak. "Timeframe?""Tiga bulan. Budget cukup besar—bisa jadi foundation kuat buat quarter pertama kita.""Scope kerja?"

  • Jangan Pegang, Coach   Bab 58 : Lingkaran yang Terulang

    Kepercayaan baru saja disepakati, tapi di balik meja perundingan, ada tatapan-tatapan yang terasa terlalu akrab. Bagi Mey, semua ini bukan sekadar proyek—ini adalah pengulangan dari sebuah pola lama. Dan kali ini, ia sadar: lingkaran itu bisa jadi lebih berbahaya daripada sebelumnya.Tiga jam kemudian – bar hotel Rafael“Kamu beneran udah tanda tangan,” Rafael senyum puas sambil ngangkat lembar perjanjian itu, satu tangan lain pegang gelas wiski seakan lagi ngerayain kemenangan kecil.“Iya, aku udah tanda tangan.” jelas Mey“Terus David?”“Dia terima tawaran Amsterdam.”“Berarti… kita resmi partner bisnis.”“Kita resmi partner bisnis.”Rafael ngangkat gelasnya. “Untuk kesuksesan kerja sama kita.”“Untuk kesuksesan kerja sama.”Gelas beradu, wiski ngeluncur di tenggorokan, panas, tapi nggak sebanding sama sensasi familiar tiap kali Rafael ada di dekat Mey. Sensasi yang sebenarnya lebih berperan

  • Jangan Pegang, Coach   Bab 57 : Ruang untuk Memilih

    Jumat Malam – Apartemen LondonDavid sudah di rumah ketika Mey masuk. Laptopnya terbuka di meja dapur kecil, layar penuh catatan riset logistik Amsterdam."How was your meeting?" katanya tanpa mengangkat kepala."Informative.""Good informative or complicated informative?""Both."David menutup laptop. Untuk pertama kalinya sejak pertengkaran mereka semalam, tatapannya benar-benar fokus ke Mey."Want to discuss it?""Want to discuss it together, yes.""Together as in shared decisionmaking or together as in seeking approval for decision you've already made?"Kalimatnya menusuk, tepat di inti kebingungan Mey."Together as in processing information so we can make shared decision about Amsterdam timeline."David menarik nafas. "What information did Rafael share?""Business partnership proposal.""Partnership doing what?""European expansion of consulting

  • Jangan Pegang, Coach   Bab 56 : Partnership Atau Relationship

    Jumat Pagi – Kafe Dekat Hotel Rafael Mey datang sepuluh menit lebih awal. Seperti biasa, dia pilih meja yang “aman”—posisi strategis dengan view luas, gampang akses keluar, dan nggak terlalu mencolok. Kebiasaan yang kebentuk dari hubungan profesionalnya yang… well, complicated. Rafael muncul tepat waktu. Rapi banget dengan gaya business casual khas Eropa. Cara jalannya percaya diri, effortless, bikin ruangan seolah otomatis ngasih ruang buat dia. Masih sama seperti dulu, alasan kenapa kerja bareng di Singapura "Mey." senyumnya familiar, hangat, tapi juga ter kontrol. Dia duduk santai di depannya. “Kamu kelihatan oke. London cocok banget buat kamu.” “Thanks. Kamu juga,” jawab Mey, suaranya datar. “Trip bisnis ke Eropa lumayan sih buat nambah koneksi.” Small talk itu rasanya agak canggung, apalagi setelah berbulan-bulan jarang komunikasi. Keduanya jelas tahu mereka ketemu bukan cuma buat basa-bas

  • Jangan Pegang, Coach   Bab 55 : Antara Amsterdam dan London

    Kamis Malam – LondonMey menatap layar ponselnya. Chat dari Rafael masih nongol di situ, kebaca jelas di tengah cahaya redup apartemen London mereka yang sempit.“Dengar-dengar soal kemungkinan Amsterdam. Perlu bahas peluang bisnis yang mungkin ngubah jadwalmu. Bisa ketemu?”Pesan itu udah masuk sejak pagi. Tapi entah kenapa, udah seharian dia cuma mandangin, nggak juga ngerespon.Amsterdam barusan terasa jelas, exciting, penuh arah. Sampai pesan Rafael muncul dan bikin perutnya kerasa kayak ada simpul yang nggak bisa diurai."Everything okay?" suara David terdengar dari balik pintu kamar mandi. Ia keluar dengan handuk melilit pinggang, rambut masih basah kena uap panas shower. Energinya masih kebawa Amsterdam, bahkan setelah tiga hari balik ke London.Mey buru-buru nutup layar ponsel. Terlalu buru-buru. "Just processing." jawabnya."Processing Amsterdam excitement or processing Amsterdam nervous?" tanya David.

  • Jangan Pegang, Coach   Bab 54 : Amsterdam Eksplorasi

    Tiga Minggu Kemudian - Amsterdam"This doesn't look like temporary corporate housing," ujar Mey begitu David membuka pintu apartemen di tepi kanal, lebih mirip hotel butik mewah daripada sekadar akomodasi bisnis."Company takes care of their European expansion directors very well.""This is gorgeous.""This is what permanent posting would include. Company would help us find similar apartment if we decided to relocate."Mey berjalan masuk, matanya menyapu ruangan yang ukurannya dua kali lipat dari flat mereka di London. Jendela setinggi langit-langit menghadap kanal, dinding bata ekspos masih asli, plus dapur modern yang luas,cukup buat dua orang masak bareng tanpa harus tabrakan."I can see why you've been comfortable here," gumam Mey."Comfortable enough that three-week stays feel sustainable.""This is significantly better than our London cramped situation.""Quality of life upgrade would be major benefit

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status