Home / Thriller / Janji Cinta Polisi Tampan / II : RUNTUH YANG TAK DIPREDIKSI

Share

II : RUNTUH YANG TAK DIPREDIKSI

Author: Cha
last update Last Updated: 2023-10-27 21:14:15

"Terkadang ajal adalah hal tabu. Tidak ada manusia yang mau tahu, jadi mereka memilih bisu dan pura-pura lupa."

***

"Lo jadi ketemu polisi tampan itu, Va?"

Ava menoleh saat mendapati sahabatnya, Padma Nayana Aryotodjo sedang mengambil kursi untuk duduk di kubikelnya. Ava hanya mengangguk, menjawab pertanyaan Padma. Ada banyak hal yang bisa diceritakan, namun Biru melarang Ava untuk menceritakannya pada siapapun. Ava pun paham dan memilih untuk mengabulkan permintaan Biru.

Ava mengambil ponselnya, lalu mengecek notifikasi di layar. Beberapa pesan kebanyakan dari Djati, namun Ava memilih untuk mengabaikannya. Gadis itu tidak tahu bagaimana caranya menghadapi Djati setelah runtutan informasi yang didapatkannya hari ini. Pikirannya buntu, dan berakhir dengan keruwetan yang tidak ia dapatkan jawabannya.

"Va, hello!" panggil Padma yang sejak tadi merasa dicueki oleh si empunya kubikel. Ava menoleh dan tersenyum tipis sebagai tanda maaf. "Gila lo, ya! Ada cewek cantik di sini, malah didiemin. Gimana? Apa yang lo sama polisi tampan itu omongin?"

Ava menaruh kembali ponselnya, menghadap Padma, dan kemudian menangkup tangannya meminta maaf. "Bukannya enggak mau ngasih tahu, tapi gue dilarang bicara sama Biru." Padma mengangguk, tanda bahwa ia paham tentang apa yang terjadi. Sahabatnya berurusan dengan polisi, artinya ada sebuah tindak kriminal yang terjadi dan besar kemungkinan belum boleh dibicarakan di publik.

"Oke, enggak apa-apa. Meskipun gue kepo, tapi gue akan pura-pura enggak tahu demi keselamatan lo." Padma mengusap bahu Ava, Ava hanya tersenyum dan bersyukur memiliki sahabat yang begitu peduli padanya. "Ini akan baik-baik saja kan, Va?" tanya Padma memastikan, dan langsung dijawab gelengan oleh Ava.

"Gue enggak tahu, Ma."

Padma memeluk sahabatnya. Dalam kebingungan, Ava mungin tidak butuh saran. Jadi, Padma lebih memilih memberi pelukan. Semoga dengan pelukan yang diberikannya bisa mengurangi segala gundah yang Ava rasakan.

"Gue cuma bisa berdo'a agar apapun masalah yang terjadi bisa secepatnya beres ya," harap Padma seusai melepas pelukan singkatnya. Netranya tiba-tiba langsung teralihkan ke leher Ava. "Kalung lo mana, Va?" tanya Padma heran, karena tidak menemukan benda yang tiap harinya Ava pakai.

Ava spontan memegang lehernya. Lalu langsung kaget dan segera mengecek ke sekeliling tempat ia duduk sejak tadi. Tak ada satu pun tanda bahwa kalung itu terjatuh. Ava langsung resah, ia juga merogoh kantong celananya, namun nihil.

"Duh, enggak ada, Ma." Padma yang ikut mencari langsung setuju dengan pernyataan Ava. Ingatannya tiba-tiba mengarah pada si polisi tampan yang ditemui Ava tadi. "Lo ketemu si polisi tampan di mana? Jatuh di sana kali, Va."

Ava terdiam sejenak. Dia langsung ingat, saat memasuki resto di mana ia bertemu Praba, kalungnya sempat putus. Ava memasukkan kalung itu ke kantong tanpa pikir panjang. Namun saat ia memeriksa kantongnya tadi, tak ia temukan kalung itu.

Ava berharap kalung itu tidak hilang. Kalung itu begitu berharga untuk Ava. Kalung itu adalah pemberian terakhir ibundanya sebelum meninggal, dan dari kalung itu juga Ava bisa menemukan siapa ayah kandungnya kelak. Kalau kalung itu benar-benar hilang, maka impian bertemu ayah kandungnya pun akan ikut hilang.

***

Ava merasa begitu lega ketika mendengar kalungnya ditemukan oleh pelayan resto. Namun kelegaan itu langsung sirna, saat nama Djati tertera di layar ponselnya. Sudah delapan panggilan tak terjawab dari pria itu. Ava masih saja enggan untuk menerima pesan atau panggilan dari kekasihnya itu.

Ava memandangi ponselnya, berpikir apa yang harus dilakukannya pada Djati. Hatinya bimbang. Ava harus mengangkatnya, sebab Djati akan mengamuk dan memaksa menemuinya bila Ava terus mengabaikannya.

"Syukurlah kamu menjawab teleponku juga. Kenapa sih? Ada apa? Kamu enggak apa-apa, kan?" tanya Djati bertubi-tubi saat Ava akhirnya mengangkat teleponnya.

"Maaf ya, tadi kalung aku hilang. Jadi, aku fokus nyari kalung itu kemana-mana." Ava memilih untuk tidak berbohong. Dia memang kehilangan kalungnya, meskipun kenyataannya Ava memang sedang tidak ingin membalas pesan atau telepon dari Djati.

"Terus kalungnya sudah ketemu?"

Ava mengangguk, namun langsung sadar kalau Djati tidak bisa melihatnya. "Sudah kok," jawab Ava jujur. Gadis itu terdiam sebentar, lalu berkata, "Sayang, aku mau rapat sama klien. Kebetulan klienku sudah sampai. Nanti ku telepon lagi, gimana?"

Kali ini Ava bohong. Tidak ada klien hari itu. Ava hanya ingin menyudahi obrolannya dengan Djati.

"Oke," jawab Djati pelan. Pria itu sempat menghela napas sesaat, dan mengakhiri telepon dengan pesan, "jangan lupa telepon aku nanti. Aku mencintaimu."

Ava tidak menjawab kalimat cinta Djati, bukan karena tak mau, tapi karena pria itu telah menutup telepon lebih dulu. Djati tampaknya sadar Ava sedang tidak ingin berbicara dengannya. Pria itu memberi Ava keleluasaan untuk berpikir dan Ava sangat bersyukur untuk apa yang Djati lakukan.

***

Sepulangnya dari kantor, Ava langsung tancap gas menuju resto. Hatinya masih belum tenang, karena kalung berharganya masih belum di tangan. Sialnya sore itu jalanan lebih ramai dari biasanya. Mobil dan motor saling berebut lebih dulu dalam menguasai jalan raya.

"Va, nanti kalau sudah sampai di resto, jangan pulang dulu." Padma mengingatkannya. Sudah belasan kali gadis itu menyebut kalimat yang sama seakan Ava adalah makhluk yang cepat lupa. "Nanti gue nyusul. Kebetulan tempat ketemu klien dekat dari situ."

"Iya, Ma. Lo sudah ngomong belasan kali, lho!" Padma tertawa di seberang telepon. Asistennya, Manda Triana, terdengar menegurnya. "Eh, itu klien bisa illfeel kalau lo ketawa enggak karuan begitu."

"Klien kita lagi di toilet," ucap Padma pelan, setengah berbisik. Ava menduga atasannya itu akan mulai bergosip. "Benar kata lo, dia datang sendiri lagi. Kasihan deh, Va. Dia-nya cinta mati, cowoknya seperti enggak niat nikah. Kalau gue jadi dia, mendingan enggak perlu nikah. Rugi!"

Suara teguran Manda lagi-lagi terdengar di telepon. Kali ini lebih keras, seperti sebuah kode. Padma bahkan langsung menutup teleponnya. Ava sampai terpingkal membayangkan ekspresi Padma yang hampir tertangkap basah.

Fokus menyetirnya bahkan buyar. Untungnya klakson mobil di belakangnya berbunyi nyaring, mengingatkan Ava untuk segera bergerak karena lampu sudah berubah hijau. Sayangnya malang tak dapat dihindari. Belum sempat gadis itu bergerak, sebuah mobil SUV datang menghantam mobil Ava dari arah berlawanan.

Hal itu menyebabkan bumper depan mobil Ava penyok. Kap mobilnya terbuka. Kaca depan juga retak. Mobil bagian depannya rusak total.

"Ada kecelakaan."

"Cepat keluarkan cewek itu! Dia masih di dalam mobil."

"Hei, bantu telepon ambulans!"

Orang-orang di sekitar sana berteriak. Berlalu lalang mencoba menyelamatkan dan hanya melihat-lihat. Mereka berkerumun, memeriksa keadaan dua mobil yang menjadi korban.

Ava terlihat masih selamat, karena airbag mobilnya berfungsi dengan baik. Meskipun demikian keadaan Ava tak baik-baik saja. Kesadarannya hampir hilang. Pelipis dan pipi kanannya terluka, kemungkinan dari pantulan serpihan kaca yang retak.

Di tengah kesakitan yang dirasakannya itu, Ava mengingat ancaman yang dilontarkan Praba. Soal waktu, ajal dan hidup yang akan disesali oleh Ava. Apa ini perbuatan Praba? Ava tak bisa menjawab, hanya Tuhan yang tahu segalanya.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Janji Cinta Polisi Tampan   EXTRA PART III : PERMULAAN UNTUK PADMA

    "Lepasin tangan gue! Lo tuh, sudah punya istri. Mau apa lagi sih?"Padma memaksa Travis untuk melepas tangannya. Tapi, pria itu seperti menolak permintaannya. Padahal Travis sudah menjadi suami Ayunda, tapi mengapa masih saja mengemis untuk menjelaskan hal yang sudah berlalu. Padma tak segila itu untuk mendengarkan, dan membuang waktunya hanya untuk pria itu.Travis masih kencang memeganginya, padahal tangan Padma sudah merah karena terus dipaksa. Padma ingin berteriak, tapi di tangga darurat itu tak ada siapa pun. Pria itu sengaja menariknya ke sini untuk menyudutkannya, dan melakukan apa pun yang pria itu ingin lakukan. Namun Padma jelas tak akan membiarkannya."Dia minta dilepasin, lo enggak dengar memangnya? Apa karena lo bule, makanya harus pakai bahasa Inggris? Cepat lepasin, sebelum gue terpaksa mematahkan tangan itu."Padma, dan Travis kaget. Ternyata ada orang lain di koridor tersebut. Ia sedang duduk tak jauh dari kami, dan sepertinya sudah memperhatikan kami sejak tadi. Tra

  • Janji Cinta Polisi Tampan   EXTRA PART II : JATUH CINTA VERSI BERNARDIO

    "Maaf, anda siapa ya?"Istri dari Radjarta bertanya, saat Bernardio berdiri di depan rumahnya. Ia sengaja langsung bertemu sang pemilik untuk memberikan aset yang sedianya dititipkan Praba padanya kepada keluarga Radjarta. Karena amanat, Bernardio pun langsung melakukannya, dan menjalankan tugasnya secepat ia bisa."Maaf, kalau saya mengganggu." Bernardio pun menyodorkan tangannya, dan istri Radjarta langsung menjabatnya. "Saya Bernardio. Saya tangan kanannya Pak Djati, anaknya Pak Praba. Saya ingin menyampaikan pesan dari Pak Praba untuk anda.""Oh, ya, silahkan masuk."Bernardio pun masuk, dan diminta duduk di salah satu kursi di ruang tamu tersebut. "Mohon maaf sebelumnya, Ibu. Karena saya tidak tahu nomor rekening Ibu, atau pun Pak Radja. Jadi, saya memberikannya dalam bentuk cek. Jadi, nanti anda bisa datang ke bank terdekat, dan meminta untuk mentransfernya ke rekening yang Ibu miliki.""Aduh, maaf Mas Bernard, tapi ini tuh, maksudnya apa ya? Bisa bicaranya pelan-pelan. Saya ini

  • Janji Cinta Polisi Tampan   EXTRA PART I : PRABA DAN KONSEKUENSINYA

    "Anda tahu kan, kesempatan anda sempit untuk tidak mendapat hukuman seumur hidup. Meskipun kita ajukan banding sekali pun, pastinya akan sulit untuk menang. Kesalahan anda terlalu banyak, dan itu tidak bisa ditukar hanya dengan kerja sama dengan pihak kepolisian sekali pun."Praba mengangguk, ia mengerti segala konsekuensi yang ia harus hadapi kedepannya. Semenjak Djati dinyatakan meninggal, dan Ava sudah mau menemuinya, segala keputusan yang diberikan padanya akan diterimanya dengan ikhlas. Praba tak akan pernah menuntut apa-apa. Apa pun yang diterimanya adalah ganjaran dari seluruh perbuatannya di masa lalu."Saya sudah bilang tidak apa-apa kan, Jeremy? Jadi, jangan tanya lagi. Apa pun yang diputuskan oleh hakim, saya akan menerimanya.""Tidak ada akan menyesal?"Praba menggeleng. "Jika saya takut menyesal, maka saya tidak akan melakukan semua kejahatan di masa lalu, Jeremy. Apa pun yang terjadi ke depannya, saya akan terima. Kamu tidak perlu takut. Kamu juga patutnya berubah. Pilih

  • Janji Cinta Polisi Tampan   CXVII : AKHIR JANJI CINTA POLISI TAMPAN

    "Ada permulaan, dan ada akhir. Ada pertemuan, dan juga perpisahan. Jadi, jangan pernah sesali apapun."***"Mama bahagia deh! Ava mau melahirkan, dan Asla dinyatakan hamil. Nah sat set begini dong. Dalam waktu yang enggak lama keluarga kita akan ramai dengan tangisan bayi. Ya Tuhan, terima kasih!"Ava tertawa sambil merangkul bahu mertuanya yang terlihat sangat bahagia. Kini, meskipun tantangan di hadapannya akan lebih berat, namun Tarissa lebih bahagia. Tidak hanya sebagai nenek, Tarissa akan menyandang status baru, yakni menjadi ibu negara. Perhitungan cepat dilakukan, dan untuk sementara hasil akhir menentukan kalau ayah mertuanya, Berdaya Adinegara unggul dengan enam puluh satu persen. Jauh mengungguli pesaingnya.Walaupun demikian, Tarissa tak peduli. Kebahagiaan anak-anaknya sekarang adalah hal utama. Ia sangatlah senang melihat kalau kedua putranya tak lama lagi akan menjadi ayah. Menjalani pernikahan yang bahagia bersama istri-istri mereka. Masalah negara, itu urusan nanti."K

  • Janji Cinta Polisi Tampan   CXVI : PERJALANAN MEMBERANTAS NARKOBA

    "Tak ada yang pasti dalam hidup ini. Termasuk manusia yang tiap hari, jam, menit, dan detik bisa berubah pikiran, serta sikap."***"Wah, sudah berapa bulan, Mbak kehamilannya?"Seorang ibu yang mengantar putrinya cek kandungan bertanya, dan Ava hanya menjawab sekadarnya sambil tersenyum. Ia lalu menceritakan kalau putrinya juga hamil tak jauh dari usia kandungan Ava. Sayangnya tak sebahagia Ava yang bisa diantar kemana-mana oleh sang suami. Ava sebenarnya enggan mendengarkan masalah rumah tangga orang lain, tapi karena Biru tak juga kembali dari toilet membuat Ava akhirnya terpekur mendengar kisah cinta orang lain.Baru setengah jalan Ibu itu bercerita, terdapat keributan di ujung lorong lantai rumah sakit tempat Ava duduk menunggu untuk diperiksa dokter kandungan. Ava, dan sang ibu menoleh. Mereka mendapati seorang perempuan tengah berteriak, dan membentak si laki-laki dengan caci maki yang begitu keras. Awalnya Ava tak peduli, ia melengos, dan kembali melemparkan pandangan ke korid

  • Janji Cinta Polisi Tampan   CXV : BUAH DARI KEJAHATAN

    “Setiap hal di muka bumi ini akan ada timbal balik. Setiap kejahatan yang manusia tanam, akan mendapat imbas yang serupa. Setiap kebaikan yang manusia berikan, maka akan mendapat hadiah yang besar, bahkan berlipat ganda nikmatnya.” *** “Apa anda yakin akan membongkar semuanya?” Praba mengangguk dengan yakin. Tak pernah ada sedikit pun kegundahan di hatinya yang membuat Praba tidak yakin dengan pernyataannya. Ia ingin mengungkapkan segalanya, seperti permintaan Biru, dan juga Ava. Bila mereka ingin Praba menghabiskan waktu untuk selamanya di penjara, maka akan ia lakukan semua itu dengan sukarela, dan juga ikhlas. Ia tahu kesalahannya sangatlah banyak, dan juga tak terbendung. Ia bahkan rela menanggung kesalahan Djati untuk ia tanggung, karena memang semua yang terjadi pada Djati adalah salahnya. Ia yang menjerumuskan Djati ke dunia ini. Ia pula yang memaksa, dan mengancam Djati untuk tetap menjual narkoba, meskipun anak itu tak menginginkannya sama sekali. “Tolong catat semua ora

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status