Share

Bab 9 Tuntutan Ganti Rugi

Uuna yang sudah di cekal pergelangan tangannya merasa bingung. Uuna tahu kesalahannya sudah telat mengantar kue ke hotel. Tapi, pria berwajah dingin itu begitu mengerikan, yang menatapnya seolah dirinya seorang kriminal.

Uuna ditarik paksa oleh pria berjas itu keluar dari ruang rapat. Sementara pegawai tokonya digiring ke arah yang berbeda.

Sementara di dalam ruang rapat, pemimpin rapat itu yang bernama Darren Hayes tersenyum dengan sangat indah sehingga membuat para tamu undangan bergidik ngeri melihat senyum yang tidak pernah mereka lihat sebelumnya.

Darren membisikkan sesuatu pada asistennya, setelah itu ia pergi meninggalkan ruangan rapat ke tempat dimana Uuna berada.

Pria itu dikawal oleh beberapa orang saat berjalan menuju ke ruangannya dengan langkah selebar mungkin.

"Tunggulah di sini. Aku akan menghubungi kalian jika aku membutuhkan sesuatu." pinta Darren tanpa melepaskan pandangannya ke arah pintu yang masih tertutup rapat.

Para pengawal itu hanya menunduk dengan berbagai pertanyaan di benak mereka. Salah seorang pengawalnya membukakan pintu untuk Darren dan mempersilahkan Tuanya masuk.

Dengan dada yang nyaris hampir copot Darren masuk ke ruangannya dimana seorang wanita sedang duduk di sofa tunggal. Darren melihat wanita yang selama ini dicarinya sedang menatap wajahnya dengan bingung. Darren sendiri tidak tahu apa yang akan dia lakukan di dalam sana. Untuk saat ini dia hanya ingin memastikan perasaan yang ia rasakan.

"Apa kamu tahu apa kesalahanmu?" tanya Darren pada Uuna dengan pengendalian diri yang luar biasa. 

Darren berusaha duduk dengan tenang, kakinya dia topangkan, satu lengannya menguasai hampir seluruh bagian sofa, sedang yang satunya lagi dia letakkan diatas pangkuan. Tatapannya begitu mengintimidasi wanita rapuh yang masih menatap wajahnya penuh selidik. 

Apa mungkin Uuna juga mengenalnya? Ahh sepertinya tidak mungkin.

"Ya, Tuan. Saya sudah sangat terlambat mengantarkan roti dan membuat keributan," jawab Uuna dengan suara yang sangat tenang dan sesekali menatap wajah pria yang berdiri di hadapannya.

'Sepertinya aku pernah melihatnya, tapi dimana?' monolog Uuna dalam benaknya. 

Dia memang merasa yakin pernah melihat wajah tampan yang sangat tidak asing ini.

"Bagus. Apa kamu tahu berapa kerugian yang aku terima?" tanya Darren mulai menggeser tubuhnya, mendekat kearah dimana Uuna duduk. 

Darren berusaha mengepalkan tangan yang mulai berkeringat dan dengan jantungnya mulai berdebar kencang, Dia berusaha mengendalikan diri sekuat tenaga, mencegah sesuatu yang mengerikan terjadi dimana dirinya akan dilanda rasa mual yang luar biasa.

Uuna melirik sekilas kearah pria berwajah dingin sampai akhir netra mereka bertemu dan saling mengunci. Ada sesuatu yang tidak bisa Uuna ungkapan, padangan gelap pria itu sedikit membuat Uuna ngeri dan diapun dengan cepat memutus kontak di antara mereka.

"Maaf, Tuan, saya tidak bermaksud mengacaukan rapat Anda," ucap Uuna akhirnya. 

Duduknya semakin tidak tenang, apa lagi ditatap seperti itu. Sungguh membuatnya tidak nyaman. Seperti elang yang sedang mengunci mangsanya.

"Apa maafmu biasa mengganti semua kerugian yang saya alami, Nyonya—" Darren menjeda ucapnya, berpura-pura tidak tahu nama wanita di hadapannya.

"Mikayla, Uuna Mikayla … Tuan, dan saya tau kata maaf saya memang tidak bisa menggantikan kerugian yang Anda alami," jawab Uuna cepat. Dia sama sekali tidak ingin membuat toko roti sahabatnya dalam masalah.

"Bagus jika Nyonya Mikayla mengerti. Jadi kita bisa membahas masalah nominal, bukan?" tegas Darren. Menekan kata nominal dengan suara yang menuntut.

Namun, dalam diam Darren membuat rekornya tersendiri, wanita di hadapannya sangat luar biasa. Dalam waktu dua menit rasa mual yang dia takutkan tidak terjadi. Bagaimanapun caranya dia akan mengikat wanita ini.

Uuna mulai merasa takut, dia tidak tahu berapa harga yang harus dia bayar. Sementara dirinya sama sekali tidak memiliki uang banyak.

"Ya, ta-tapi berapa yang harus saya bayar?" tanyanya dengan suara tercekat.

"20 milyar," ucap Darren tanpa pikir panjang.

Darren sama sekali tidak tahu uang sebanyak itu bisa membuat wanita dihadapannya ini mati lemas.

Jangankan 20 milyar, 1 milyar saja dia belum pernah melihatnya, dalam mimpi pun tidak!

Mata Uuna yang sayu semakin muram, napasnya tercekat di tenggorokan, wajahnya sudah terlihat pucat.

"Du-dua puluh mil—" Uuna tidak sanggup melanjutkan ucapannya. Tubuhnya langsung terkulai di sofa.

Darren tidak percaya dengan apa yang dia lihat, wanita itu tiba-tiba seperti tak bertulang dan terkulai ke belakang.

Apa dia mati? Tidak, dia tidak boleh mati! 

Darren langsung bangun dan mendekat. "Panggil dokter!" teriaknya mulai panik.

Darren berjongkok di hadapan Uuna dengan tangan mengapung di udara. Dia ingin menyentuh wajah wanita itu, tapi merasa ragu jika dirinya semakin mendekat.

Namun, rasa penasaran menyelimuti hatinya, wanita ini terlihat sangat berbeda. Bahkan baunya sangat menenangkan. Napasnya yang lembut mulai membuatnya mabuk. 

Dengan ujung jarinya Darren menyentuh pipi Uuna yang lembut. Sesuatu yang aneh mulai menjalari seluruh tubuh, rasa ingin menyentuh semakin besar. Bahkan tubuhnya sudah semakin condong ke depan, mendekati wajah Uuna yang terlelap tidak berdaya, berusaha menyentuh bibir wanita itu dengan ujung jarinya.

Pintu terbuka. Dua orang dokter tercengang di depan sana. Ini benar-benar pemandangan yang luar biasa. Pasien mereka tengah berjongkok di hadapan seorang wanita.

"Apa yang terjadi, Tuan!" seru keduanya. 

Mereka berusaha menahan penasaran akan sikap tidak masuk akal pasien yang sudah mereka rawat hampir tiga puluh tahun. 

Apakah ini sebuah keajaiban?"

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Nadieya Alfateh
kenapa saya gak bisa baca bab seterusnya..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status