Pak Ceo, Aku Ingin Anak

Pak Ceo, Aku Ingin Anak

last updateLast Updated : 2025-09-15
By:  Za_dibahUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
6Chapters
7views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Amara selalu hidup untuk dirinya sendiri dan tak pernah memikirkan pernikahan. Semua berubah ketika sebuah kecelakaan tragis, yang terjadi saat ia tengah berbicara dengan CEO dingin nan kejam, Darian Lancaster, yang merenggut hampir seluruh hidupnya. Di ambang maut, satu penyesalan terbesar menghantuinya: ia tak ingin pergi tanpa meninggalkan jejak. Dihantui rasa bersalah, Darian menawarkan kompensasi. Namun permintaan Amara jauh dari dugaan: ia tak menginginkan uang, melainkan menjadi ibu, yaitu meminta “benih” sang CEO. Sebuah kontrak gila pun lahir, mengikat keduanya dalam hubungan tanpa cinta… yang diam-diam berpotensi mengubah segalanya.

View More

Chapter 1

Bab 1: Sebuah Kesepakatan Berani

“Apa yang kamu mau? Kompensasi atas kecelakaanmu?”

Suara Darian Lancaster terdengar berat dan dingin, memenuhi ruangan rumah sakit yang hening.

Amara tercekat. Untuknya, masih hidup saja sudah syukur. Tapi satu penyesalan besar terus menghantui: ia tidak ingin pergi dari dunia ini tanpa meninggalkan jejak.

Ia menelan ludah, lalu berbisik pelan, “Kamu mau jadi ayah anakku… atau hanya sekadar pria yang memberiku anak? Aku mau jadi ibu.”

Darian membeku di tempat. Senyum sinis yang biasa menghiasi wajahnya memudar seketika, tergantikan kebingungan. Mata abu-abunya yang tajam menatap Amara intens, seolah hendak menembus pikirannya.

Ia berdiri di dekat jendela; bayangan malam membingkai sosok tinggi tegapnya. Kemeja putih yang digulung sampai siku memperlihatkan otot lengannya yang kekar. Aura dominan yang biasa ia pancarkan terasa berlipat ganda, memenuhi ruangan sempit itu.

“Maksudnya?” suaranya rendah, menusuk.

Amara memberanikan diri menatap balik. “Aku mau jadi ibu,” ulangnya lebih jelas, meski dadanya berdebar kencang.

Darian melangkah mendekat, setiap gerakannya terukur. Suara beratnya yang biasanya tajam kini terdengar serak, “Kamu tidak takut bicara begitu padaku?”

Amara hanya menelan ludah, hatinya memukul rusuknya dengan irama tak beraturan. Nafas Darian terasa di atas kepalanya. Tensi di antara mereka begitu pekat hingga seolah bisa disentuh.

Kecelakaan itu masih jelas di ingatan Amara.

Sore itu Darian memerintahkannya hadir di rapat perusahaan kompetitor. Semuanya berjalan lancar sampai ia pulang dan menyeberang jalan sambil bicara lewat ponsel.

“Apa lagi ini?” suara Darian di telepon terdengar tajam. “Kamu pikir aku punya waktu membaca laporan bodohmu?”

“T-tapi Tuan Lancaster, kalau Anda lihat data di halaman tujuh...”

“Aku tidak peduli halaman tujuh, delapan, atau berapa pun!” bentaknya. “Aku hanya peduli hasil, dan laporanmu tidak pernah memberikan hasil. Dengar, kamu adalah salah satu staf paling payah yang pernah aku rekrut. Aku tidak tahu kenapa aku membiarkanmu bekerja di perusahaanku.”

Kata-kata itu seperti pukulan ke ulu hati. Amara menggigit bibir bawahnya, matanya berkaca-kaca.

Tiba-tiba suara klakson mobil melengking memecah udara. Sebuah mobil melaju kencang, terlalu cepat. Ia bahkan tidak sempat berteriak.

BRAK!

Suara benturan terdengar jelas di telepon. Jeritan orang-orang, lalu hening.

Darian membeku di seberang telepon, wajah dinginnya diliputi kepanikan yang tak ia kenali. “Amara!” ia berteriak. “Amara, kau dengar aku? Amara…”

Yang Amara ingat kemudian hanya gelap. Di ambang maut, ketakutan itu datang: bagaimana jika ia mati tanpa pernah punya keluarga? Tanpa pernah menjadi ibu?

Itulah mengapa sekarang, dengan tubuh penuh rasa sakit dan mata penuh tekad, ia berani menyampaikan permintaan gila itu pada Darian Lancaster.

Darian menunduk sedikit, matanya menyapu wajah Amara yang pucat. Rambut cokelat tua Amara tergerai di atas bantal, bibir penuh kemerahan kontras dengan kulitnya yang putih. Mata besar itu memancarkan kepolosan yang membuat Darian muak sekaligus penasaran.

“Lalu, apa yang kamu minta?” tanyanya lagi. Nada suaranya tetap dingin, tapi ada sesuatu yang lain di sana.

“Aku… aku hanya ingin menjadi ibu.” Amara meraih tangan Darian yang terkepal di sisinya. Sentuhannya lembut, tapi Darian langsung menarik tangannya, seolah tersengat listrik. “Hidupku nyaris berakhir, dan satu-satunya penyesalan yang kupikirkan adalah aku belum pernah punya kesempatan menjadi ibu.”

Darian mendengus. “Kamu pikir ini semudah membeli barang di toko? Kamu pikir aku akan memberimu kompensasi omong kosong itu?”

“Aku tidak meminta cinta darimu, Pak. Aku tidak meminta pernikahan,” kata Amara dengan suara bergetar. “Dokter bilang rahimku mengalami guncangan keras. Peluangku hamil normal setelah ini tipis, bahkan nyaris mustahil. Prosedurnya hanya bisa dilakukan sekali.”

“Lalu kenapa tak minta kekasihmu?” Darian mendengarkan saksama.

“Saya belum pernah berpacaran, Pak.”

Darian menatapnya lama, seolah mencoba memahami wanita yang di matanya hanyalah staf biasa, hingga insiden ini terjadi. Sesuatu di dadanya terasa berubah.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
6 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status