Melihat kepergian Arga yang membawa Mer dalam keadaan kesakitan, Adi tiba-tiba saja merasakan hatinya ikut sakit. Dia bahkan merasa begitu marah karena tiba-tiba saja istrinya datang dan mengamuk seperti itu.Dia tidak menyangka jika Hanum bisa berbuat sejahat itu kepada Mer, padahal menikahi Mer dulunya adalah rencana dari Hanum sendiri.Namun, kini kelakuan Hanum sudah seperti istri yang teraniaya. Istri yang terdzalimi, istri yang diselingkuhi oleh suaminya sendiri. Padahal, nyatanya Hanum sendiri dulu yang meminta dirinya untuk menikah kembali. Setelah memiliki keturunan, Hanum bahkan meminta Adi untuk meninggalkan Mer.Sungguh jahat bukan niat dari wanita itu, tetapi kini keadaannya malah terbalik. Adi seakan adalah pria terjahat yang ada di muka bumi ini, Adi seakan menjadi pria brengsek yang selalu mempermainkan wanita."Tunggu, Mas. Aku ingin ikut," ujar Hanum ketika melihat suaminya masuk ke dalam mobilnya.Adi menghela napas berat, karena walau bagaimanapun juga dia tidak b
Setelah selesai melakukan kuretase, Mer dipindahkan ke ruang perawatan. Arga tidak pernah sedikitpun beranjak dari sisi Mer, pria itu selalu setia menemani Mer.Adi dan juga Hanum masih berada di rumah sakit tersebut, mereka berdua nampak duduk di bangku tunggu tepat di depan ruang perawatan milik Mer.Keduanya terlihat begitu gelisah karena sampai saat ini Mer belum juga sadarkan diri, Adi sungguh takut akan terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan kepada Mer."Ini semua gara-gara kamu, Hanum. Jika kamu tidak datang menyusul, maka tidak akan terjadi hal yang seperti ini terhadap Mer," ujar Adi penuh dengan kekesalan saat menatap wajah istrinya tersebut.Hanum yang mengakui kesalahannya pun hanya terdiam, dia tidak berani melawan ataupun membantah ucapan dari suaminya tersebut.Ah! Adi benar-benar merasa frustasi, jika benar bayi yang dikandung oleh Mer dan baru saja keguguran itu adalah benihnya, maka sungguh dia benar-benar merasa terluka.Setelah cukup lama berdiam diri akhirnya A
Setelah pulang ke rumah, Adi hanya terdiam dan tidak pernah menegur Hanum. Akan tetapi, jika dia sedang bersama dengan Meira, pria itu akan terlihat hangat dan begitu menyayangi putrinya tersebut.Namun, jika saat berdekatan dengan Hanum, Adi nampak begitu enggan untuk bersama dengan wanita itu. Bahkan, Adi kini selalu tidur bersama dengan Meira.Pria itu selalu berkata ingin membacakan dongeng untuk putrinya sebelum tidur, tetapi pada kenyataannya pria itu tidak pernah kembali ke kamar utama.Hanum benar-benar merasa kesepian, Hanum benar-benar merasa tidak dianggap istri oleh Adi. Namun, dia tidak berani menegur pria itu karena memang pada kenyataannya dialah yang salah.Hal ini terjadi bukan baru satu atau dua hari, tetapi sudah satu bulan lamanya Adi tidak pernah menegur istrinya tersebut.Malam ini, Adi kembali tidur dengan putrinya. Hanum benar-benar merasa tidak tahan dengan keadaan seperti ini, dia tinggal di rumah yang sama dengan suaminya tetapi tidak pernah bertegur sapa.S
Arga mengurungkan niatnya untuk masuk ke dalam apartemen Mer, dia lebih memilih kembali ke dalam apartemennya dan merebahkan tubuh lelahnya di atas tempat tidur.Walaupun rasanya rindu dan juga tidak tahan untuk segera bertemu dengan Mer, tetapi dia masih bisa mengontrol dirinya. Lagi pula mereka belum menjadi pasangan halal, tidak boleh bukan jika harus selalu bersama-sama.Terlebih lagi ini adalah malam hari, takut takutnya Arga malah ingin melakukan hal yang lain sama seperti yang sudah-sudah. Karena memang dia itu begitu sulit untuk mengontrol emosinya ketika berdekatan dengan Mer.Bukan ingin melakukan hal yang tidak-tidak terhadap wanita itu, tetapi dia tidak sabar untuk bisa segera mengesahkan Mer dan menjadikan wanita itu miliknya seutuhnya."Lebih baik aku tidur saja, besok sebelum bekerja baru aku temui Mer," ujar Arga.Setelah mengatakan hal itu, dia langsung memejamkan matanya. Ia berusaha untuk terlelap di dalam tidurnya, walaupun memang begitu sulit.*Pagi telah menjela
Setelah kembali bekerja dengan Arga, kini Mer kembali lebih ceria. Terlebih lagi di dalam setiap harinya Arga selalu memberikan perhatiannya kepada wanita itu. Arga selalu memanjakan wanita itu, Arga selalu berusaha untuk membahagiakan Mer. Pria itu seakan tidak mau membuat wanitanya terluka, pria itu seakan tidak mau membuat wanita itu tersinggung sedikit pun.Jika hari libur tiba, pria itu akan mengajak Mer untuk pergi jalan-jalan. Dia ingin melihat Mer lebih tenang lagi, dia ingin melihat Mer lebih bahagia menjalani kehidupannya.Sesekali juga dia akan menyempatkan waktu untuk mengajak Mer makan malam di luar, hal itu dia lakukan agar Mer tidak merasa jenuh jika berdiam diri saja di apartemen.Hal itulah yang terus-menerus dia lakukan kepada Mer selama dua bulan ini, dia berusaha untuk mengembalikan keceriaan dari wanita itu.Setelah melihat Mer yang begitu ceria, pada akhirnya malam ini Arga memutuskan untuk menemui Mer bersama dengan sang ayah. Karena memang dia meminta tuan Dan
"Bagaimana, Mer?" tanya Tuan Danu.Mer tersenyum mendengar pertanyaan dari tuan Danu, lalu dia menolehkan wajahnya ke arah sang ayah. Mer seolah bertanya kepada pria itu dengan keputusan apa yang harus dia ambil.Pak Adan tersenyum lalu menganggukkan kepalanya, Mer ikut tersenyum lalu kembali menolehkan wajahnya ke arah tuan Danu."Aku akan menjawab pertanyaan Ayah setelah Arga pulang," jawab Mer.Tuan Danu nampak menggelengkan kepalanya mendengar jawaban dari Mer, karena ternyata wanita itu tidak ingin mengatakannya dengan cepat kepada dirinya."Oke, Ayah akan menunggu walaupun merasa tidak sabar," ujar Tuan Danu seraya terkekeh.Pada akhirnya Mer, tuan Danu dan juga pak Adan nampak mengobrol sembari menunggu kedatangan dari Arga. Hingga tidak lama kemudian pria itu datang dengan membawa pembalut yang dipesan oleh Mer."Ini, Yang. Pembalutnya," ujar Arga.Pria itu terlihat tidak malu membawa pembalut untuk wanitanya, Mer menjadi yakin jika Arga adalah pria yang terbaik untuk dirinya.
Satu minggu kemudian.Arga dan juga Mer kini sudah duduk di depan pak penghulu dan juga pak Adan, keduanya sudah berada di KUA untuk melaksanakan pernikahan.Padahal Arga ingin memberikan pernikahan yang luar biasa untuk Mer, tetapi sayangnya wanita itu bersikukuh untuk menikah secara sederhana saja.Di dalam ruangan itu hanya ada pak penghulu, tuan Danu, Johan, Anggi dan juga beberapa pegawai Arga yang diminta untuk menjadi saksi pernikahan mereka.Baik Mer ataupun Arga, keduanya terlihat begitu tegang. Padahal, ini adalah pernikahan kedua untuk Mer. Namun, justru wanita itu merasa lebih gugup dari pernikahannya yang pertama."Sudah siap menuju sah?" tanya Tuan Danu."Siap, Yah," jawab Arga."Kalau sudah siap, jangan tegang seperti itu. Tegangnya nanti malam aja," ujar Tuan Danu."Yah!" protes Arga, karena dia merasa jika ayahnya itu sedang menggoda dirinya.Semua orang yang ada di sana nampak tertawa, karena setelah mendapatkan protes dari Arga, tuan Danu malah kembali menggoda putr
"Jangan dilihat seperti, aku malu," ucap Mer.Arga mengusap pipi Mer, kini wanita itu sudah menjadi miliknya seutuhnya. Bahagia sekali rasanya, karena kini wanita itu sedang berada di bawah kuasanya."Jangan malu-malu, Sayang. Kita udah sah loh," ujar Arga seraya melebarkan kedua kaki istrinya.Mer nampak pasrah, karena menolak pun seakan percuma. Karena melayani Arga adalah kewajibannya, karena pria itu sudah menjadi suami sahnya."Aku mau cicipin yang ini, boleh ya?" tanya Arga seraya kembali mengusap milik wanita itu."Iya," jawab Mer seraya memejamkan matanya.Arga tersenyum dengan begitu lebar, lalu dia menunduk dan mengecup milik Mer. Mer langsung menggeliatkan tubuhnya, bahkan wanita itu terlihat mengangkat bokongnya.Arga yang merasa terganggu langsung menekan kedua paha istrinya tersebut, setelah itu dia mulai mencicipi hidangan pembuka tersebut.Daging kecil yang ada pada inti tubuh istrinya itu terasa begitu nikmat sekali, lembut dan begitu mudah dia hisap."Ouch! Arga! Gel