Share

Bab 5. Hotel

Tak berselang lama akhirnya Restu telah sampai di hotel yang dijanjikan bersama Sely. Ia sangat tak bersemangat hari ini, entah karena masih terpengaruh alkohol semalam atau entahlah, dirinya malah bimbang sendiri.

Mengetuk pintu hotel agar segera dibukakan oleh Sely. Tidak menunggu waktu yang lama, akhirnya seorang wanita menggunakan baju mini membuat Restu berbinar. Lelaki mana bila tidak tergoda dengan bongkahan padat dan kenyal itu.

"Ayo masuk," ucap Sely sembari mengerlingkan matanya. Demi uang apapun itu bisa ia lakukan.

Kini wanita dan lelaki itu masuk ke dalam hotel. Melihat tingkah Restu yang kurang bersemangat membuat Sely curiga. Ia pun terus menggoda agar apa yang diinginkan segera tercapai.

"Ada apa? Sepertinya kau kurang sehat?" tanya Sely sembari terus menggoda.

"Entahlah, aku rasa kurang bergairah," jawab Restu jujur.

"Baiklah, akan aku tingkatkan gairahmu."

"Tidak! Aku sedang tidak ingin." Sely yang mendapat penolakan dari Restu membuat sedikit kesal. Bisa-bisanya dapat penolakan seperti ini.

"Hemz, baiklah," ucap Sely mengalah. Ia pun pergi ke kamar mandi. Membiarkan Restu sendirian yang sedang memandang langit yang cerah.

Suara air dari kamar mandi membuat Restu menoleh. Angannya ingin menyusul Sely, tetapi hatinya tidak ingin terlalu jauh kepadanya. Apakah semua ini rasa kepada Milva? Apa mungkin Restu sudah menaruh hati kepada istrinya itu?

"Argh! Aku ini kenapa?" tanya Restu sembari mengacak-ngacak rambutnya. Ia benar-benar sangat bimbang, satu sisi ingin begini. Namun, disisi lain seperti ada yang mencegahnya.

Ia pun berjalan ke arah ranjang. Lebih baik tidur dan melupakan semuanya. Ya, hanya itu yang dipikirannya Restu. Melompat tinggi, hingga dirinya terjatuh di atas kasur king size yang super empuk itu.

Memejamkan mata dan mencoba untuk tidur, tetapi suara air gemercik di dalam kamar mandi membuat dirinya dilema. Memang mandi berdua itu sangatlah menyenangkan. Apa lagi sembari bermain-main kecil sebentar.

"Argh! Sudahlah aku tidur saja. Biarkan Sely menuntaskan mandinya," ucap Restu, mencoba untuk menutup mata dan kembali fokus untuk tertidur.

Beberapa menit kemudian, Sely pun sudah selesai dengan mandinya. Ia cukup kesal, karena Restu tak menyusul ke dalam. Padahal pintu kamar mandi tidak ia kunci sama sekali.

Saat keluar dari kamar mandi, ia hanya bisa menggeleng. Lantaran, sang lelaki tertidur dengan pulasnya. Alih-alih kekesalan itu cepat mereda, paham dengan kondisinya yang saat ini. Ya, Restu lebih sering melamun ketimbang dulu, juga lebih banyak diam tak mau ngomong.

Hanya saja wajah tampannya itu tak membuat Sely melepaskannya. Justru ketampanan juga kekayaannya bisa ia manfaatkan. Satu malam saja dirinya bisa dibelikan barang-barang mewah. Jarang lelaki yang mau membelikan barang mewah seperti itu.

Sely pun hanya bisa mendengus kasar. Ia pun segera menujunke lemari pakaian. Niat hati sudah berbunga-bunga akibat bisa bercinta pagi ini. Eh, ternyata semua itu hanya angan semu, yang sulit sekali untuk digapai.

Setelah berganti baju dan memoles wajahnya sedikit. Ia pun menghampiri Restu yang masih tertidur. Dirinya ingin sekali menemani tidur. Namun, alih-alih perutnya terasa lapar. Segera Sely memesan makanan dengan menelpon pelayan di hotel ini. Tentu saja, ia tak ingin membuang banyak waktu untuk pergi keluar hotel.

Apa lagi di hotel ada lelaki tampan yang sedang tertidur pulas. Dengan pelan tapi pasti, ia pun membelai rambut Restu. Menatapnya dengan penuh makna, seakan ingin segera menerkam dan menerjangnya.

"Kapan kamu bisa menceraikan istrimu itu? Dan aku yang akan kau jadikan istrimu?" tanya Sely masih berharap semua itu akan menjadi nyata. Menikah dengan Restu adalah hal yang diidam-idamkan.

"Kamu selalu bilang sabar. Aku sudaj tak sabar sayang! Apa lagi harus menunggu istri sahmu itu mati dulu. Lagian selama ini belum mati-mati," ucap Sely mengeluarkan semua uneg-uneg yang berada di dalam pikirannya.

Baru ingin mengucap kata lagi, samar-samar mendengar pintu diketuk. Sely pun bangkit dari atas ranjang lalu berjalan menuju pintu hotel. Benar saja, ternyata yang datang adalah makanan yang tadi di pesan. Setelah membayar dan meberikan tips kepada pelayan. Ia pun segera membawa ke meja yang tak jauh dari pintu.

Membiarkan Restu tertidur, ia pun menyatap makanan yang tadi sudah dipesan. Hanya tiga makanan di banderol harga sembilan ratus ribu. Tentu saja uangnya bukan milik dirinya.

Ia pun membayar menggunakan uang Restu yang berada di dompetnya. Ya, dengan pelan-pelan ia menarik dompetnya itu hingga akhirnya membayar semua makanan yang mahal itu.

Tentu saja Sely tak mau rugi bila Restu sedang berada di hotelnya. Segala cara ia akan bisa menguras dompet sang kekasihnya itu. Entah dengan sadar, entah sedang tertidur seperti itu.

"Hemz lezatnya," ucap Sely terus menyantap makanan tersebut.

Andaikan saja yang berada di hotel dan memakan makanan mewah itu Milva. Sungguh sangat senang sekali pasti dirinya. Apa lagi setiap hari hanya makan nasi putih sedikit, tanpa lauk dan sayur. Ya, begitulah sehari-hari istrinya Restu. Beda sekali dengan kehidupan kekasih gelapnya. Semua sangat mewah, dari makanan, baju, tas, sepatu dan lain-lainnya.

Tentu saja, Restu lebih menjunjung tinggi Sely ketimbang Milva gadis lugu dan penyabar itu. Namun, waktu akan menjawab semuanya, termasuk hati Restu. Ya, semua tidak akan ada yang tidak mungkin.

Hampir tiga puluh menit Sely menyantap makanan tersebut. Kini semua makanan itu sudah tandas tak tersisa. Baginya makanan mahal memang sangatlah enak. Apa lagi semua diolah dengan bagus dan baik. Kualitasnya pun terjaga, beda bila makan di warteg apa lagi diemperan yang menurutnya sangat kumuh.

Berlari menuju keranjang, ia pun menyalakan televisi. Tangannya pun sembari mengelus-ngelus rambut Restu. Melihataang kekasih sedang tertidur, ia tak berani untuk membangunkan. Biarkan ia tertidur dengan puas hingga terbangun sendiri.

Apa yang tak terduga membuat Sely terperanjat. Ya, ponsel Restu bergetar berkali-kali. Tak ingin terlalu mengurusi kehidupan sang kekasih, tetapi hati sangat ingin mengetahui siapa yang menelvon.

Hingga pada akhirnya, Sely mengambil ponsel yang terletak tak jauh dari kepala Restu. Ia pun membaca nama yang terpampang jelas di ponsel kekasihnya. Dahinya mengerut saat melihat nama Dinda.

Sely seperti mengenal nama itu, tetapi entah siapa yang menggunakan nama itu. Niat hati ingin mengangkat teleponnya, tetapo ternyata sudah ada notifikasi panggilan tak terjawab. Ia pun menaruh kembali ponsel Restu sama seperti semula.

Pikirannya terus memikirkan nama Dinda, bagi Sely nama itu memanglah tak asing. Ia pun terus menerka-nerka dan menduga apa yang berada dalam pikirannya. Padahal sudah jelas-jelas dirinya masih tak ingat dan tak tahu.

"Mungkin temannya," ucap Sely tak ingin bernegatif memikirkan hal itu. Namun, apa yang tak terduga membuat dirinya mendelik dan kaget bukan main.

Bersambung ....

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status