Share

Bab 8 Memulai Hidup Baru

"Aku tidak tahu, Lun. Ini semua karena aku membutuhkan biaya untuk operasi ibuku," ucap Uuna dan mulai menceritakan seluruh kejadian yang membuatnya hamil.

Luna percaya seluruh cerita dari sahabatnya adalah kebenaran karena Luna tahu, Uuna gadis baik yang tidak dekat dengan siapapun selama ini selain dirinya dan mantan kekasih Uuna tentunya.

"Jika seperti itu, kamu dan bibi tinggal saja di apartemenku agar tidak ada yang menggunjingmu, Uuna." pinta Luna pada sahabatnya.

Bibi mengeluarkan sebotol minuman lemon agar mual di perut Uuna berkurang dan keponakannya bisa makan roti dengan lahap.

"Luna benar, Uuna. Di apartemen kebanyakan pemiliknya tidak pernah usil dengan urusan orang lain. Yah, walaupun yang kamu lakukan tetep tidak baik di mata hukum dan agama. Tapi demi kenyamanan, kita harus tinggal di sana, paling tidak sampai kamu melahirkan. Bibi akan bekerja dengan giat agar keponakan dan cucu bibi tidak kekurangan." ucap bibi mulai membuka bungkusan roti yang diberikan susu coklat dan menyerahkannya pada Uuna.

"Tapi bayi ini bukan bayiku, Bi ... aku harus memulangkannya. Aku takut mereka akan mencari kita." Uuna meneguk cairan kuning yang sangat asam itu.

"Tapi yang mereka tahu kamu tidak hamil, bukan? Apa kamu siap untuk kehilang bayimu, Uuna? tanya Luna dengan menatap sahabatnya lekat, "Kamu jangan takut, ada aku, kan. Tantenya." Senyum mengembang terbit di bibir Luna. "Kita akan membesarkannya bersama," ucap Luna lagi.

Melihat senyum itu, Uuna pun ikut tersenyum dan merasa sangat beruntung karena memiliki sahabat dan bibi yang luar biasa. Akhirnya Uuna mengiyakan tawaran dari sahabat.

"Baiklah Luna, aku setuju dengan usulmu dan Bibi." Ujar langsung merangkul keduanya dalam dekapan.

Sore harinya mereka tiba di apartemen milik Luna. Apartemen milik Luna memang tidak begitu besar, tapi lumayan nyaman untuk ditinggali oleh dua orang.

Dua bulan sudah Una dan bibinya tinggal di apartemen itu. Uuna sendiri memutuskan untuk menunda sidang skripsinya dan fokus pada kandungan dan pekerjaannya saat ini.

Uuna mengurus semua keuangan di toko roti. Sementara bibi Ai mengurus bagian gudang dan mengecek stok bahan makanan walau terkadang ia juga membantu menjadi pengawas dan waiter. 

Bibi Ai terlihat begitu bersemangat mengurus toko roti milik Luna, sesekali ia pun menunjukkan kebolehannya membuat beberapa kue yang ia tahu dari mendiang almarhum ibunya Uuna. 

Kehamilan Uuna kini memasuki bulan keempat. Morning sickness yang dialami oleh Uuna sudah mulai berkurang, hanya mencium bau tertentu saja yang membuatnya mual. Selebihnya ia baik-baik saja dan bisa melakukan semua aktivitas.

Namun, berbanding terbalik dengan Darren, mual yang dialaminya semakin menggila. Kini mengingat dan memandang wajah Uuna di foto saja tidak cukup. Darren membutuhkan lebih dari itu.

Terkadang Darren butuh menggali ingatan akan gadis itu yang semakin hari seolah semakin menghilang lebih dalam lagi. Pandangan mata gadis itu yang dilihatnya dalam ingatan sedikit meredup sehingga membuat Darren frustasi karena tidak bisa masuk ke dasar paling dalam yang dimiliki netra Uuna.

**

Siang itu toko begitu ramai dan banyak sekali orderan di tambah lagi ada sebuah perusahaan besar yang memesan 200 boks snacks yang berisi roti dan pastry untuk rapat yang akan diadakan di sebuah hotel.

Uuna tiba di hotel IH sudah sangat terlambat dari waktu yang ditentukan. Sementara rapat sudah dimulai dua puluh menit yang lalu.

Dengan sedikit tergesa-gesa Uuna memasuki hotel dan memanggil Concierge agar membantunya membawakan semua bok kedalam ruang meeting.

"Di lantai berapa ruang meeting untuk Tuna Ibrahim Hayes?" tanya Uuna pada resepsionis.

"Di lantai tiga. Nanti akan ada orang disana yang membantu Anda untuk membawakan semua kotak kue itu ke dalam," jelas resepsionis pada Uuna.

Uuna tersenyum kearah resepsionis itu. "Aku langsung ke atas, ya?" tanyanya sambil berlenggang pergi.

Sesampainya di lantai tiga di mana Uuna harus mengantarkan kue, koridor itu begitu sepi. Tidak ada siapapun seperti yang dikatakan oleh resepsionis yang berkata akan ada pelayanan hotel disini.

"Dimana mereka, kita sudah sangat telat," ucap Uuna pada staf di toko kuenya dengan menggigit kukunya panik.

"Saya juga tidak tahu, Kak. Coba saya masuk kedalam dulu, siapa tahu ada yang bisa kita tanyai. Kak di sini saja, jangan kemana-mana." ucap Concierge langsung meninggalkan Uuna disana dengan pegawainya.

Uuna menunggu cukup lama di koridor itu hingga akhirnya ia mendengar ada seseorang yang membuka pintu tak jauh dari ia berdiri.

"Masuklah, Kak. Semua sudah menunggu makanan ini." ucap Concierge langsung mendorong meja troli yang penuh dengan kotak kue kedalam disusul oleh Uuna dan pegawainya.

Uuna yang merasa memang dia sudah begitu telat, ia langsung masuk dan membagikan kotak kue pada para tamu undangan.

Sementara seseorang didalam sana begitu fokus mendengarkan salah satu perwakilan dari undangan yang sedang menjelaskan persentasenya sehingga tidak menyadari ada seorang wanita di ruangan itu sedang membagikan kotak kue.

Uuna meletakkan satu persatu kotak kue di hadapan para tamu undangan yang hadir disana yang hampir semuanya laki-laki. Uuna yang sudah sangat kelelahan sempat menghentikan aktivitasnya dan menghirup napas dalam-dalam sebelum ia memulai kembali pekerjaannya. 

Namun, karena Uuna kurang hati-hati, tanganya menyenggol gelas dan menyiram berkas salah satu tamu undangan.

"Apa yang kamu lakukan!" pekik pria itu dengan suara yang sangat keras.

"Maaf Pak, saya lalai," ucap Uuna hanya menunduk.

Salah satu penjaga yang baru menyadari ada seorang wanita langsung bangun dan menghampiri Uuna. 

"Apa yang kamu lakukan disini? Di mana pegawai yang berjaga di depan?" tanya pria berjas itu sangat panik.

"Saya tidak tahu Pak, tadi staf hotel yang menyuruh saya langsung masuk dan membagikan kotak kue ...," ucap Uuna dengan suara sangat lirih.

Seseorang yang begitu fokus pada presentasi merasa sangat terganggu dengan keributan yang berbeda di belakang tubuhnya.

Pria itu memalingkan wajahnya, detik berikutnya ia begitu tercengang atas apa yang dilihatnya.

Gadis itu yang bernama Uuna Mikhayla putri. Gadis yang dicarinya selama berbulan-bulan kini ada di hadapannya dengan perut yang sedikit membuncit.

'Uuna Mikhayla!' 

"Lepaskan, Dia!" ucap pria itu dengan sorot mata tajam yang ia arahkan ke arah Uuna. Hanya ke Uuna.

"Tapi, Tuan di——"

"Bawa Dia ke ruanganku, dan suruh gadis satunya untuk menunggu di lobby," ucapnya dengan menatap lekat wajah Uuna yang terlihat pucat.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status