author-banner
Meilya Aeniyah
Author

Novels by Meilya Aeniyah

Jangan Pegang, Coach

Jangan Pegang, Coach

Mey adalah seorang wanita dewasa yang berada di titik jenuh pernikahannya. Suaminya adalah sosok yang sibuk, dingin, dan tak lagi peduli pada kesejahteraan emosional Mey. Untuk pelarian, Mey rutin ke gym,tempat di mana dia bisa merasa "hidup". Di sana ia bertemu Rafael, pelatih pribadi baru yang ditugaskan untuk mendampinginya beberapa bulan ke depan. Awalnya hubungan mereka profesional. Tapi seiring waktu, ketegangan emosi dan fisik mulai tumbuh. Sentuhan kecil, bisikan, dan momen latihan yang intens perlahan membuka sisi Mey yang selama ini terpendam. Suatu malam, saat hatinya lelah dan tubuhnya butuh pelukan yang tak lagi ia dapat di rumah, Mey terjerumus pada keputusan yang tak pernah ia rencanakan bersama Rafael. Tapi cinta mereka tidak berjalan mudah. Ada banyak hal tak terucap, rasa bersalah, dan luka yang tak selesai. Sampai akhirnya Mey harus memilih: kembali ke hidup yang dingin namun “aman”, atau membuka jalan baru yang mungkin lebih jujur, meski penuh resiko.
Read
Chapter: Bab 125 : Hari Terakhir
Mey kebangun karena cahaya pagi nyelinap masuk lewat tirai apartemen Kemang. Rafael masih tidur, tangannya masih melingkar di pinggangnya. Mey nggak langsung gerak, cuma diam di situ, menikmati kehangatan dan kedekatan yang rasanya baru balik lagi setelah lama hilang.Tadi malam terasa seperti sesuatu yang lama Mey butuhkan.Bukan cuma soal fisik tapi juga batin. Mereka nyambung lagi di level yang lebih dalam.Rafael bergerak sedikit, matanya mulai terbuka."Morning," bisiknya."Morning.""Sleep well?""Very."Rafael senyum tipis, nyium bahu Mey pelan."Good."Mereka tetap di kasur lebih lama dari biasanya. No rush. No alarm. Cuma cahaya pagi dan diam yang nyaman."Hari ini hari terakhir," kata Mey pelan."Iya. Besok kamu packing, lusa kamu terbang.""Nervous?""Sedikit... tapi lebih lebih tenang sekarang. Setelah dua hari ini."Mey angguk, "Me too."
Last Updated: 2025-11-15
Chapter: Bab 124 : Tiga Hari Lagi
Pagi itu di apartemen Kemang. Mey bangun duluan. Rafael masih tidur, nafasnya masih pelan. Mey liat wajah Rafael sebentar, ada garis lelah di dahi, bahkan waktu tidur. Pelan-pelan, Mey keluar ke balkon, bawa kopi, duduk di kursi yang semalam mereka duduki. Udara Jakarta masih tenang, langit mulai terang. Tiga hari. Cuma tiga hari sebelum Mey berangkat. Tiga hari buat mereka 'figure this out'. Tapi gimana caranya? Dari mana mulainya?. Pintu balkon terbuka pelan. Rafael keluar, rambut berantakan dan mata masih sembab. "Pagi," suara Rafael serak. Mey menoleh, tersenyum. "Pagi. Mau kopi?" "Udah ada?" Mey ngangkat mug kedua yang udah disiapin dari tadi. Rafael senyum kecil, ambil, terus duduk di kursi sebelah Mey. Mereka diam beberapa saat. Nggak awkward, tapi berat "Aku udah mikir," kata Rafael akhirnya. "Soal kemarin." "Aku juga." "Dan aku mau usul sesuatu." Mey menoleh, "Apa?" "Mulai hari ini sampai minggu. Kita pakai waktu cuma buat kita berdua. No work. N
Last Updated: 2025-11-13
Chapter: Bab 123 : Titik Puncak
Rafael bangun lebih pagi dari biasanya. Alarm bunyi jam 5, dia langsung bangun, mandi cepat dan siap-siap buat site visit. Mey masih setengah sadar waktu Rafael keluar dari kamar mandi. "Udah mau berangkat?" tanya Mey dengan suara serak. "Iya. Meeting sama kontraktor jam enam. Sorry ya, kalau ganggu tidur kamu." "Nggak papa. Hati-hati ya." "Will do." Rafael nyium kening Mey sebentar sebelum berangkat. Setelah suara pintu tertutup, apartemen langsung berasa sepi lagi. Mey bengong sebentar, terus ngambil HP. Ada email dari Emma yang belum sempat dia balas. Mey ngetik pelan: Emma, I'm in. When do you need me there? Lima menit kemudian, balasan dari Emma pun masuk: Perfect. Flight Monday next week. I'll send the details. Thanks, Mey. You're lifesaver. Mey taruh HP-nya di meja, ngeliat ke langit-langit. Ada rasa lega yang seolah-olah udah mutusin sesuatu yang benar, tapi tetap kerasa nyesek. Mey tarik nafas panjang, "Aku belum bilang ke Rafael." gumamnya pelan. Sementara i
Last Updated: 2025-11-10
Chapter: Bab 122 : Jarak yang Belum Terlihat
Mey kebangun jam setengah enam. Rafael masih tidur di sofa dengan posisi yang sama kayak semalam. Laptop Rafael masih nyala, belum di matikan, tapi layarnya udah gelap. Mey ambil selimut dikamar, buat nutup tubuh Rafael pelan-pelan sebelum ke dapur bikin kopi. Sambil nunggu air panas, Mey buka HP-nya. Dan liat email masuk dari Emma. Subject: Singapore Side. Need Your Input. Mey, We're expanding our wellnes modul to two new corporate clients in Singapore. I need a senior person to handle the setup, which will take about 2-3 weeks on-the-ground. You're my first pick. Let me know if you're up for it. - Emma. Mey baca ulang. Dua sampai tiga minggu di Singapura. Artinya ninggalin Rafael pas lagi sibuk-sibuknya bangun RafFit studio. Waktunya... Nggak pas. Mey belum bales. Mey buka kalender dan liat jadwal Jakarta yang saling tabrakan. Nggak lama, Rafael muncul dari ruang tamu. Rambutnya acak-acakan, matanya masih setengah terbuka. "Pagi," kata Rafael dengan suara yang serak. "Pag
Last Updated: 2025-11-08
Chapter: Bab 121 : Perubahan Ritme
Alarm Rafael bunyi jam enam. Dia langsung matiin cepat, takut ganggu Mey yang masih tidur. Tapi, Mey udah kebangun dulu. "Pagi," sapa Mey pelan sambil buka mata. "Pagi. Sorry, volume alarm aku kegedean." "Nggak papa. Aku juga udah mau bangun." Rafael mandi lebih dulu, Mey nyiapin kopi. Rutinitas pagi yang udah jadi kebiasaan. Nggak banyak ngomong tapi nyaman. Sarapan mereka sederhana. Hanya roti panggang, telur dan kopi hitam. "Hari ini sibuk?" tanya Mey sambil ngunyah. "Lumayan. Ada site visit sama kontraktor jam sepuluh, terus lanjut meeting sama Gery soal revisi budget." "Sinta ikut?" tanya Mey lagi. Rafael diem sebentar. "Kayaknya iya. Dia kan lead marketing." Mey angguk. "I see." Rafael natap Mey serius. "Kamu nggak papa, kan?" "Yeah. Maksud aku... ini urusan kerjaan. Aku nggak boleh berharap kamu ngindarin dia." "Tapi kalau kamu nggak nyaman... " "Aku nyaman." potong Mey sambil senyum kecil. "Serius. Aku cuma masih menyesuaikan. Tapi aku percaya kamu." Rafael gengg
Last Updated: 2025-11-07
Chapter: Bab 120 : Retak yang Halus
Senin pagi – Apartemen KemangMey bangun jam enam, tapi udah nggak bisa tidur lagi sejak jam lima. Pikirannya terus balik ke malam kemarin—nama Sinta di layar HP Rafael, cara dia cepat-cepat matiin notifikasi, dan jawaban "besok aja" yang terlalu... ringan.Dia keluar ke balkon, bawa kopi, duduk sambil lihat Jakarta yang mulai bangun. Langit masih kelabu, udara dingin, tapi ada sesuatu yang terasa berat pagi ini.*Aku nggak mau jadi orang yang insecure. Tapi kenapa rasanya ada yang nggak pas?* batin Mey.Rafael keluar beberapa menit kemudian, masih pakai kaos tidur, rambut acak-acakan."Udah bangun lama?" tanyanya sambil duduk di sebelah Mey."Sejam-an.""Nggak bisa tidur?""Bisa. Cuma... kepikiran."Rafael diam sebentar, sensing something. "Kepikiran apa?"Mey pause, mikir apakah mau nanya atau nggak. Akhirnya dia mutusin untuk jujur."Kemarin... Sinta chat kamu, kan?"Rafael
Last Updated: 2025-11-05
You may also like
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status